Sembari mendengarkan suara serak-serak basah dari Fatin dengan lagu tunggal di window media player si lepi yang berjudul Cahaya di langit itu, di awal pagi ini aku kembali mencoba menarikan jemari di atas keybord dengan maksud melepas rindu pada kebiasaanku dahulu yang bisa menulis dengan sebebas-bebasnya.
Rindu ini begitu besar sehingga hujan pun kembali menetes membasahi bumi, membentuk lekungan fatamorgana dan dilema di dalam hati. meratapi rasa yang menghilang, walau sebetulnya aku tahu dimana seharusnya aku bisa menemukannya.