Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Thursday, May 28, 2015

Lelaki Tua Berkemeja Kusut dengan Ransel Kusam

"Permisi!", suara berat itu menghentakkan ku dari lamunan. Sosok lelaki tua berkemeja kusut dan beransel kusam mengambil kursi dan duduk disebelah ku.

Sejenak aku tercengang, entah apakah aku sedang bermimpi atau aku sekarang memang berada di bis kota, "aah,, bangun!! coba buka lebar-lebar mata mu!", ujarku sendiri sembari lekat memandang si lelaki tua yang telah menggunakan seat beal sembari membolak-balik majalah yang diselipkan di belakang kursi bagian depan. 

"Ada apa Non?", tanya si lelaki tua seperti menyadari pandangan mata ku yang tak berkedip kepadanya. "Eh, maaf pak,, maaf!", ujar ku gelagapan seperti seekor kucing yang tertangkap basah mencomot ikan di atas meja. Aku pun segera memasang seatbeal dan mengalihkan pandangan ke jendela dengan pemandangan sayap pesawat yang lebar siap membelah angkasa.


Masih merasa gundah, sesekali aku mencuri-curi pandang ke lelaki tua yang masih fokus membaca majalah setelah pesawat lepas landas. Karena tipe ku yang tak bisa menahan rasa penasaran, maka dengan jantung berdebar aku coba menyapa ke beliau. "Mau ke Yogya juga pak?", tanya ku penuh hormat seperti sebagaimana mestinya orang muda menyapa ke orang yang lebih tua. "Iya nak, pulang dulu, sudah dua minggu tak pulang, biasanya setiap minggu bapak pulang", ujarnya menjelaskan dengan senyum yang ramah.

"Asli Yogya?", tanya ku kemudian. "Aslinya Bapak Klaten, tapi keluarga semua di Yogya karena istri bapak aslinya orang sana", jawabnya ringan sembari tangannya kembali membalik lembar majalah dipangkuannya. " Bapak kerja di Palembang?", pertanyaan ku semakin berani menelisik mencari jawab atas rasa penasaran. "Iya!", jawabnya singkat mengundang tanya.

"Maaf, kalau saya banyak tanya, ngomong-ngomong kerjaan bapak apa ya?", tanya ku to the point ketika sadar 15 menit lagi pesawat akan mendarat. Lelaki tua tersebut tersenyum memandang ku, seperti bisa membaca rasa penasaran yang tersirat di kalbu. "Saya hanya seorang pengamen di lampu merah simpang Charitas Non, tapi alhamdulillah penghasilan saya bisa membiayai kuliah 2 anak saya di Universitas Negeri di Yogya, rezeki saya ya,,, hahaha", jawabnya sembari tertawa terbahak.

Aku terdiam, tak mampu berkata dan bertanya lagi sembari memandang ke lelaki tua berkemeja kusut dengan ransel kusam di pangkuannya itu. Aku pun mengucek mata sambil berkata di dalam hati "Apakah ini mimpi?"

No comments: