17 Safar 1432 H
Sabtu, 22 Januari 2011
"Mi, ayo cepat ikut aku", ajak Tiar tiba-tiba sambil menarik tanganku untuk segera beranjak dari duduk ku. "Kemana?", tanya ku bingung, sambil mulai beranjak untuk berdiri. "Ikut saja", kata Tiar yang terdengar bagaikan perintah di telingaku.
Ku ikuti langkah Tiar yang menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. "Ada apa Tiar?", aku pun bertanya karena tak kuat menahan penasaran oleh tingkah aneh sahabatku itu pagi ini. Tiar tak menjawabku, malah langkahnya semakin cepat menuruni anak tangga menuju lantai dasar.
Tiar berjalan terus dan akhirnya berhenti di parkiran. Aku masih merasa bingung, dan kembali bertanya kenapa aku diajak ke tempat ini. "Lihat itu!", Tiar berbisik kepada ku sambil menunjuk tangannya ke ke dua orang pemuda yang sedang berbincang-bincang dengan asik. "Memang kenapa dengan mereka?", tanyaku semakin tidak mengerti. "Kamu lihat yang memakai kemeja abu-abu itu, dia Ditho, Mi", jawabnya. "Ditho siapa?", aku semakin tidak mengerti. "Pangeranku kembali", terang Tiar yang membuat aku semakin tak mengerti. Ku lihat raut wajah Tiar sangat khusuk memperhatikan laki-laki yang dia sebut pangerannya tersebut sampai akhirnya laki-laki itu menaiki mobilnya dan keluar dari pelataran parkir.
Ku ikuti langkah Tiar yang menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. "Ada apa Tiar?", aku pun bertanya karena tak kuat menahan penasaran oleh tingkah aneh sahabatku itu pagi ini. Tiar tak menjawabku, malah langkahnya semakin cepat menuruni anak tangga menuju lantai dasar.
Tiar berjalan terus dan akhirnya berhenti di parkiran. Aku masih merasa bingung, dan kembali bertanya kenapa aku diajak ke tempat ini. "Lihat itu!", Tiar berbisik kepada ku sambil menunjuk tangannya ke ke dua orang pemuda yang sedang berbincang-bincang dengan asik. "Memang kenapa dengan mereka?", tanyaku semakin tidak mengerti. "Kamu lihat yang memakai kemeja abu-abu itu, dia Ditho, Mi", jawabnya. "Ditho siapa?", aku semakin tidak mengerti. "Pangeranku kembali", terang Tiar yang membuat aku semakin tak mengerti. Ku lihat raut wajah Tiar sangat khusuk memperhatikan laki-laki yang dia sebut pangerannya tersebut sampai akhirnya laki-laki itu menaiki mobilnya dan keluar dari pelataran parkir.
"Oh, God!", si hitam kumat lagi, dia berhenti tiba-tiba tanpa aku sendiri tahu apa sebabnya. "Bagaimana ini?", gumamku sambil melihat cakrawala sore telah menampakkan sinar kuning keemasannya menuju pekatnya malam. Ku dorong sepeda motorku itu perlahan-lahan menyusuri jalan A.Yani. dan tiba-tiba, "Perlu bantuan?", ku dengar suara yang keluar dari sebuah sedan biru yang menghampiriku.Kucari wajah darimana suara itu berasal, "Ya ampun, Ditho???", tanya ku sambil terbelalak melihatnya wajah pangerannya Tiar di parkiran pagi tadi ada di depanku sekarang.
"Kamu kenal aku?", Ditho bertanya heran kepadaku. "Ya, kamu temannya Tiar kan?", jawabku sambil balik melontarkan tanya kepadanya. "Tiar? maksudnya?", kulihat raut bingung yang terpancar dari muka yang cukup tampan itu. Akhirnya, kita sedikit berbincang-bincang, sambil ku lihat Ditho berusaha memperbaiki si hitam. "Kenapa Ditho tidak mengenal Tiar?", gumamku dalam hati menyimpulkan dari perbincangan kami itu.
Sampai juga aku di kost-an ku, "Untung saja ada Ditho", gumamku sambil merebahkan tubuhku yang terasa penat di tempat tidur. "Pikiranku kembali melayang ke Tiar, "kenapa Tiar menyebut Ditho pangerannya sedangkan Ditho sendiri tidak tahu siapa dia?", dan pertanyaan itu ternyata menjadi penutup pemikiranku menghantarkan ke dunia bawah sadarku malam itu.
"Hello Ladies!!", suara cempreng Tiar memecahkan konsentrasi dari pekerjaanku. "Makan siang dulu yuuk, dah jam dua belas lewat neeh...", ajaknya. "Oke deh, kemana kita?", tanyaku pada sahabatku yang rada centil ini. "Martabak HAR aja yuuk, kangen neeh", jawabnya sambil tertawa-tawa.
Akhirnya, sampai juga kami di Rumah Makan Martabak HAR yang berada tepat di depan Masjid Agung Palembang ini. Baunya yang sedap, membuat kami tak sabar menantinya tiba di hadapan kami. Sambil menunggu, kami menghirup teh botol yang telah kami pesan dahulu sambil mengobrol. "Hai Ami!", kami dikejutkan suara laki-laki yang telah ada di depan kami itu. "Boleh gabung?", tanya Ditho sang empunya suara yang di jawab dengan anggukkan pelan kami berdua.
"Kenalkan, aku Ditho?", suara Ditho memecahkan keheningan yang terjadi sambil mengulurkan tangannya kepada Tiar. "A..Aku Tiar...", sambut Tiar dengan terbatah-batah. "Tiar?", nada suara Ditho bertanya sambil melirik ke arahku. "Iya Tiar, yang aku ceritakan kemarin", jawabku dengan sedikit bingung dengan situasi yang berlangsung ini.
Sambil menikmati Martabak HAR yang telah terhidang, aku memperhatikan gerak-gerik Tiar yang sangat tidak biasa itu. "Kemana tenggelam cerewetnya sahabatku itu?" tanya ku dalam hati.
"Mi, kamu kenal Ditho?", tanya Tiar ketika dalam perjalanan pulang ke kantor. Aku kemudian menceritakan kejadian kemarin sore kepada sahabatku itu. "Kenapa Ditho tidak mengenal mu Tiar?", akhirnya aku menanyakan juga pertanyaan yang sudah lama sekali ingin kutanyakan kepada sahabatku itu. Kulihat Tiar hanya tersenyum sambil melihatku mengemudikan baleno putihnya itu.
"Aku mengenal Ditho dari kuliah dulu Mi, kita beda fakultas", Tiar akhirnya bersuara setelah beberapa menit kita terhanyut dalam keheningan. "Hubungan kami sangat indah, Mi kita berniat untuk segera bertunangan setelah wisuda. hingga akhirnya ketika saatnya kita diwisuda, aku mendengar kabar kalau Ditho mengalami kecelakaan, dia tak pernah datang di hari wisudanya Mi. Aku langsung menuju rumah sakit setelah acara wisuda-an selesai. Tiga malam aku dan keluarga Ditho menungguinya koma di ruang UGD, sampai akhirnya dokter menyarankan untuk melakukan operasi karena ada pembuluh saraf di kepala Ditho yang ternyata menjadi penyebab koma nya tersebut. Tapi, kita diberi pilihan yang sulit Mi, kata dokter kalau operasi pebuluh saraf tersebut dilakukan, dapat menyebabkan sebagian ingatan Ditho akan terhapus. Tidak ada pilihan Mi, akhirnya kita melakukan apa yang disarankan dokter", jelas Tiar. Kulihat air mata yang menetes di wajah sahabatku itu.
Satu minggu kemudian, Ditho akhirnya sadar dari komanya. kami semua senang, tapi ternyata apa yang dokter katakan ternyata terjadi, Ditho tidak mengenali kami. Dia histeris Mi, dia shoke sekali pada saat itu. Kulihat mama hanya bisa menangis melihat keadaan anak laki-laki satu-satunya itu. Satu tahun kemudian dari kejadian itu. Ingatan ditho sudah mulai terbangun. Tapi sayang ternyata kenangan ku dengannya tak ada satupun yang melekat di ingatannya. Walau mama sudah juga berusaha untuk membantu Ditho mengingatku, tapi semuanya nihil Mi. Sampai akhirnya Ditho memutuskan untuk melanjutkan pengobatannya ke Jepang.
Aku sangat mencintai Ditho Mi, aku akan selalu menunggunya sampai ia bisa mengingatku. Hanya dia pangeranku.... dan sekarang dia telah kembali Mi setelah dua tahun aku menantinya kembali dari Jepang.
Aku tak bisa berkomentar lagi, kulihat sahabatku itu sudah menangis terisak-isak, dan lirih Lagu Menjaga Hati dari Yovie and the nuno dari radio menghanyutkan kami dalam kebisuan dan pemikiran kami masing-masing sampai akhirnya tiba di kantor. (17/12/2009-amibae)
"Kamu kenal aku?", Ditho bertanya heran kepadaku. "Ya, kamu temannya Tiar kan?", jawabku sambil balik melontarkan tanya kepadanya. "Tiar? maksudnya?", kulihat raut bingung yang terpancar dari muka yang cukup tampan itu. Akhirnya, kita sedikit berbincang-bincang, sambil ku lihat Ditho berusaha memperbaiki si hitam. "Kenapa Ditho tidak mengenal Tiar?", gumamku dalam hati menyimpulkan dari perbincangan kami itu.
Sampai juga aku di kost-an ku, "Untung saja ada Ditho", gumamku sambil merebahkan tubuhku yang terasa penat di tempat tidur. "Pikiranku kembali melayang ke Tiar, "kenapa Tiar menyebut Ditho pangerannya sedangkan Ditho sendiri tidak tahu siapa dia?", dan pertanyaan itu ternyata menjadi penutup pemikiranku menghantarkan ke dunia bawah sadarku malam itu.
"Hello Ladies!!", suara cempreng Tiar memecahkan konsentrasi dari pekerjaanku. "Makan siang dulu yuuk, dah jam dua belas lewat neeh...", ajaknya. "Oke deh, kemana kita?", tanyaku pada sahabatku yang rada centil ini. "Martabak HAR aja yuuk, kangen neeh", jawabnya sambil tertawa-tawa.
Akhirnya, sampai juga kami di Rumah Makan Martabak HAR yang berada tepat di depan Masjid Agung Palembang ini. Baunya yang sedap, membuat kami tak sabar menantinya tiba di hadapan kami. Sambil menunggu, kami menghirup teh botol yang telah kami pesan dahulu sambil mengobrol. "Hai Ami!", kami dikejutkan suara laki-laki yang telah ada di depan kami itu. "Boleh gabung?", tanya Ditho sang empunya suara yang di jawab dengan anggukkan pelan kami berdua.
"Kenalkan, aku Ditho?", suara Ditho memecahkan keheningan yang terjadi sambil mengulurkan tangannya kepada Tiar. "A..Aku Tiar...", sambut Tiar dengan terbatah-batah. "Tiar?", nada suara Ditho bertanya sambil melirik ke arahku. "Iya Tiar, yang aku ceritakan kemarin", jawabku dengan sedikit bingung dengan situasi yang berlangsung ini.
Sambil menikmati Martabak HAR yang telah terhidang, aku memperhatikan gerak-gerik Tiar yang sangat tidak biasa itu. "Kemana tenggelam cerewetnya sahabatku itu?" tanya ku dalam hati.
"Mi, kamu kenal Ditho?", tanya Tiar ketika dalam perjalanan pulang ke kantor. Aku kemudian menceritakan kejadian kemarin sore kepada sahabatku itu. "Kenapa Ditho tidak mengenal mu Tiar?", akhirnya aku menanyakan juga pertanyaan yang sudah lama sekali ingin kutanyakan kepada sahabatku itu. Kulihat Tiar hanya tersenyum sambil melihatku mengemudikan baleno putihnya itu.
"Aku mengenal Ditho dari kuliah dulu Mi, kita beda fakultas", Tiar akhirnya bersuara setelah beberapa menit kita terhanyut dalam keheningan. "Hubungan kami sangat indah, Mi kita berniat untuk segera bertunangan setelah wisuda. hingga akhirnya ketika saatnya kita diwisuda, aku mendengar kabar kalau Ditho mengalami kecelakaan, dia tak pernah datang di hari wisudanya Mi. Aku langsung menuju rumah sakit setelah acara wisuda-an selesai. Tiga malam aku dan keluarga Ditho menungguinya koma di ruang UGD, sampai akhirnya dokter menyarankan untuk melakukan operasi karena ada pembuluh saraf di kepala Ditho yang ternyata menjadi penyebab koma nya tersebut. Tapi, kita diberi pilihan yang sulit Mi, kata dokter kalau operasi pebuluh saraf tersebut dilakukan, dapat menyebabkan sebagian ingatan Ditho akan terhapus. Tidak ada pilihan Mi, akhirnya kita melakukan apa yang disarankan dokter", jelas Tiar. Kulihat air mata yang menetes di wajah sahabatku itu.
Satu minggu kemudian, Ditho akhirnya sadar dari komanya. kami semua senang, tapi ternyata apa yang dokter katakan ternyata terjadi, Ditho tidak mengenali kami. Dia histeris Mi, dia shoke sekali pada saat itu. Kulihat mama hanya bisa menangis melihat keadaan anak laki-laki satu-satunya itu. Satu tahun kemudian dari kejadian itu. Ingatan ditho sudah mulai terbangun. Tapi sayang ternyata kenangan ku dengannya tak ada satupun yang melekat di ingatannya. Walau mama sudah juga berusaha untuk membantu Ditho mengingatku, tapi semuanya nihil Mi. Sampai akhirnya Ditho memutuskan untuk melanjutkan pengobatannya ke Jepang.
Aku sangat mencintai Ditho Mi, aku akan selalu menunggunya sampai ia bisa mengingatku. Hanya dia pangeranku.... dan sekarang dia telah kembali Mi setelah dua tahun aku menantinya kembali dari Jepang.
Aku tak bisa berkomentar lagi, kulihat sahabatku itu sudah menangis terisak-isak, dan lirih Lagu Menjaga Hati dari Yovie and the nuno dari radio menghanyutkan kami dalam kebisuan dan pemikiran kami masing-masing sampai akhirnya tiba di kantor. (17/12/2009-amibae)
---
Nb. Cerpen ini adalah salah satu cerpen ku di awal-awal lahirnya Blog Cerita Hujan. Terinspirasi dari cerita sahabatku di Dunia Maya (Jejaring Nimbuzz Chat) dan Lagu Penjaga Hati-Yovie dan The Nuno. Hmm.. sekarang, aku coba update ulang saja postingnya ya, kan masih banyak yang belum baca... (ilmu ngeles karena belum ada inspirasi tuk update posting) hehehe...
30 comments:
asswrwb...weleh2...jd penulis cerpen beneran nih skrg sistaku ini..hhehehhe, siippp dah, maju trs..!jempol!, ohya request nih, cerpen ttg 'penjahat hati' wkwkkwwk...
Cerita menarik, dan menjaga hati memang tidak semudah yang dibayangkan .....
Romantis sih, cuman aku mikir shalat istikharah untuk diikhlaskan atau tidak. Namanya jug fiksi yah...
Gmn Yuk...update PR kena dampak idak?..hehhhehe
adoooh...kasihan banget si Tiar, cintanya pupus karena ingatan ditho terhapus. Rasanya sia2 saja penantian selama 2 tahun itu....
Hiks..-_-
crtanya menarik & sgt menyentuh hati..
Jadi terharu mbak Ami...., emang berat menjaga hati terutama untuk orang yang dicintai ya Mbak...
Apapun akan kita berikan untuknya walo kadang beliau tak mengingat kita...
Ass. Lam kenal yach mb'...
Ok banget mb' tulisannya.. :D
ini kisah nyata apa gimana ??? asik cerita nya, jika di perlebar bisa menjadi sebuah cerpen.
cerita yang bagus... sangat menyentuh...
>> Pakies : Waalaikumsalam, hehehe.. itu cerita hanya inspirasi dari sahabat pak.. amaaan.. :)
>> Sista Tiwi : Waalaikumsalam, wkwkwk.. hmmm.. insyaallah sis, klo ada ide nya, penjahat hati akan tayang... tunggu tanggal mainnya, walaah... apaan sih, hehehe
>> Sob rubianto : betul2...
>> Sis Ami : hehehe, iya nn.. cuma cerita...
>> Dek Adit : hmmm.. karena pertanyaan dek adit ini, aku coba check PR ku di Blog pakies, halaaah.. tetap "0" dek... tapi that's, ok.. yg penting happy blogging, :)
>> Bang Noor : iya,,, hehehe
>> Mbak Iffa : hmmm... iya...
>> Utjan owner : salam kenal juga, trims sudah baca2.. hehe
>> Sob Wilyo : hehehe, hanya sebatas itu sob, blm bisa memperlebar.... :)
>> Sob dari dunia piyen : trims... :)
hehehe perlu di bikin film nih bagus ceritanya sampe terharu. Hehehe salam kenal mbak.... Dan salam kenal semuanya :)
repost!!!... hehehe... but nice story karena aku belom pernah baca sebelumnya jadi ya gak jadi repost deh... salam kenal... i folloe this blog...
alurnya ceritanya keren sist...btw ini sudah dibukukan kah???
hehehe kabar-kabri yah klo novelnya sudah keluar...
Assallamu'alaikum.wr.wb...
subhanallah,.. cerita bkin merinding pdahal baru baca skg,.. ^_^
slam kenal ya teh'..
wah telat...sebenarnya dari kemaren udah liat di dasbor kalo ada posting baru di blog cerita hujan,tp karena koneksi yg lg lolita saya malah lupa :(
ceritanya bikin merinding juga,kalo ini bener dr kejadian nyata semoga aja sobatnya ami tetap sabar ya...berharap si dito nya cepat sembuh...
Happy blogging Ami...
setia banget Tiarnya..
*martabak HAR di palembang favorit juga ya? wkt kerja di cc byk customer dr palembang nanyain martabak HAR :)
slm kenal, ini kunjungan perdana
weits , ceritanya kereen euy :)
ckckckck aku kagum dengan penyajiannya dalam artikel..kelihatn sip....mau dong cerita lagi..
realita atau fiksi sob?
q jadi terharu euy
nice story....
Cerita indah nan mengharukan..
:)
cerita yg menarik sist...........
Baguuuss... >.<
tapi endingnya sediih juga yah.. untung nggak nangis T_T
hehehe..
Weleh2....kisahnya komplit ni..mmmm tapi menginspirasi banget...jadi gitu to kisahnya mmmmmmmmmm..ya ya ya
salam kenal yah...
kalau ada waktu mampir juga di blogku
http://f4dlyfri3nds.blogspot.com
>> Sob Minggupon : trims... :)
>> Sob Yayack : Salam kenal juga sob.. :)
>> Sob Anugrha : gubrak!!! hahaha.. doain saja ya ada yg mau terbit in, hahahha
>> Sis Bonit : salam kenal juga sis... :)
>> Sob Zan : happy Blogging juga.. :)
>> Zasachi : iya bener sis, martabak HAR itu salah satu makanan favorite setelah empek2.. yuuk.. cobain, hehehe
>> sischandra : trims.. :)
>> sob di k.o.s : doain dpt ide ya.. wkwkwkwk
>> Bippi : inspirasinya kisah nyata sob, tapi ya kemasannya beda, hehehe
>> Sang Cerpenis : trims tuk kunjungannya...
>> Sob Agung : trims.. :)
>> Sis Mhya : trims... :)
>> Gaphe : wkwkwk.. lebay aah.. jangan nangis, entar laper loh... :D
>> Manajemen emosi : hmmmm jg.. hehehe
>> sob Fadly : trims kunjungannya.. :)
Turut mendoakan semoga Alah senantiasa meridhoi, amin, salam persahabatan dari "CeLoteh ALa FaceBOOK"
Klo cerita Dunia Ketiga ado dak Mi ????
WAH kisahnya benar-benar mengharukan.........
Post a Comment