Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Friday, June 18, 2010

Ke-21 : Rezeki

Jum'at, 18 Juni 2010

sebelum posting, sempat terlintas di benakku, aku rasa ada yang salah dan aneh pada diriku. Ketika orang berlomba-lomba untuk hidup lebih mapan aku malah menunggu ada yang mau mengajakku untuk hidup dalam kesederhanaan. Kalau ditanya kenapa? aku hanya akan menjawab kalau hidup dalam kesederhanaan akan membuatku lebih mengerti arti hidup.
Kadang aku juga berpikir, kenapa aku benci sekali dengan uang. Walau aku tahu, hidup tidak akan berjalan tanpa uang, tapi mengagungkan uang sampai seseorang rela melakukan segala cara dan hal membuatku miris.
Allah baik sekali kepadaku, aku dilahirkan di keluarga yang tentram, dimana abah dan emak menjadi orang yang the best di dunia ini. Aku hidup tidak dalam kemewahan, tapi selalu cukup. Dan yang pasti aku tidak akan pernah menjadi orang kaya, karena ku rasa bakat ku untuk kesana tidak ada, hehehe
Dulu mungkin aku melakukan hal paling bodoh, Banyak yang bersyukur atas rezeki Allah, tapi banyak juga yang mengeluh, hmmm... dari teman-teman sekolah sampai kuliah mungkin sampai aku kerja, banyak yang bilang kalau hidupku ini enak. Alhamdulillah, memang seperti itu kenyataannya, dan karena itu aku slalu bersyukur kepada Allah.
Tentang ujian rezeki, hanya ku lakukan untuk pembelajaran hidupku. Ya.. tahu sendiri bagaimana kehidupan fasilitator, gaji tidak selalu tetap, kadang tepat waktu, kadang juga sampai telat berbulan-bulan. Nah, waktu itu kebetulan gaji sedang rada telat, seperti biasa aku keliling desa, dari pada suntuk dan iba melihat dan mendengar keluh kesah teman-teman. Teringat aku, uang di kantong ku hanya ada 20 ribu, hiks.. hebat sekali untuk orang yang hidup sebatang kara di kota kecil ini. Sampai di salah satu desa dampingan ku, aku ketemu dengan relawanku, hiks.. ternyata dia sedang bersedih karena adanya permasalahan keuangan. Dia butuh uang 20 ribu untuk mengobati anaknya. Mungkin bagi kita uang 20 ribu tidak seberapa, tapi ternyata bagi relawanku ini, uang 20 ribu bisa membeli kebahagiaannya. AllahuAkbar...
Sebetulnya, aku bingung karena sebetulnya aku memiliki kebahagiaan relawanku itu di kantongku, tapi ada juga sekilas terpikir, bagaimana nantinya dengan aku? hehehe.. aku jadi tertawa sendiri mengingat saat itu. Dalam waktu 15 menit aku menganalisa dengan rumus pembandingan manfaat, akhirnya aku serahkan uang 20 ribu milikku satu-satunya. Semoga menjadi yang terbaik, hanya itu harapku. Sampai di kost, aku ceritakan hal ini dengan sahabat ku, kita berdua tertawa... karena memang kita termasuk kumpulan orang bodoh.
Allah memang Maha Besar, ternyata aku tidak pernah kehilangan uang 20 ribu ku, karena Allah memberiku berlipat-lipat rezeki yang nilainya melebihi dari 20 ribu setelah kejadian itu. Duuh.. tambah sayang sama Allah... terima kasih ya Allah.....


No comments: