Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Sunday, July 18, 2010

Ke-23 : Suara Kerinduan

Minggu, 18 Juli 2010

Kini hujan deras mengguyur kota Curup, berselancarlah aku di dunia maya ditemani lagu Dealova yang dinyanyikan Once yang merupakan penyanyi tunggal di winamp ku. Kebiasaan sih, aku bisa mendengar satu lagu selama berjam-jam, Mungkin kalau ini di dalam dunia nyata, penyanyinya sudah pingsan kelelahan, hehehehe. Bingung nih mau ngapain, baca-baca koran online tidak juga memberiku inspirasi tulisan posting, mau tidur siang seperti orang kebanyakan aku tak mampu, nonton tv yang hanya ada 4 channel (habis tv kabel sih-red) rada malees, abis isinya tentang Ariel terus, :-( hmmmm... jadi, mau dibawa kemana? (armada song-red).

Tak sengaja atau memang sengaja, ketik aku membuka buku catatan ku, aku langsung menemukan goresanku ketika ikut Rapat Koordinasi (Rakord) Senior Fasilitator (waktu itu aku mewakili Seniorku yang berhalangan hadir-red) tanggal 27 Januari 2010 di Kantor Korkot bersama pak korkot dan Team Ahli (TA) Monitoring Evaluasi (Monev) OC-2.

Entah, apa sekarang aku yang sudah loyo atau bagaimana. Aku merasa sekarang tidak begitu semangat lagi berjuang dalam dunia pemberdayaan di program ini, tapi seperti posting-posting ku terdahulu, setiap aku mau mengambil sikap untuk hengkang, selalu saja Pekerjaan Rumah (PR) dari mimpi-mimpi masyarakat kembali melintas di otakku dan seperti di film kartun itu, ada 2 orang malaikat menari-nari dikepala ku, satu malaikat yang menyuruhku untuk menyelesaikan PR ku terlebih dahulu, dan ada satu malaikat yang menyuruhku cepat-cepat pergi jauuuh...

Duh, aku teringat kembali perkataan Pak Pali - BKM Desa Duku Ilir kemarin, ketika mereka menaruh harapannya kepadaku untuk membantu menyelesaikan masalahnya. Ya Allah... Sebetulnya aku tidak takut sama sekali, mungkin kalau mau dikatakan aku ini sudah menjadi seorang fasilitator yang buruk, aku sering bandel dan tidak menepati kitab suci nya Program ini yang namanya Master Schedule (kalau di kalangan fasilitator terkenal dengan sebutan Monster Schedule-red) Sering ku teriak; "please master, keadaan di desa berbeda-beda, dan pastinya memerlukan waktu proses yang berbeda juga bagi belajarnya masyarakat!!". Tapi ya itu tadi, Melawan arus itu sakit dan melelahkan.

Sungguh aku acungkan jempol setinggi-tingginya kepada konseptor dari Program ini, great!! teringat aku ketika mengikuti Pelatihan Dasar Bagi Fasilitator tahun 2007 dahulu, materi Paradigma yang aku dapat dari Pakpe, Pak Inu, Pak Saimudin, dan lain-lainnya yang merupakan seorang Pemandu nasional telah sukses mencuci otak ku. Yup, tapi yang aku benci sekarang, program ini seperti tidak bertanggung jawab atas kejadian cuci otak itu.

Halah.. kok bisa aku menulis posting seperti ini ? apa aku tidak takut lagi di panggil dan kena Surat Peringatan (SP ) ? Hiks... Tapi sungguh aku sengaja menulis tulisan ini untuk menyambungkan lidah dari masyarakat tadi, tidak adil dong kalau aku sendiri yang harus memikirkan permasalahan ini, kalau tidak sekarang, kapan lagi? hehehehe.

Kembali ke catatanku tadi, seperti biasa di catatanku, aku tidak pernah menulis seperti yang teman-teman kadang tulis dengan rapi. Catatanku hanya terdiri dari beberapa kata dengan simbol-simbol yang mungkin aku sendiri yang bisa mengerti. Memang program kita ini berjalan di dua jalur. Jalur satu dinamakan pemberdayaan masyarakat, dan di satu sisi kita berjalan pada jalur Project Oriented. Seharusnya dan sebenarnya berdasarkan visi misi program, 2 jalur ini diinginkan berjalan berbarengan, itu yang baru namanya Apdhol!!! tapi kok sekarang yang aku rasa (entah teman-teman fasilitator lain rasa atau tidak- red), isi dari rakord adalah selalu jalur dua (project). Setiap rakord mesti yang ditanya progres project (contohnya: penyerapan BLM). Hiks.. kapan ya aku bisa mendengar rakord yang khusus membahas tentang progres pemberdayaan di masyarakat? Huft, ataukah, penilaian masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang duluan menghabiskan uang anggaran? Nah loh, kok aku jadi mumet sendiri, mungkin aku ini sudah gila atau inilah suara kerinduanku ya.... hahahahaha.


11 comments:

Nilla Gustian said...

Kali ini kubawakan kerinduan untuk saudariku...^_^....

Semangat terus di jalan kebaikannya yaaaa....

Faisal Hilmi said...

wow, blog sastra. Mat kenal!!1

DEMPO AWANG PUTRA ELANG ANTARNUSA said...

Oh y... biasanya bulan-bulan begini biaya dari pemerintah untuk proyek sudah mulai keluar lho. kelihatannya mbak cerita hujan berhadapan dg msyarakat, bisa d kasih2 sesuatu tu dr msyrakat, biar dana cepat tersalurkan. heheh,,,

Nyayu Amibae said...

>> Nilla: Trims dik...

>> Faisal : Salam kenal juga, sastra??? :S

>> Elang : hmm... dikasih apa dik?

etam grecek said...

tetap semangat mbak amy.....
semoga sllu menjadi fasilitator yg handal.... dan sukses sllu dalam melakukan tugasnya....

etam grecek said...

tetap semangat mbak amy.....
semoga sllu menjadi fasilitator yg handal.... dan sukses sllu dalam melakukan tugasnya....

Wartono said...

Non Amiiiiiiiiiiiiiii...Pakde om bisa ngeblog...bgmn iki...Pakde katrok

Wartono said...

Non Amiiiiiiiiiiiiiii...Pakde om bisa ngeblog...bgmn iki...Pakde katrok

Wartono said...

Non Amiiiiiiiiiiiiiii...Pakde om bisa ngeblog...bgmn iki...Pakde katrok

Ozzys Blog said...

Sis...itu hanya kejenuhan aja, kalau menurut saya sih...mending tetap ikhlas aja, jangan didengerin suara kejenuhan itu, ingat to saya pernah bilang hukum gangsing.

Crystal X said...

tidak bermaksud SPAM, o0z nitip link yah Sis, he he maklum usahaaaaa, kalau mau boleh diintip kog :)