Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Wednesday, January 30, 2013

Sukarnya Mengakui Kesalahan

Seorang sahabat  curhat via telepon pagi tadi, tentang dirinya yang tahu salah tapi tak berani mengakui kesalahannya, padahal hatinya telah berontak tak bisa melakukan pembenaran akan apa yang ia lakukan.

Aku tak pernah sekali pun ingin tahu kesalahan apa yang ia telah lakukan, tapi yang aku tanyakan kepadanya, mengapa ia tak mengakui saja kesalahannya? dari pada tak bisa tidur karena dihantui rasa bersalah. Dan ternyata  kesimpulannya dan jawabnya pun cukup miris semua kembali kepada yang namanya "Ego".

Yup,, Ego,, sahabat ku merasa tak perlu lah mengakui kesalahan kepada bawahannya (karena memang sahabat ku ini punya posisi yang lumayan tinggi di kantor nya), "mau diletakkan kemana muka ku kalau aku bilang itu? lebih baik aku simpan saja di hati, lama-lama juga akan lupa", ujarnya via telepon sambil sedikit tertawa.  "Tapi,, bagaimana dengan bawahan mu yang jadi sipesakitan itu? menanggung akibat dari kesalahan yang tak pernah ia buat? kamu tega?", tanya ku.

Monday, January 28, 2013

Menikmati Tarian Hujan

"Masih betah duduk di sini?", sebuah tanya mengalihkan pandangan ku dari tarian hujan yang mengalir  membentuk tirai berkemilau. Aku menghela nafas, ingin sekali aku menjawab pertanyaan sahabat ku ini, tapi entah kenapa lidah ku begitu keluh untuk mengeluarkan kata.

Aku kembali memandang ke tarian hujan yang semakin deras, mencoba berkaca di embun jendela yang semakin memutih, "aku tidak mengerti tentang hidup ini, semakin aku ingin mengerti semakin aku tak mengerti", ujar ku pelan di dalam hati tenggelam dalam irama sendu sang hujan. 

Sahabat ku duduk di samping ku, tanpa kata ikut menikmati tarian sang hujan yang semakin deras tercurah dari langit berwarna kelabu. sesekali aku melirik ke arahnya yang begitu takjub tak berkedip memandang hujan,  memandang pertunjukkan orkestra sang maha karya kehidupan.

Sekarang kami terdiam dengan pemikiran masing-masing yang menari di kepala, Ia membiarkan aku sibuk dengan pemikiran ku tentang kehidupan, tentang rahasia Tuhan yang tersimpan atas semua yang telah terjadi. tentang obrolan siang tadi di posko bertema wanita bekerja dan kodrat nya, tentang keikhlasan, dan tentang mimpi.

Entah pemikiran apa yang menari di kepala sahabat ku sekarang, tapi yang pasti memandang hujan membuat kami sejenak berpikir, sebagaimana kodratnya manusia tercipta dengan kelebihan berpikir.

Sunday, January 27, 2013

Profesional dan Proporsional

Pagi ini, kota Prabumulih kembali diguyur hujan, entah kenapa sekilas aku teringat akan masyarakat di desa dampingan, hujan pagi yang teratur mengguyur hampir setiap hari pastinya membuat mereka bersedih, karena aktifitas untuk nakok (menyadap) karet akan menjadi sulit atau akan tertunda, hasilnya pun menjadi tidak maksimal karena getah yang belum mengental sering kali hilang terbawa aliran hujan. Dan yang paling menyedihkan, mereka seperti habis jatuh tertimpa tangga, sudah penghasilan menyadap karet kecil, mereka juga harus menghadapi kenyataan bahwa harga karet menurun, karena imbas dari krisis ekonomi di negara luar.

Ditemani lagu Donna-donna nya RSD dan gemerisik hujan yang turun, aku teringat janji ku untuk membuat artikel tentang Profesional dan Proporsional kepada kak Meton, dua kata kata yang sungguh ajaib, karena memberikan inspirasi untuk ku kembali menulis di blog ini.


Friday, January 25, 2013

Banyak sekali tanya tanpa jawab....

"Kamu ingin menulis apa?", sebuah pertanyaan muncul di benak ku sendiri setelah cukup lama tertegun di depan lepi. "Ada apa dengan mu?", sebuah pertanyaan yang membuat kepala terasa sesak menyusul seakan mendesak ku agar memberikan sebuah jawaban.

Bulan ini menjadi bulan yang paling berat untuk ku jalani di kota Nenas ini, berkecamuk segala rasa dan yang paling dominan adalah rasa kehilangan. Ya, aku mengalaminya lagi. Harus kehilangan ketika aku telah merasa nyaman menemukan sahabat yang paham akan alasan ku tetap berada di program ini. Boleh kah aku meneriak kan kata tidak adil? karena ini sungguh tidak adil. Tapi.. aku bisa apa? hanya ada rinai hujan dari langit hati yang bergemuruh.

Banyak sekali tanya tanpa jawab yang terjadi, banyak sekali akibat yang terjadi tanpa diketahui penyebab nya dan hal ini membuatku merasa harus kembali mempertanyakan apa alasan ku tetap di sini?


Sunday, January 20, 2013

Just Move On!!!

Tirai putih di kamar melambai-lambai dipermainkan sang bayu. Aku terduduk di sini, sambil memandang awan putih yang lamban-laun berubah menjadi kelabu. Kuhembuskan nafas lelah, kala aku akhirnya menemukan hikmah dari apa yang terjadi beberapa hari ini.

Kejadian-kejadian yang lumayan menguras air mata itu pun berhasil melekungkan senyum keperihan, keegoisan, nurani dan nilai universal pun ternyata menjadi penghias di setiap kejadian,  pelajaran yang menjadi hikmah ini pun membuatku harus berpikir agar tidak lengah berada di zona nyaman tapi tidak aman.

Just Move on!!

Dunia pasti berputar 
Ada saatnya semua harus berubah 
Ingat pasti bertukar
Kita harus siap hadapi semua 

Ikhlaskan segalanya 
Jalani semua yang ada di dunia

Tuhan pasti berikan kita 
Segala yang indah 
Dengan segala anugerah tuk kita 
Yakinkan kita pasti bisa jalani semua
Jagalah semua yang telah ada'tuk hidup kita

ST-12

Saturday, January 19, 2013

Air mata tak lagi terbendung

 Air mata tak lagi terbendung
kanan kiri, depan belakang semua dikepung banjir
Terasa hati perih, tapi tak banyak yang bisa dibuat

Air mata tak lagi terbendung
ketika kicau burung tak lagi terdengar
Sorak-sorai anak-anak yang bermain pun berubah menjadi jerit tangis
Terasa hati pilu, tapi tak banyak yang bisa dibuat

Air mata tak lagi terbendung
ketika tubuh basah menggigil kedinginan di camp pengungsian
Tak ada kasur nyaman dan selimut hangat
yang ada hanya beratap langit dan berlantai bumi
Terasa hati getir, tapi tak banyak yang bisa dibuat

Air mata tak lagi terbendung
terbersit di hati apakah alam sudah murka?
atau ini adalah hukum alam bagi yang tak pandai menjaga alam
karena Lahan hijau tempat resapan air berganti dengan gedung pencakar langit
Terasa hati sedih, tapi tak banyak yang bisa dibuat

Thursday, January 17, 2013

Pagi ini aku hanya ingin menulis

Pagi ini aku hanya ingin menulis
Menulis sesuatu yang tak tertulis karena memang tak mampu terungkap

Pagi ini aku hanya ingin menulis
Menuangkan suara malam dan siang yang berlagu di hati
Menuangkan keegoan, kesedihan dan ketidak berdayaan

Pagi ini aku hanya ingin menulis
Untuk melukiskan teriakkan sukma yang merintih lirih




Tuesday, January 8, 2013

Antara Komitmen, Konsisten, Pecundang dan Tarian Jemari

Suara Gemuruh bersahut-sahutan di langit kota Prabumulih, sejenak menghentikan ku dari aktifitas seharian di istana dingin, berkas-berkas kerjaan belum terselesaikan masih bertumpuk dan berserak di lantai petakan kamar ku, tapi entah kenapa jemari ini ingin sekali menari-nari untuk mencerita kan cerita hujan di sore ini.

Aku mengela nafas panjang, "Komitmen dan Konsisten" adalah dua kata mujarab yang menggelitik untuk ku menarikan jemari, dua kata yang saling berhubungan tersebut lah yang membuat ku hari ini sengaja menyepi di Istana Dingin.

Ku lirik lukisan hujan yang menyembur di kaca jendela kamar, hati ku pun ingin berteriak bersama tarian jemari, kenapa sering sekali komitmen tidak dibarengi oleh konsistensi? bukankah komitmen dibuat agar bisa diaplikasikan secara konsisten, untuk apa dibuat komitmen bila tak di lakukan secara konsisten, tidak kah itu sama dengan membuat suatu aturan, tapi secara nyata sendiri mengingkari?

Alunan irama lagu korea yang terlantun syahdu dari lepi, mengingatkan ku pada kak Meton. Kak Meton yang merupakan kakak sekaligus sahabat untuk berbagi tentang hal-hal yang tak mampu terucap dan terungkap tentang PNPM di dunia nyata, yang menjadi tempat ku berbagi,  mengkritik, mengadu dan yang terakhir pelampiasan marah atas ketidak adilan yang terjadi di dunia fasilitator.

Bahasan terakhir kami melalui chat, adalah tentang ciri-ciri seorang pecundang. Ada 3 jenis orang disebut pecundang, yaitu:
  1. Tidak tahu dan tidak mau tahu
  2. Tahu, tapi pura-pura dan tidak mau tahu
  3. Sok Tahu
Seseorang sebetulnya sadar akan komitmen yang telah ia buat, tapi kenapa seperti ciri seorang pecundang, sering kali mengingkari dan tidak konsisten pada komitmennya! mereka tahu tapi tidak mau tahu, entah apakah hati nya memang telah tertutup atau memang sengaja ditutup, hmm,, biarlah rinai hujan di sore ini yang menjawabnya.