Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Sunday, November 21, 2010

Bunga Rumput

Minggu, 21 Nopember 2010

Sambil menyeruput segelas coklat hangat, aku ingin mengucapkan terima kasih banyak untuk sahabat-sahabat yang telah rela datang ke cerita hujan ini. Dan aku juga minta maaf karena belum sempat Blogger Walking ke blog sahabat.

Hmmm... sudah hari minggu lagi, hari minggu adalah waktunya beres-beres kost-an yang sudah seperti kapal pecah, karena berkas berserak kemana-mana, maklum... kamarku juga merupakan kantorku, wkwkwkwkwk. Pagi ini juga, aku pun memperhatikan tanaman bunga yang aku tanam di empat pot bunga ku. Sepintas, kalau sahabat lihat, tanaman ini bukanlah tanaman istimewa, malah tak ada daya tariknya sama sekali. Yup, benar sekali. Tapi, tanaman ini mempunyai arti yang dalam untukku.

Apa artinya?


hehehe, masing-masing tanaman ini aku ambil dari desa. Ada bunga rumput yang aku ambil di pinggir jalan desa duku ilir, ada bunga euphorbia yang aku ambil dari rumah UPK Kelurahan Kepala Siring karena sang pemilik mau membuangnya, dan dua tanaman lainnya yang sejarahnya kurang lebih sama.

Tetangga kost-an ku sempat tertawa karena ulah ku yang menanam bunga aneh, dan berbaik hati menawarkan tanaman bunganya, hehehehe. Memang dasarnya aku orang aneh, aku tetap mempertahankan bunga rumput yang terpinggirkan dan terbuang oleh pemiliknya karena dianggap tidak berarti, dan selalu berharap penuh keyakinan bunga ini akan menunjukkan keindahannya dikemudian hari.

Sahabat, aku selalu beranggapan, bunga rumput itu adalah kaum terpinggirkan dan terbuang di negara kita. Anak-anak pemulung, anak-anak pengamen, dan semuanya yang dianggap tidak ada artinya sama sekali. Aku selalu sedih, ketika mendengar berita ada anak dari kaum miskin yang tidak boleh sekolah sebelum membayar lunas biaya sekolah, aku selalu sedih ketika seorang anak tidak boleh sekolah sebelum membayar lunas LKS, Astargfirullah....

Tidakkah kita berpikir bersama, setiap anak ada potensi yang hebat di dirinya, dan tugas kita bersama untuk peduli dan mengembangkan potensi itu. Apakah pantas, potensi itu akhirnya terkubur karena kemiskinan tidak bisa membayar biaya sekolah?

Melihat sekolah yang dibangun megah, membuatku bangga. Secara positif kita bisa memandang kalau tingkat kepedulian pemerintah akan bangunan sekolah sangat tinggi, Alhamdulillah...

Tapi, terkadang dengan megahnya bangunan sekolah, ternyata berdampak ke sang bunga rumput. Aksesnya sulit untuk mengimbangi kemegahannya. Apakah belajar itu karena bangunan megah? jujur aku paling tidak bisa berpikir lebih, kalau aku terkukung didalam bangunan dengan tembok tinggi.

Kita bisa lihat perbedaan yang mendasar. Pernahkan sahabat mengunjungi sekolah yang biasanya dibangun sahabat-sahabat LSM untuk anak pinggiran? akan kita temui kehangatan sekolah yang hanya beratapkan terpal, dan terkadang hanya beratapkan daun rindang sebuah pohon. Berbeda sekali kondisinya dengan anak-anak yang sekolah di dalam tembok tinggi, yang sekolah hanya dianggap kewajiban bukan sebuah kebutuhan.
Please, Berikan kesempatan pada bunga rumput...

12 comments:

Belantara Indonesia said...

wew...fotomu yo yuk?...kwkwkw....kok bagus...sip....di mana atuh?

Blantik Sapi said...

teringat akan Akar Rumput yang tak pernah mati walaupun musim kering kerontang. Diinjak tidak akan mati, bahkan dibakarpun masih ada yang tersisa untuk menyambung hidup.
Bahwa ketegaran mereka dalam menjalani kehidupan banyak memberikan inpirasi
(kok kurang nyambung sih dengan postingannya, maklum kedinginan kena hujan jadi pikirannya ngelantur)
lariii

Unknown said...

betul tu mbak .. kos adalah kantor kita jga ...
'n smua yg kta jdikn tmpat utk merancang jalan hidup kta adlh kantor kta... kantor hidup maupun kantor kerja ...
hujanx mkin deras nih mbak...

Ferdinand said...

Bener tuh.... kadang aku juga sedih ng'liat anak2 jalanan yg terpinggirkan dan gak diperhatikan... tapi aku juga salut sama org2 kaya Yohanes Surya klo gak salah yg rela ngajar kepelosok2 dan ngajarin anak2 yg buta tulis dan baca sampe akhirnya malah diikutkan olimpiade....

Hem.... kapan kesempatan itu datang ya???

Met liburan n beres2 rumah ya.. :P

Tutorial SEO said...

kalo saya penasaran. . . . beli coklat panas di mana??????????????

di t4 saya gak ada yang begonoan tuuhh

nyayu amibae said...

>> Dek Adit : wuahahahaha..iya ini foto lama ku... waktu masih dinas di palembang..hehehehe

>> Pakies : itulah hebatnya sang bunga rumput pak... demikian juga presiden2 RI, semuanya berasal dari bunga rumput ini, yang tak pernah lelah dan menyerah.... tak ada kan pesiden kita yang awalnya berasal dari keluarga yang kaya?????

>> dik Saiful : hmmmm.. bener juga tuh.. thankyu yaaaa... (dapet inspirasi baru.com)

>> Sob Ferdinand : there's a will there's a way...

>> sob yg punya blog tutorial SEO : coklat panasnya buat sendiri sob, sedang mengurangi minum kopi, jadi sekarang diganti minum coklat... dari coklat bubuk kotak kok...yuuuk... bagus tuk kesehatan loh (pa lagi klo ada sakit maag) ^_^

inung halaman samping said...

ngeliat biaya sekolah makin melangit... waksss berat banget :( semoga kedepan lebih ringan (sambil garuk-garuk kepala)

Nova Miladyarti said...

tulisan mbak bagus banget. selalu sarat hikmah:)

nyayu amibae said...

>> Mas Inung : jangan sering betul garuk kepalanya, jadi ingat itu tuh...wkwkwkwkwk (becanda-red), tapi perlu dipikirin loh.. pa lagi klo yg di rahim dah lahir...hmmm... mari kita persembahkan dunia ini untuk mereka...

>> Sista Nova : hehehehe.. biasa aja sis, masih belum sepadan dengan blog senior finding nova..hehehehe.. tetap semangat!!!!

tiwi said...

asswrwb...miris mmg, ketika kt melintas jalanan bnyk anak2 terlantar dg pakaian lusuh mncr iba, jangankan untuk sekolah, untuk makan aja susah..itulah faktanya dimanapun selalu ada kondisi terpinggirkan spt itu..Memang betul, tdk sll mengenyam pendidikan di balik tembok tinggi mndpt kualitas baik, tp..tdk munafik sbg ortu sayapun berusaha u bs menyekolahkan anak2 di sklh favorit...hehehe, dg harapan mrk bs memperoleh pendidikan terbaik scr intelektual maupun akhlaknya..Amin.hosh..hosh..para suami hrs bersiap-siap spy bs menyekolahkan anak2 mrk ke sklh dg kualitas terbaik..xixi.. lah bener kan itu tanggung jawab bapak2...ibu2nya cuma bantu do'a aja...heehe, btw ada rumput gajah jg gak di potnya..hehe piss...ciayoo sis!

Unknown said...

jd gak ngerti lagi aturan pendidikan di negeri kita, ada Taman Kanak Kanak yang lebih mahal dr biaya orang kuliah....aneh tp nyata

Nilla Gustian said...

Aku jadi tau maksud foto profil kak Ami di fb.. :D

Sejak dulu, kalau aku berpikir anak-anak itu seperti kerikil di pinggir jalan. Seperti tak ada. Bahkan di tengah-tengah kebisingan dan padatnya jalanan, mereka hanya melintas tanpa arti apa-apa :(