Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Thursday, July 1, 2010

Budaya Jujur Ketika Moral Tidak Lagi Bersendi


Sebetulnya aku bukan seorang penulis, tapi hati ku ikut tergerak dan berharap sobat-sobat Cerita hujan juga akan mengikuti posting kolaborasi serentak tanggal 1 Juli 2010 hari ini yang diadakan oleh Blog TRIMATRA yang temanya adalah "Moralitas dan Budaya". Tanggal 29 Juni 2010 kemarin, aku kembali diingatkan oleh yang punya acara, Siip Sobat, terimakasih!! ini dia hasil karyaku ^_^.

Mungkin aku tidak perlu neko-neko mau menulis apa, aku hanya mencoba menulis hal-hal yang terjadi disekitar dan yang aku rasakan. Seperti judul diatas aku akan sedikit membahas tentang masih perlukah budaya kejujuran di negeri kita yang moralnya sudah berserak-serak? Ketika korupsi terjadi di mana-mana: dari birokrasi hingga lembaga perwakilan, dari pusat sampai ke desa, dari pejabat tinggi sampai RT (Rukun Tetangga). Hmmm... kadang terpikir olehku, apakah tidak merugi bila kita bertahan untuk tetap bersikap jujur?

Budaya Jujur adalah bawaan lahir manusia. Manusia tetap mencintai kejujuran walaupun rusak akhlaknya. Penjahat tidak mau anaknya menjadi penjahat, Penipu juga tidak mau anaknya jadi penipu, bahkan seorang koruptor juga tidak pernah menginginkan anaknya melanjutkan karier sebagai seorang koruptor.

Mereka yang tidak jujur sebenarnya memiliki rasa bersalah, dan akhirnya mereka akan menyalahkan keadaan (blaming the others) atas kesalahan yang mereka perbuat. Contohnya: mereka menyalahkan keadaan yang banyak anak, teman-teman yang juga koruptor, dimana mereka dipaksa untuk berpikir "Kalau tidak korup tidak akan langgeng menduduki jabatan, karena jabatan itu menjadi transaksi korupsi".

Kenapa korupsi merajalela? Karena moral dan kejujuran sudah tidak dibudayakan. Moral dan kejujuran hanya dijadikan sebagai hiasan dan formalitas saja. Nama boleh diawali dengan Haji, KH, DR, SH atau gelar-gelar lainnya yang mencerminkan manusia berpendidikan dan mengerti etika-kaidah, hmmm.. tapi bila sudah berdekatan dengan masalah uang, langsung meleleh, berubah warna dan akhirnya pudar.

Sekilas, ketidakjujuran terlihat menguntungkan, tapi sesungguhnya ketidakjujuran justru awal dari kejatuhan. Tidak saja kejatuhan moral dan integritas, tetapi kejatuhan ruhani. Bahkan bisa dikatakan kebangkrutan ruhani. Kalau terus-menerus tidak jujur, lama-lama dia akan hancur.

Jalan kejujuran itu mirip dengan istilah jalan yang benar. Jalan yang benar bukan berarti lurus seperti jalan tol. Tapi bisa jadi jalan yang benar itu berkelok-kelok. Sementara, ketidakjujuran mirip dengan jalan pintas tetapi membahayakan. Ketidakjujuran terlihat dari luarnya menguntungkan, tetapi sesungguhnya merugikan karena mengorbankan sesuatu yang paling berharga sebagai manusia yaitu HATI NURANI. Orang yang tidak jujur selalu bertentangan dan bertarung dengan dirinya. Oleh karenanya, dia tidak akan pernah merasakan kepuasan dan kebahagiaan hidup.

Karena itu, mari kita kembalikan budaya jujur di negeri kita dimana moral sudah tidak lagi bersendi ini, dan berhati-hatilah dengan ketidakjujuran meski hanya sekali. Semangat!! Hidup Jujur!!! ^_^

17 comments:

Pak Liek said...

jaman e' jaman edan
sing ora edan ora keduman

kejujuran hilang dikala orang-orang disekitar hilang kejujurannya ...

MODIFIKASI XP said...

oke Kejujuran membawa kebenaran dan Ketentraman hati

Sohra Rusdi said...

marilah mengembalikan jati diri bangsa , bangsa indonesia seutuhnya, jangan menjadi manusia tak berhati, penyembah harta dan penyembah dunia

munir ardi said...

salam kenal mbak mampir membaca posting kolaborasi

Ummi Ubay said...

wah buka inbox
lagi pada rame postingin tentang moral yah
siip dah postingannya
sekarang jujur itu hal langka banget

Natural Nusantara said...

>>Salaman Dulu<<

Semangat pagi, he he pagi-pagi sudah posting budaya ya, oh ikutan acara itu yah, hi hi saya mau ikut tapi sungkan, karena belum 'kenalan' sama yang punya gawe...

he he btw nice artikel, bahasanya simple dan mudah dimengerti.. asyik nih tulisannya.

>>Salam hangat<<

nuansa pena said...

Mari kita mulai dari diri sendiri!

Chugy said...

Kalau mau sukses harus menjaga terus sikap jujur.....!!! Postingan yg menarik...thanks

Slamat pagi and selamat beraktifitas.

etam grecek said...

walaupun g mungkin tapi pasti bisa...berawal dari diri kita.dan mendekatkan diri kepada yg maha kuasa
----------------------
coba manusia punya tanda kayak pinokio.jadi kita tau apakah di sdang berbohong,panjang tuh idungnya.........

Ujib said...

Emang betul sekali apa yang sudah diutarakan oleh Kakak tadi. Setiap manusia pasti punya sisi kejujuran tersendiri.

Disekolah saya, di Padang. Sebuah sekolah yang bisa dibilang salah satu sekolah terbaik awalnya mempunyai sebuah Kantin Kejujuran. Dan sekarang sudah tutup karena bangkrut. Guru beralasan sudah banyak sekali kerugian yang terjadi sejak kantin baru dibuka. Disini saja bisa saya lihat kalau jujur itu masih belum menjadi budaya yang dibudayakan dikalangan pelajar. Sayapun begitu masih banyak hal - hal yang perlu saya koreksi lagi untuk menegakkan kejujuran tersebut dalam diri saya.

darahbiroe said...

wah lo bohong idung tambah mancung
mo bhohong ah
hehhehe
:D

Arif Chasan said...

barang makin langka makin mahal kan?
itulah mengapa kejujuran begitu mahalnya.. ^^

ariefborneo said...

Jujur lah kepada diri sendiri itu yg terpenting....naice artikel

Unknown said...

Budaya jujur ini tampaknya semakin menipis atau menebal ya ? Hati nurani kita sebenarnya adalah jujur tidak pernah berbohong, namun kadang kita berbohong juga untuk menutupi sesuatu hal. Sangat beruntung orang yang dapat menjaga sifat kejujurannya.

TRIMATRA said...

ketika moral bukan hanya tak bersendi tapi juga tak bertulang dan berkulit ari.....maka postingan ini sudah ku backlink di http://titimatra.blogspot.com/2010/07/kumpulan-artikel-budaya-dan-moralitas.html

Patlu itu Fahmi said...

kejujuran adalah pusat dari hati nurani.
mungkin sekolah2 sudah lupa tentang pentingnya kejujuran dan moral. Atau mereka (para sekolah) kekurangan ide untuk konsep tentang mengajari tentang kejujuran dan moral.

kantin kejujuran adalah salah satu media yang sangat bagus.
terima kasih telah mengingatkan sayah akan kejujuran.

MONOKROM said...

Bener jalan yang jujur tidak harus lurus doang, tapi jalan lurus yang ada rintangannya, dengan begitu berbuat jujur memang butuh perjuangan yang kuat. Kalau jalan lurus, bebas hambatan sama aja dengan jalan pintas yang menjurus pada ketidakjujuran.