Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Thursday, June 24, 2010

Ke-29 : Wajib Dibaca Bagi Yang Ingin Menjadi Pemimpin

Kamis, 24 Juni 2010

Aah.. dari pada aku pikirkan kejadian aneh tentang followed blog ku, baiknya aku coba posting-posting lagi, mana juga kata Andi mungkin karena jaringan yang lambat, yup... may be yes mas be no lah, hehehe. Sekarang seperti biasa Kota curup di guyur hujan deras, hmmm senang sekali kalau ga da pertemuan malam, kalau ada ya mesti pergi deh dengan seragam astronot yang siap untuk pergi ke bulan alias mantel hujan ^_^.
Sambil menunggu waktu sholat Isya, aku menghabiskan waktu ku bersama sobat setia ku si Komtam (Komputer Hitam). Sambil membalas kunjungan teman-teman blogger aku mendengarkan lagu sendu Indonesia album lawas Melly Goeslow "Ada Apa Dengan Cinta". Huft, mata ku tertuju dan menangkap sebuah Modul Dasar Komunitas "Pemberdayaan dan Kerelawanan", yang teronggok di sudut kamarku, Hmm.. modul sebagai modal waktu aku buat catatan proses untuk laporan pelatihan kemarin belum sempat aku balikkan di tempat nya semula.
Jujur aku katakan, dari semua isi dan modul yang menjadi media sosialisasi PNPM-MP, yang paling aku sukai adalah bahan bacaan. Seperti yang sekarang ini aku baca, Hmm.. aku sheare saja ya sama sobat-sobat, mungkin saja bahan bacaan yang berjudul "Semangat Pengabdian" ini menjadi bermanfaat, apa lagi sekarang kan sedang musim-musimnya kampanye Pilkada ^_^.

Semangat Pengabdian

Banyak diantara kita percaya bahwa memimpin adalah meraih kekuasaan. Tetapi, selama kekuasaan menguasai otak kita tentang kepemimpinan, kita tidak akan dapat bergerak maju menuju suatu standar kepemimpinan yang lebih tinggi. Kita harus menempatkan pengabdian sebagai inti; karena meskipun kekuasaan akan selalu dihubungkan dengan kepemimpinan, ia hanya memiliki satu penggunaan yang sah: Pengabdian.
Pentingnya pengabdian bagi kepemimpinan mempunyai sejarah yang panjang. Raja-raja zaman dahulu mengakui bahwa mereka mengabdi untuk negara dan rakyatnya, meskipun tindakan-tindakan mereka tidak konsisten dengan ucapan mereka. Upacara-upacara pelantikan di zaman modern bagi para petinggi negara semuanya melibatkan pengakuan akan pengabdian terhadap Tuhan, negara, dan rakyat. Para politisi merumuskan peran mereka sebagai pengabdian kepada rakyat. Dan di arena spiritual pengabdian selalu menjadi inti kepemimpinan.
Pengabdian hadir dalam konteks suatu hubungan. Dalam politik, hubungan itu adalah hubungan antara para pejabat terpilih dengan para pemilihnya, di lingkungan akademik antara pengajar dan siswanya, dalam kehidupan beragama antara pemuka agama dengan umatnya.
Idealnya adalah pengabdian tidak mementingkan diri sendiri, kita harus menganggap setiap orang sebagai diri kita sendiri dan kita tidak boleh mengharapkan imbalan. Tetapi, jika anda menunggu sampai anda dapat mengabdi tanpa motif pribadi, anda boleh menunggu "sampai tua".
Kepemimpinan yang berorientasi pada pengabdian tidak harus diartikan selalu menuruti kemauan oang lain. Pengabdian harus dilakukan dalam kerangka acuan nilai-nilai moral, ia harus merupakan pengabdian yang jujur. Jika kita mengikat diri pada pengabdian yang jujur, kita tidak harus selalu mengatakan kepada orang banyak apa yang mereka ingin dengar dari kita. Anda justru harus mengatakan kepada mereka jika anda anggap mereka salah.
Sebagai pemimpin, kita harus membangun organisasi yang terikat pada pengabdian. Kita arus menciptakan kesadaran akan pengabdian, membentuk kelompok inti yang akan melatih orang-orang untuk mengabdi, mengembangkan sistem untuk memberikan pengabdian, dan mengukur pengabdian itu untuk mengevaluasi kinerjanya. Tidak ada yang baru dalam tugas-tugas ini. Banyak badan usaha dan organisasi sukarela melakukan ini dengan sangat baik.
Jika standar tunggal merupakan pondasi standar kepemimpinan yang lebih tinggi, semangat pengabdian adaah bahan untuk mendirikan struktur bangunannya.

Lima langkah yang akan membantu pemimpin inti menjalankan pengabdiannya:
  • Fokus pada tanggungjawab
  • Menekankan pengabdian berlandaskan nilai
  • Membuat komitmen terhadap pengabdian pribadi
  • Memahami kebutuhan orang-orang yang akan anda abdi
  • Mendamaikan kekuasaan dengan pengabdian.

***

Jadi gimana dengan bacaan diatas? kepanjangan ya? hehehehe. ^_^. Tapi yup, itu menjadi pencerahan juga untuk orang yang ingin menjadi Pemimpin, semoga saja janji-janji calon bupati Kabupaten Rejang Lebong yang ku dengar di radio waktu makan siang di warung bakso tadi tidak hanya omongan belaka, bila memang niatnya memang untuk pengabdian. Karena, bakat khusus tidak diperlukan untuk menjadi pemimpin, hanya hasrat dan komitmen untuk mengabdi yang utama. ^_^


8 comments:

TUKANG CoLoNG said...

saya pernah menjadi ketua dan itu memang tuga yang berat banget,. Butuh tenaga ekstra agar kebijakan kita enak untuk semua pihak.
saya suka artikel ini.:)

Ferdinand said...

Wah klo jadi pemimpin aku kayanya belum terlalu siap Sob,...soalnya pernah beberapa kali jadi pemimpin tapi kayanya ga seperti yg aku harapka n hhe........komitmen emank yg paling penting tuh hhe,.,,

Nyayu Amibae said...

>> Tukang Colong dan Ferdinand :

Yup, bener sekali, betapa sulit menjadi pemimpin, terkadang kita sudah berpikir terbaik, eh ada saja yang bilang sa si su.. duuh.., tapi kok aku agak aneh ya, sekarang kan kota Curup sedang sibuk banget kampanye calon2 bupati, waah.. segala cara mereka lakukan, apa ga pada mikir susahnya jadi bupati ya...?? ^_^

wong cerbon said...

Sayangnya di negri tercinta kita ini hanya secuil pemimpin yang punya "lima komitmen" diatas, sehingga yang kita dapatkan adalah pemimpin2 yang korup dan hanya mementingkan pribadi dan golongannya saja

Nyayu Amibae said...

>> Wong cerbon: Salam persahabatan....

Sebetulnya pemimpin yang baik di Indonesia itu banyak sobat, tapi masih seperti "mutiara dalam lumpur" ^_^

johan said...

cari pemimpin muda

Nyayu Amibae said...

>> Johan : Apakah yang muda bisa memimpin tanpa emosi? karena biasanya musuh terbesar bagi pemimpin muda adalah "EMOSI" . ^_^

richo said...

komitment sangat penting, karena tanpa komitment sesuatu tidak akan dapat di raih...... jadilah pemimpin yang baik :)