Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Sunday, March 25, 2012

Insensitive

A silent move that we make
When we awake
Oh no...

My conscience
Come and going come and go
A troubled mind and twisted hand
We use everytime this everytime

All the sentimental feeling
That sometimes makes our heart burning
We surrender to a strong desire

Ignorant to the needs of other 
little whisper of little voices
That calls when we make desperate choices
Are we that oblivious?
So insensitive
 
so many choices to be made
So little time to decide
So little guilt on our side

  -------
Just a song by Letto


Monday, March 5, 2012

Ilalang

"Aku ingin menjadi seperti ilalang!", ujar nya dengan lembut saat aku akhirnya bisa menyamai langkah kaki nya yang berjalan begitu cepat tapi tetap membentuk gerak harmonis.

Dengan mengernyitkan dahi, aku pun mencoba mencerna kata-kata sahabat ku satu ini. Sahabat yang baru saja aku temukan kurang lebih satu tahunan. Seorang seorang wanita yang secara fisik terlihat begitu rapuh tetapi memiliki keinginan, tekad dan perjuangan hidup yang mungkin tak akan pernah aku temui dari wanita atau manusia mana pun di dunia ini.

Ia menghentikan langkahnya, menengadahkan wajahnya seakan-akan sedang menantang sang mentari. Ujung jilbabnya yang berwarna hitam menari-nari dipermainkan sang bayu. "Kamu lihat ilalang-ilalang ini? orang yang tak mengerti pasti akan menganggap ilalang-ilalang ini hanyalah gulma yang  tak bermakna, yang mungkin suatu saat akan coba dimusnahkan, seperti aku, kamu dan kita semua!", ujarnya tetap dengan nada lembut tapi tegas.

"Aku tak mengerti? kalau memang ilalang akan coba dimusnahkan suatu hari nanti, kenapa kamu ingin menjadi seperti ilalang?", ujar ku sambari menghela nafas pelan memandang rimbunan ilalang yang terus menari mengikuti irama dendang nyanyian alam nan indah.

Wajah rapuh itu tersenyum, senyumnya tetap teduh, tak pernah sekalipun tergores senyum bermakna sinis atau merendahkah yang aku temui di wajah itu. "Kamu sungguh ingin tahu kenapa?", tanya nya  dan langsung aku jawab dengan anggukkan. 


"Semua karena ilalang tidak akan pernah benar-benar musnah!", ujar nya lirih berbisik langsung di telinga ku. "Ilalang akan terus ada selama sang mentari tak bosan menyinari bumi, walaupun ia mungkin telah dibakar atau ditebas habis karena hanya dianggap gulma, hmm.. lihat dan dicermati  lah!  ilalang tumbuh tak pernah merusak kesuburan tanah, malah ia membuat tanah menjadi gembur, akar-akarnya yang kuat akan mengikat tanah ditebing sehingga tak akan pernah longsor, dan akar-akar itu pula merupakan obat-obatan yang bermanfaat untuk kesehatan manusia. Batang ilalang terlihat begitu rapuh sahabat ku, tetapi ternyata batang itu lebih kuat dan tegar kala berada di tengah hempasan badai. Itulah ilalang! ia ada tapi sering tak terlihat, seperti kita", ujarnya dengan wajah tersenyum indah.

-----
hanya ditulis untuk semua sahabat seperjuangan ku sesama Fasilitator Community Development,,kita  bukan gulma seperti anggapan mereka!! keep fight!!! ^_^