Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Wednesday, December 16, 2009

Ke-2 : Sebuah Kesan


Malam ini kembali hujan, seperti biasa aku membuka notebook untuk sekedar melihat status-status baru di facebook atau berselancar di dunia internet yang menurutku adalah jendelanya dunia setelah buku.

Setelah sedikit ber-sms dengan sahabatku yang sekarang mungkin masih menangis karena ingat hal-hal dimasa lalu, membuatku juga menjadi ikut merefleksikan perjalanan hidupku. Dan malam ini, aku teringat dengan Ani, tetangga ku.

Sore itu hari ke-2 bulan Ramadhan, ketika aku pulang dari kerja, ku lihat pintu kontrakkan sebelah terbuka. “Wah, akhirnya, ada juga yang mengisi kontrakkan sebelah setelah di tinggal “Pak Bos” ke Kaur-Bengkulu kurang lebih setengah bulan ini”, gumam ku sambil memasukkan “si hitam” untuk beristirahat setelah kelelahan menemaniku berkeliling-keliling desa.

Dua hari kemudian, sepulang dari kegiatan rutinku aku dikejutkan oleh suara tetangga baru ku yang bernama Ani itu. “Ayuk, bisa install computer gak?”, katanya. “hmmm, insyaallah bisa, kalau master drivernya ada An”, jawabku. Kemudian aku diajaknya ke kontrakkan sebelah untuk melihat keadaan laptopnya itu. “Lambat bener yuk”, ujarnya sambil memperlihatkan kepada ku kumpulan CD drivernya. Setelah aku lihat, ternyata driver laptopnya tidak ada, yang ada hanya CD Nero Burning dan CD DVD player. “ga ada CD Drivernya An:, kata ku lirih. “Terus bagaimana yuk?”, tanyanya, kulihat raut mukanya agak kecewa. “sudah pernah di defrag drive nya An?”, Tanya ku, yang dijawab dengan gelengan kepala dari Ani. Kemudian aku mengajarinya cara-cara men-defrag.

Ketika defrag drive sedang berlangsung, sebuah sedan hitam berhenti di depan kost kita. Seorang bapak-bapak berumur sekitar 40an masuk. “Sudah pulang pak?”, Tanya ani. “Iya”, jawab bapak itu yang menurut analisaku adalah bapaknya atau pamannya yang akan menemani Ani, karena menurut informasi ibu kost (yang punya kontrakkan), suaminya Ani adalah seorang pekerja proyek yang sering keluar kota. Ketika Azan magrib telah berkumanda, maka aku pamit pulang untuk ber-buka.

Esoknya, aku dengar suara ibu-ibu memanggil-manggil Ani, langsung saja aku keluar untuk memberitahukan bahwa Ani sedang keluar karena pagi tadi aku melihat Ani dan Bapaknya pergi dengan mobil. “Ani nya pergi dengan Bapak, buk”, kataku. Ternyata ibu itu adalah orang tuanya Ani. Akhirnya entah bagaimana, ibunya Ani bercerita, bahwa Bapak yang memakai sedan Hitam itu adalah suaminya Ani. Kulihat raut sedih dimuka ibu itu, Dia menceritakan bahwa ani yang baru berumur 19 tahun itu adalah istri ke-2. Dia pindah ke kontrakkan ini, karena Bapak (orang tua laki-laki) nya tidak merestui pernikahannya, dan selalu cekcok di rumah. “waktu Ani menikah, bapaknya tidak hadir Mi. Hanya ibu yang hadir karena bagaimanapun ibu adalah ibunya”, ujarnya lirih. “Ani fisiknya lemah Mi, karena itu ibu datang tiap hari ke sini untuk melihat keadaanya”, lanjutnya. Setelah hampir setengah jam cerita kami terhenti, ketika kami melihat sebuah mobil sedan hitam masuk ke perkarangan kontrakkan.

Kontrakkan ini sedikit ceria dengan kedatangan Ani. Anak ini sungguh periang sekali. Setiap hari dia mencari buah strowberi yang ada di kebun depan kontrakkan, sorenya dia menyirami tanaman strowberinya yang dia tanam di plastic polibeknya, yang waktu ku Tanya untuk apa menanam buah strowberi lagi? Dijawabnya dengan tertawa, “untuk ditanam di rumah nanti”.

Setiap hari, ada saja kesan yang dibuat Ani, ada cerita Goreng ubi malam-malam, cerita merumput kebun strowberi, cerita banjir martabak dan masih banyak lagi cerita-cerita lainnya. Pada H-7 Lebaran Idul Fitri aku pamit untuk pulang kampung ke Palembang. Dan ketika di Palembang Ani masih menghubungiku lewat sms-sms cerianya.

Di H+7 aku pulang kembali ke kota kecil ini. Langsung saja aku sms Ani ketika aku telah sampai di kontrakkanku dan aku dapati kontrakkannya kosong. Lewat balasan sms-nya ternyata ani sedang sakit dan sekarang ada di rumah ibunya. Dan lewat sms-nya juga dia berpesan kepadaku untuk menyirami stowberi-strowberi dalam polibeknya.

Innalillahi wa innailaihi roziun, dua minggu kemudian aku mendapat kabar bahwa Ani meninggal karena sakitnya. Terkejut sekali rasanya, tapi semua sudah menjadi kehendak Allah. Sampai sekarang aku tidak tahu Ani sakit apa, karena keluarganya menutupi. Dan aku masih belum sempat menanyakan alasan Ani untuk menikah dengan Bapak yang umurnya selisih jauh sekali, dan aku yakin, alasan ini hanya Ani yang tahu.

Selamat jalan Ani, semoga engkau tenang disisi-Nya. Walaupun pertemuan kita hanya kurang dari satu bulan, tapi engkau menoreh kesan di hati ini. (16/12/2009 - amibae)

1 comment:

Annur Shah said...

kisah nyata yah mba??
Innalillahi wa innailaihi rojiun,,, mudah2an amal dan ibadahnya diterima disisi Allah...

aku yakin sekali pasti sangat menderita jadi istri kedua yang tak pernah mendapat restu ayah dan berantem dgn istri pertama....

jika smw jalnnYa spti ini mudahn menjadi pelajaran bagi kaum hawa dan lelaki untuk bisa membagi dgn adil...