Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Sunday, November 29, 2015

Bolu Pisang Dadakan

Tak ada yang bisa tahu apa yang akan terjadi, seperti halnya padaku di minggu-minggu ini. Perasaan gundah-gulana, tak tenang, khawatir, dan akhirnya menghilangkan fokus lalu menghasilkan kontroversi di hati dalam fatamorgana kehidupan. Eiiitt,,,, nanti dulu, kalau ada yang berpikir ini tentang status "single" yang belum "move on"  artinya anda salah besar, hehehe.

Lalu tentang apa? Hmmm,,, cerita ga ya? tapi sepertinya jangan dulu aah,,hehehe :P

Sunday, November 22, 2015

Wahai Malam

Wahai malam,
Kenapa mata ini sulit terpejam
Setelah satu minggu aku melalui hari-hari yang melelahkan

Wahai malam,
Kembali mata ini sulit terpejam
Berharap esok tak akan menjadi lelah seperti minggu lalu

Wahai malam,
Maafkan aku
Karena lelah aku sering salah menumpahkan penat.

Wednesday, November 18, 2015

Tarian Jemari Sosialisasi



Beberapa hari yang lalu melalui broadcast di BBM, aku mendapat sebuah pertanyaan untuk sosialisasi sebagai berikut:


  • Kapasitas apa yang dibutuhkan oleh tim korkot dan tim fasilitator untuk sosialisasi?
  • Media apa yang cocok digunakan untuk sosialisasi kepada masyarakat
  • Agen sosialisasi yang paling strategis dan potential di PEMDA dan masyarakat siapa?

Memang terlihat simpel karena hanya terdiri dari tiga pertanyaan, tetapi tiga pertanyaan ini juga merupakan pertanyaan-pertanyaan yang selalu silih berganti bermain di alam pikirku.

Tuesday, November 10, 2015

Kehilangan Ekspresi

Alih-alih bukannya segera menyelesaikan bahan paparan untuk rakord esok hari, aku malah rindu untuk menarikan jemari di blog ini. Biasanya sepenggal kisah percintaan yang aku gores agar menjadi sebuah kenangan indah bila beberapa tahun lagi aku kembali membacanya, tapi kali ini aku ingin sekali menuliskan tentang apa yang terpendam di hati, satu hal kecil tapi begitu menggores relung hati.

Benar kata pepatah, hal yang paling menyakitkan adalah "penghianatan" yang dilakukan oleh orang yang telah kita percayai, dan alhasil aku semakin bingung siapa yang harus aku jadikan kawan, siapa juga yang sebetulnya bukanlah orang baik untuk ku jadikan kawan.

"huaah", aku hanya menghela nafas panjang, mencoba membuang seluruh beban menggelanyut membentuk awan hitam yang semakin tebal. Berusaha bersikap egois, tapi tetap tak bisa.

Terkadang hati tak sabar dan memberontak dengan sebuah sikap tidak adil, tapi yang aneh, marahku yang seperti saat dulu aku menjadi seorang fasilitator kelurahan tak kunjung muncul ke permukaan. Air mata yang biasanya mengalir tanpa komando pun sekarang telah kering tak berbekas.  Aku sekarang kehilangan ekspresi, kehilangan saat bisa meluapkan kekesalan seperti layaknya ilustrasi gambar di sebuah komik dengan api membara yang muncul di atas kepala.

Friday, November 6, 2015

Pahit Yang Menunjukkan Keaslian Sebuah Rasa

"Dia terlalu sempurna! aku tak tahu apa aku bisa!", ucapku lirih hampir tak bersuara di kelam malam akhir pekan. "Hahaha, bisa juga kamu kehilangan rasa percaya diri? hati-hati loh, nanti abis digondol kucing", ujarnya sembari tertawa terbahak memecah sang sunyi.

"Tuh kan, kalau dicerita'in pastinya begitu, ya sudahlah tak usah diteruskan, yuk pulang!", rajukku dengan mimik wajah yang sendu.

"Eitss,, nanti,, kopiku belum habis! aku juga belum selesai nih mendengar cerita mu", ucapnya lembut dengan senyum dikulum.