Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Friday, February 25, 2011

Oase Kalbu (bagian -1)

21 Rabiulawal 1432 H
Jum'at, 25 Februari 2011

Malam ini, adalah malam puncak rasa muak ku akan apa yang papa dan mama lakukan. walau adik perempuan ku satu-satunya merengek agar aku tidak meninggalkan rumah, entah ada dorongan setan dari mana yang membuatku tetap mengeluarkan mobilku menuju ke arah antah berantah.

Mobil ini berputar-putar kota, sampai akhirnya tak terasa dengan kecepatan yang sudah bagaikan terbang, arah mobil ini ternyata menuju ke pinggiran kota. semakin jauh aku semakin memasuki daerah yang tidak aku kenali sama sekali, jalanan juga telah berganti, dari yang tadinya merupakan jalan beraspal nan licin kini menjadi jalanan menanjak dan berbatu. Berkali-kali sang roda tergelincir, tapi ternyata tak menjadi halanganku untuk meneruskan perjalanan. tapi, entah kemana aku meletakkan mataku ini, ketika aku baru sadar kalau sang roda sebelah kiri telah masuk ke lubang yang cukup dalam. Berkali-kali ku injak gas, tapi tak sedikitpun sang roda berkutik dari lubang licin bertanah merah.


"Fuck!", aku berteriak sambil membanting pintu mobil. Tanpa arah, aku berjalan menelusuri jalan setapak yang menanjak. Nafasku memburu terengah-engah karena memang sudah lama sekali aku tidak  olah raga. Langkahku gontai menapaki jalan senyap ini. Sebuah kaleng minuman ringan yng bertengger dipinggir jalan pun menjadi korban tendangan ku  untuk menumpahkan kekesalan. "Fuck!!", berulang kali hanya kata itu mengalir keluar dari mulut kotor ku bagaikan hujatan yang tiada henti.

Aku lelah..
Ku rebahkan raga ini ke rerumputan
Ku pandangi bintang-bintang yang bertabur dilangit yang kelam
Yang tetap kalah dengan kelamnya hati ku

"Kak bangun", sayup suara itu membuatku tersentak."Silla", aku bergumam ketika ingat adikku yang menangis mengiringi kepergianku. Pelan sekali ku buka mata ini, Owhh... sinar putih menembus bagaikan berlomba untuk mengatakan kalau sang mentari telah menampakkan kekuatannya. "Kak...", kembali suara sayup itu mampir di indra pendengaranku, aku pun mulai merasakan ketika lengan kanan ku di goyang-goyangkan.

"Kamu siapa?", tanyaku ketika sudah setengah memasuki alam sadar. "Namaku Witri, kenapa kakak tidur di sini?",  anak perempuan berambut ikal dan panjang tergerai itu bertanya. "Tidak apa-apa, kakak hanya ketiduran semalam", jawabku sekenanya. 

Ku buka lebar kedua mataku, dari posisi ketinggian ini, ku lihat terhampar pemandangan yang indah di hadapanku. Sawah yang berundak-undak dengan padi-padi yang mulai menguning. Lamgit biru pun terhampar sebagai background dengan sedikit awan putih. sesekali melintas burung-burung yang terbang memutar-mutar yang menciptakan suatu komposisi maha sempurna dari sang pencipta. 

Aku pun berdiri dengan membelakangi Witri. Ku rentangkan kedua tangan ku sambil menarik nafas panjang. "Hmmm...", udara yang mengalir membuatku merasa seperti pengembara di tengah gurun pasir yang menemukan oase. Sejuk, tenang, dan damai mengiringi ketika ku melepas pelan udara dari mulutku.

"Kak..", suara Witri membangunkanku, segera kubalikkan tubuhku menghadap kepadanya, kalau hasil terkaanku Witri ini umurnya tak berselisih jauh dari Silla. Secara bersamaan aku baru menyadari, kalau keberadaan kami tidak hanya berdua, di sisi jalan setapak berdiri seorang bapak bertopi lebar ala petani dengan menyandang cangkul dipundaknya dan di tangan kirinya menenteng bungkusan yang sepertinya merupakan bekal air minum. Dikala aku memandang ke arah nya, bapak tersebut memberikan senyum yang sangat tulus kepada ku. "aah.. pagi yang indah, bagaikan mimpi", ujarku dalam hati. Ayo kak...", Witri berlari ke arah sang bapak, dan dengan refleks kakiku pun melangkah mengikuti kemana arah kaki kecil itu berlari.

"Assalamualaikum, selamat pagi nak,, anak mau kemana?", Bapak itu mengulurkan tangan kanannya kepada ku. Akupun meraih jabat tangan bapak  yang ada di depanku, "aku hanya tersesat semalam pak, roda mobilku terbenam di bawah", ujar ku. "Owh.. mobil yang di bawah itu mobil anak toh, wah.. sayang sekali kalau hanya kita berdua saya rasa tidak akan bisa, perlu beberapa tenaga lain yang membantu untuk mendorongnya keluar dari lubang itu", sang bapak sepertinya berpikir keras. "Apakah anak buru-buru?", tanya nya kemudian. Aku tersenyum dan menggelengkan kepala. "Nah, kalau anak berkenan, ikutlah dulu bersama kami ke sawah, nanti bapak akan minta teman-teman bapak di sana untuk membantu", ujarnya. "Terima kasih banyak pak, baiklah kalau begitu", aku pun langsung menyetujui ajakkan sang Bapak. 

Sang Bapak tersenyum, Witri juga kelihatan sangat gembira dengan jawabanku. "Mari nak.. sawah bapak ada di balik bukit ini", ujar sang bapak sambil memulai langkahnya. aku pun mengikuti pelan langkah sang bapak dari belakang sambil melihat Witri yang telah lebih dahulu berlari-lari kecil di depan. 

(bersambung)
 

13 comments:

titoHeyzi said...

siiaapppp menunggu lanjutannya kak,
btw ini based on true story ga???

TM Hendry said...

Wait faithfully cntinued his story.......jihehehe..... :)

Amy said...

wah... menarik sis, can't wait...

wawank said...

Kapan lanjutannya diposting.?

Asyik nih..,

Arif Bayu Saputra said...

wah tak tunggu kelanjutannya mbak.... oh ya mbak tanggal 1 maret ada kontes kecubung 3 warna membuat cerbung pesertanya 3 orang masing-masing awal,tengah,& ending... mbak ikut ga...?

zan P O P said...

lho bersambung ya..tak kirain tadi cerpen eh ga taunya cerbung...okelah di tunggu aja kelanjutannya ^_^


Selamat beristirahat Sob...

Yayack Faqih said...

berbau fiksi, lumayan menarik awal ceritanya. ya penasaran aja mobilnya bisa di angkat atau engga hehe di tunggu lanjutanya..

maspri said...

saya juga boleh tuh ngebantu narik mobilnya xixi

Piyen said...

lanjutannya....
ditunggu hehehe

NOOR'S said...

Ceritanya menarik Mba tapi entah kenapa saya merasa Witri dan bapaknya itu semacam ruh dan tokoh Aku itu dah mati....hehe maaf, cuma bermain2 ide cerita diotak saya...

Merliza said...

saya termasuk orang yang suka sama pemandangan seperti yg di gambarkan di tulisan ini, sawah berundak-undak :) menakjubkan :)

NOOR'S said...

Eh..bener begitu ya Mba ? tapi saya tetep tunggu lanjutannya lho Mba, jalan ceritanya kan saya tetep ngga tau....hehehe

Salam hangat selalu...

tiwi said...

asswrwb... ada sensornya ya?wkwkwk.. lgsg menuju bagian kedua..