20 Safar 1432 H
Selasa, 25 Januari 2011
Sarah hanya bisa menangis sepanjang jalan. Hatinya merintih dan kecewa tetapi juga tidak bisa menyalahkan keadaan. Dia baru pulang dari rumah Pak Karman, Pak Ujang, Pak Andeh dan beberapa tetangga yang lainnya. Hampir seluruh rumah di kampung itu didatanginya selepas sholat shubuh. Hanya berbekal payung lusuhnya, Sarah menembus rintik hujan dan dinginnya fajar.
Sekali lagi hatinya merintih, mengingat penolakkan para tetangga, ketika mendengar permintaannya untuk membantu memakamkan Bang Izhar suaminya. Terlalu banyak kejahatan yang telah dilakukan Bang Izhar sampai seluruh warga kampung tak ada sedikitpun belas kasihan walaupun sekedar untuk membantunya mengurusi jenazah suaminya itu.