Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Tuesday, February 16, 2010

Ke-19 : Seni Menjadi Fasilitator


Selasa, 16 Februari 2010

Wuiih.... hari ini aku mendapat pelajaran hidup lagi. Memang menghadapi masyarakat banyak berbeda-beda cara nya, dan hmmmm... yang pasti yang dihadapi juga berbeda-beda.

Senang sekali rasanya, aku dapat pelajaran berharga dari yang orang lain alami, dan yang pasti kata kuncinya, berpikirlah positif, lepaskan ego, dan mari bersama membangun desa... hahahahaha, ketemu lagi motto baru. Kadangkala, dan sebenarnya semua bermaksud baik, bisa aku contohkan seperti permasalahan yang ada di desa Duku Ulu. Tapi, dibilang masalah sebetulnya juga tidak, karena sebetulnya hanya hal putus komunikasi dalam kata lain, ga nyambuuung gituu loh.... UPS bermaksud baik, ia ingin sesuai dengan jalur koordinasi yang sesungguhnya, yaitu : proposal di buat oleh KSM -> diverifikasi UPS -> baru kemudian diverifikasi di tingkat BKM. BKM juga benar, BKM ingin langsung membantu KSM dalam perencanaan proposal dan bukan berarti mau mencampuri KSM.

Aaaah.. kalau boleh egois, ingin rasanya aku tidak peduli, bayangkan saja sedang padatnya siklus yang kejar target, eh... ada masalah yang sebetulnya bukan masalah. Tapi ya Allah, terima kasih, Engkau selalu mengingatkan hamba-Mu ini, Huuh... teringat kembali apakah tugas utama fasilitator itu, Yup.... fasilitator bertugas sebagai memfasilitasi dan menjembatani di masyarakat. Kalau kata teman teman faskel, Tugas faskel selain memfasilitasi, juga sebagai verifikasi, dan yang terakhir kadang-kadang juga sebagai clarifikasi.. (just joke man...).

Hmmmm... sungguh inilah seni menjadi fasilitator, apalagi diprogram pemberdayaan + proyek ini. Teringat kembali pencerahan yang diberikan Pak Bagus, TA Monev. Ia memberi pencerahan tentang hubungan Substansi dan teknis.

Bila Kita hanya memilih substansi, otomatis kegiatan pemberdayaan dimasyarakat akan berjalan dengan baik, tetapi bagaimana akan dinilai baik, bila substansi tidak dibarengi dengan teknis (administrasi pelaporan)? otomatis adalah kesia-sia an. Hmmm.. begitu juga Bila kita hanya memilih teknis, Woow.. pastinya pelaporan menjadi mantaf! tapi bila pelaporannya tidaklah nyata, bukankan merupakan sebuah kebohongan???



SUBSTANSI ---> KESIA-SIA AN

TEKNIS ---> KEBOHONGAN

SUBSTANSI + TEKNIS ---> MANTAF BROO!!!!



Jadi bagaimana? Yup, sebagai fasilitator kita dituntun untuk menjalani substansi dan teknis secara berbarengan, so ideal!!! tapi itulah kenyataannya. Dan Yakinlah teman-teman, menjadi fasilitator adalah pekerjaan yang paling menyenangkan, karena kita dapat selalu belajar banyak hal, yang pastinya tidak akan kita dapat dari pekerjaan manapun... Soo.. Semangat guys!!!! Merdeka!!! hahahahaha

No comments: