Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Friday, July 16, 2010

Ke-19 : Teropong Kemiskinan

Jum'at, 16 Juli 2010

" Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan bangkitkanlah aku bersama golongan orang miskin," (HR.Ibn.Majah).


Kata miskin menurutku begitu kompleks, karena kategori miskin menurut masing-masing orang berbeda-beda. Ada orang yang menurut pandangan tidak termasuk miskin tapi ternyata orang yang miskin, dan sebaliknya.

Hmmm... jadi kepingin menelaah apa sih miskin itu?

Kemiskinan sebagai fenomena sosial telah berlangsung lama. Setidaknya, dapat dikatakan bahwa fenomena kemiskinan itu sudah ada pada saat Al Qur'an diturunkan, yakni sekitar 14 abad silam. Ini dapat pula dikatakan, bahwa warga masyarakat telah gagal dalam menanggulangi kemiskinan dari waktu yang cukup lama tersebut.
Dari studi khusus tentang kemiskinan, bahwa karakteristik dan penyebab utama kemiskinan mencakup:

1. Sumber Daya Alam
2. Teknologi dan unsur pendukung
3. Sumber daya manusia, dan
4. sarana-prasarana, termasuk kelembagaan.

Ada sebuah pendapat, bahwa kemiskinan dan kekayaan yang dialami seseorang merupakan kehendak dan ketentuan Tuhan. Corak pemahaman seperti ini melahirkan sikap pasif bagi orang dalam menghadapi dan mengalami kemiskinan, sehingga mereka tidak menganggap kemiskinan sebagai suatu masalah.

Membangun kesadaran kritis masyarakat atau komunitas tergolong miskin merupakan tindakan pertama dan utama. Pada praktiknya, pendampingan terhadap masyarakat memerlukan metodologi yang memungkinkan agar masyarakat tersebut (miskin) terlibat secara penuh untuk perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Partipactory Rural Appraisal (PRA) yang digagas Robert Chambers selanjutnya mengambil peran penting bagi upaya-upaya pembangunan yang memusatkan perhatiannya pada keberdayaan masyarakat.

Metode PRA merupakan penyempurnaan dam modifikasi dari metoda Agroecosystems Analysis (AEA) dan Rapid Rural Appraisal (RRA) yang dilakukan kalangan LSM dan peneliti. Walaupun ada beberapa kesamaan antara metoda PRA dan RRA, tetapi ada perbedaan secara mendasar. Metoda RRA penekannya adalah pada kecepatannya (rapid) dan penggalian informasi oleh órang luar. Sedangkan metoda PRA penekannya adalah pada partisipasi dan pemberdayaan. Chamber sendiri menyatakan PRA sebagai “Sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan”

Ternyata.....

Kebudayaan dan tradisi di suatu daerah juga memiliki peran penting dalam usaha penanggulangan kemiskinan. Dan untuk membangun paradigma di masyarakat bagaikan "usaha memasukkan air ke dalam gelas yang telah penuh air". Terkadang warga miskin sendiri dengan ego-nya, enggan untuk keluar dari kemiskinannya (mereka merasa kemiskinan yang mereka alami bukan merupakan suatu masalah untuknya-red), alasannya karena sudah nasib, yang mengharuskan mereka untuk tetap berada dijalur kemiskinannya.


Hmmmm.... jalur kemiskinan, akankah dapat kita putuskan?

12 comments:

etam grecek said...

allah tak akan merubah nasib suatu kaum jika mereka tak merubahnya sendiri....

rizal said...

pencerahan yang bagus,,,,makasih

Kopi Susu Pahit said...

yang kayapun mau juga tidak malu dikatakan miskin ... misalnya dengan memanfaatkan JPS bila berobat ke rumah sakit ...

Damar said...

Pertama, sudah reda belum hujannya. Kedua, dalil dari Kang Grecek adalah salah sau jawaban dari permasalahan memutus kemiskinan.Ketiga, bahwa seringkali orang menilai kemiskinan ataupun kaya dari materi. Benarkah demikian? ini perlu postingan tersendiri.hhh
keempat selal senang berhujan-hujan di rumah kawan curub

odah etam said...

sesungguhnya manusia terlahir dengan membawa segala kekayaan nya...
tinggal bagaimana cara mengolah nya tuk mewujudkan itu semua...

sukses slalu...mat aktifitas ya

munir ardi said...

artikel yang sangat indah dan menenangkan hati sahabat

Unknown said...

berdoa dan berusaha..semestinya spt itu.

kurniawan.q said...

berkunjung
salam kenal mba
terimakasih pencerahan nya

QBA said...

err......errr.. terkedu...

Ozzys Blog said...

kemiskinan...kemiskinan
memang ini menjadi dilema di negara manapun, di saat berusaha mengentaskan rakyatnya dari kungkungan kemiskinan, ada sebagian rakyatnya yang senang dengan kemiskinan, "kalau bisa aku kaya raya, yang miskin biarlah menjadi makanan saya", seringnya seperti itu deh.
Info 90% uang yang beredar di dunia dikuasai 10% orang saja[wow!!]

TRIMATRA said...

aku bukan memilih miskin tapi juga bukan berarti aku kaya..., aku hanya memilih hidup sederhana...

sederhana dan secukupnya...kalo ada lebih di bagi-bagi ^hallah, sok dermawan^ :D

Nyayu Amibae said...

All : Hmm... benar sekali
Pakies : wAh, bisa ami jadikan ide posting selanjutnya nih, trims... :)