Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Wednesday, March 23, 2016

Seminar itu.....

"Kemana aja loe, hilang kayak ditelan bumi?", seperti biasa sapaannya lembut tapi cukup membuat ku merasa keki. "Rame juga", jawab ku sambil melihat ke sekitar ruang seminar peringatan hari bumi tanpa mengindahkan pertanyaannya.

"Guplak!", gulungan kertas materi seminar akhirnya mampir di kepala. "Kebiasan loe, kalau orang nanya ya dijawab", ujarnya sewot dan hanya aku balas dengan cengar-cengir sambil mengusap kepala.

 "Kenapaaa?? kangen pake banget ya sama aku?", ujar ku memasang muka manja tapi kebanyakkan yang lain bilang bukan manja tapi ngeselin.

"Males gue jauh-jauh kesini dapat sambutan loe kayak gini, pake acara datangnya lama dan telat pula!", sekali ini dia pasang muka lipat tiga sebagai tanda aku harus sedikit mengurangi kadar bercanda.


"Hahaha, iya maaf,, tadi aku rada ga keenakkan minta ijin ke pak bos, secara kegiatan lagi padat-padatnya. ini pun hanya dikasi waktu 2 jam saja. So, aku sudah ketinggalan apa nih?", tanya ku pasang muka serius sembari mengamati sang pembawa acara yang sedang memperkenalkan para narasumber. "Baru saja pembukaan dan acara leyeh-leyeh pejabat", ujarnya dengan pandangan juga fokus ke depan. 

"Siapa yang buka?", tanya ku sambil mempermainkan zoom sang kamera pocket untuk mengabadikan moment. "Wakil Gubernur, tadi juga ada seremonial penyerahan pohon sebagai simbol  sumber kehidupan", jawabnya yang aku balas dengan anggukan kecil.

Aku kembali memandang kesekitar ruang. Memandang bangku-bangku VIP sebagai tempat menjamu para pejabat yang sudah sebagian kosong, biasalah budaya setelah acara pembukaan maka para pejabat yang hadir pun bubar jalan di setiap acara masih tetap berlaku. 

"Hayo kita pindah ke depan! sayang bangku-bangku itu kosong!", ujar ku, tapi kembali gulungan kertas materi seminar mendarat di kepala. "Sudah disini saja, jangan reseh! ingat loe kan bentar lagi sama kayak pejabat-pejabat itu yang ikutan kabur!", ujarnya dengan intonasi rada keras sampai para peserta yang duduk di sebelah pasang mata melotot.

"Hehehe,, iya juga ya,,,", ujar ku kembali mengusap kepala menyadari kalau kelakuan ku juga bakal mirip para pejabat yang meninggalkan ruang seminar tanpa mengikuti acara sampai selesai.

Aku kembali fokus memperhatikan sang moderator acara seminar yang menjelaskan aturan seminar "Busyet dah! setiap pemateri cuma diberi waktu 15 menit, apa cukup?" ujar ku di dalam hati sambil membolik-balik  lembar copy'an materi yang cukup tebal. 

Materi pertama seharusnya disampaikan oleh sekjen kementerian Pariwisata, hmm,, tapi kembali aku dikecewakan karena yang tampil hanya perwakilan dari nama yang terpampang, dengan materi diawali ucapan permintaan maaf dari yang bersangkutan dan alasan klasik lainnya.

"Kenapa loe? ketelen pena?", sahabatku yang bawel sepertinya paham gelagat kekecewaanku. "Ho oh, aku sengaja bela-belain pamit ke bos untuk melihat gaya masing-masing pemateri. Secara, gini-gini aku kan juga EO nya kegiatan yang sering melibatkan pejabat. ikut kayak gini aku berharap bisa mempelajari karakter mereka masing-masing, tapi kalau yang menyampaikan materi cuma perwakilan, ya sudah lah..", jawabku pelan mengandung kecewa.

"iya juga sih, sebetulnya materi yang disampaikan sangat bagus. tetapi sayangnya yang menyampaikan tidak memperhatikan siapa peserta seminar, lah yang hadir kebanyakkan dari golongan mahasiswa tapi nyampein materi kayak ke kepala dinas, hahahaha", ujarnya menganalisa, dan aku pun hanya menganggukkan kepala pelan, tak berharap banyak pasang mata kembali melotot kearah kami.

Sang pemateri pertama telah menyelesaikan tugasnya dengan riuh tepuk tangan peserta yang dikomandoi oleh sang moderator. Selanjutnya pemateri kedua pun siap dengan slide paparannya. Dan kembali, sang pemateri juga hanya peran pengganti dari narasumber sebenarnya dan penyampaian materi juga hanya sekedar membacakan, "halaaah,, gubrak dah!", ujar ku langsung memasukkan kamera pocket ke tempatnya, dan segera merapikan modul dan meletakkan ke dalam ransel.

"Eh, loe mau kemana, sudah beres-beres aja?", tanyanya seperti biasa hafal dengan kelakukanku. "Hehehe, aku ga betah disini, terus aku juga harus tepati janji ke pakbos. Kamu lanjut saja, nanti ceritain ya hasilnya ke aku!", jawabku sambil memberi isyarat berpamitan kepadanya.

"Iyalah, hati-hati dijalan!", ujarnya yang langsung aku jawab dengan dua jempol sembari mengendap-endap menuju pintu keluar.

1 comment:

Rita Asmaraningsih said...

Hai Sist.. Aku juga dah lama gak mampir kesini.. Msh menjd pendamping PNPM Mandiri kah?