Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Monday, February 15, 2010

Ke-16 : Ego kah?


Senin, 15 Februari 2010

Sambil menunggu acara film favorite ku "Mengintip Surga", aku seperti biasa menggonta ganti channel tv ku yang hanya ada 5 siaran itu. Pada acara berita " reportase Sore" di Trans Tv, ada sebuah berita tentang pembongkaran paksa bangunan liar di Jakarta. Hmmm... miris sekali rasanya, liat seorang ibu yang berteriak-teriak histeris karena tidak mau toko kecilnya dipaksa dibongkar, kasihan sekali.... tapi apa yang terjadi, aku lihat seorang bapak-bapak yang entah itu seorang pengacara atau apa yang berteriak-teriak sambil menunjukkan kertas yang kelihatannya sebuah akte tanah yang sudak kepengadilan, Astargfirullah... gayanya arogan sekali. :(

Aku disini hanya bisa berpendapat, tapi aku juga sebetulnya tidak tahu yang mana yang salah atau benar, dan aku disini tidak untuk mencari pembenaran atau sebaliknya. Hanya saja aku merasa ada suatu yang janggal dari peristiwa yang aku liat sekilas berdurasi tidak sampai 3 menit itu. Kenapa peristiwa itu harus terjadi? Hmmm......

Mari kita bersama melihat dengan menggunakan azas tak bersalah (kayak dipengadilan gituu...) dan memihak kepada kedua belah pihak, baik si ibu yang punya toko kecil yang akan digusur, dan sebagai si bapak yang mungkin seorang pengacara atau yang punya tanah.

Mungkin si bapak benar, ia yang mempunyai tanah secara sah pada segi surat-surat dan pengakuan, mungkin juga si bapak juga sudah terlalu sabar, menunggu dan memberi waktu kepada si ibu untuk mengosongkan tanah miliknya itu, dan yang terjadi karena batas kesabarannya habis (hmmmm memang sabar ada batas? mode: thinking) ia akhirnya mengambil jalan terakhir yaitu melakukan penggusuran.

Coba kita lihat dari pihak si ibu, hmmm... bisa jadi si ibu ini sudah sadar dan sangat tahu kalau tanah yang ia tempati sebagai warung bukan merupakan haknya. Tapi bisa jadi si ibu merasa bingung, mungkin ia mau untuk meninggalkan tanah itu, alias pindah, tapi..... mau pindah kemana? dan bagai mana dengan tempat tinggal plus mata pencahariannya yang mungkin hanya satu-satunya itu?

Hayoooo.... mari kita bersama mencari jalan keluarnya, menurut saya, sebetulnya peristiwa terebut tidak perlu terjadi, kenapa kita sulit sekali untuk menempuh jalan damai? apakah ego masing-masing selalu kita pertaruhkan? aaaah... hari gini masih bicara tentang ego??? ga jaman bro... hahahahaha

Seperti kata pepatah, setiap penyakit pasti ada obatnya, dan setiap masalah pasti ada penyelesaiannya, hmmmm.. kenapa kita tidak menempuh jalan keluar yang damai yang saling menguntungkan. Misalnya.... Yang punya tanah, cobalah sedikit peduli, memang sih... tanah itu punya dia, tapi cobalah kita lihat, si ibu telah membangun sebuah toko kecil/ warung, dengan modal usaha.... kenapa tidak, berilah sedikit ganti Untung (bukan ganti rugi ya...) dan berilah solusi yang baik, misalnya, kemana ibu itu bisa pindah.... Aku yakin, kalau solusi itu yang dipakai, otomatis ga akan terjadi penggusuran secara paksa... Hmmmmm ayolah.... dunia ini sudah panas, kenapa kita harus hidup dalam keadaan panas... Stay Cool man.... hehehehe


No comments: