Senin, 15 Februari 2010
Brerrrrr.... nyampe juga ke kost-an, Alhamdulillah selesai juga pencairan dana BLM tahap-1 lingkungan yang ke 60%. Walau tadi ada riak-riak kecil pada saat diskusi tentang progres pekerjaan dilapangan dengan KSM, tapi alhamdulillah semuanya dapat berjalan lancar. Mantaflah pokoknya :D
Memang asik bekerja di masyarakat, walau kadang sering menangis dibuatnya, tapi ternyata memberikan kita khususnya aku, banyak sekali pelajaran hidup. Dan yang pasti, tak henti-hentinya aku memanjatkan syukur alhamdulillah, atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepadaku.
Setelah menjadi Fasilitator ini, aku banyak mengalami dan melihat serta bersentuhan langsung dengan getirnya kehidupan di masyarakat, khususnya untuk golongan menengah ke bawah. Dan PNPM-P2KP banyak memberikan ku pengalaman, ternyata banyak sekali kemiskinan yang dialami oleh masyarakat di perkotaan. Kemiskinan ini tidak hanya terlihat dari materil, tapi juga moril. Dengan berkembangnya struktur masyarakat dari yang tadinya termasuk desa dan sekarang pada tahap transisi menuju kota. Hmmmm.. masa transisi inilah yang paling sulit.
Masyarakat yang tinggal diwilayah transisi antara desa dan kota, cenderung memiliki gaya hidup yang agak aneh kalau menurut saya. Bayangkan saja, dan ini kenyataan, banyak sekali masyarakat di sini yang sudah meniru-niru gaya kota, padahal terkadang mereka ini belum mengerti dan pemahami tentang apa yang mereka tiru. Kita ambil contoh, Handphone (hp). Aku sering tersenyum simpul, bahkan kecut (tapi bukan iri loh... ) banyak sekali masyarakat di sini yang memiliki hp-hp yang canggih dengan series terbaru. Tapi apa yang terjadi, mereka masih kurang memahami bagaimana untuk memanfaatkan fitur-fitur pendukung dari hp tersebut. Dan inilah yang menjadi sumber masalahnya, mereka lebih mengutamakan gengsi dari pada manfaatnya, hmmmm.. sangat disayangkan.
Nah, paradigma inilah yang lambat laun kita harapkan pudar dimasyarakat. Untuk mengubah paradigma yang sudah tertanaman pada seseorang itu adalah hal yang sangat sulit sekali, maka tidak muluk-muluk yang kita harapkan adalah melakukan pergeseran paradigma di masyarat, ibaratnya kita mengisi air di gelas yang sudah penuh.
Dan satu lagi, aku teringat terus pesan pusaka dari Team Leader (TL) ku dulu Pakpe, menjadi fasilitator itu bagaikan menjadi seorang dokter. Seorang pasien tidak akan sembuh, bila dokternya mengikuti kemauan sang pasien..... So, otomatis kita dituntut untuk tegas dalam bertindak dan mengambil keputusan. Jujur aja neeh... kadang aku tidak tega untuk menegur dan memarahi pengelola kegiatan (KSM) bila mereka melakukan penyimpangan, tapi karena ini sudah menjadi tugas dan juga demi suatu kebaikkan, maka tetap harus aku lakukan.
Uupss... kayaknya posting ku kali ini ga da tema nya ya, tapi ga pa-pa lah namanya juga celoteh... hahahahahahaha
No comments:
Post a Comment