Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Sunday, July 3, 2011

Cerita BBM di Kota Minyak

sumber gambar : google images
Seperti biasa, pagi-pagi seperti ini, si komtam alias computer hitamku sudah setia menemaniku dengan alunan lagu MP3 dari Windows Media Player. Setelah membuat segelas kopi mocca hangat untuk menemani ku berselancar di dunia maya,  tak sengaja aku melirik ke  arah spidometer si hitam (motor ku).

“Oalah… Bensinnya sudah setengah, mesti di isi sepertinya”, ujar ku dalam hati. Mungkin ada di antara sahabat yang berpikir, kalau masih setengah kayaknya masih bisa deh dipakai jalan.. lah,, klo setengah artinya di tank ada sekitar kurang lebih 2 liter lagi. Tapi aku punya cerita  kenapa aku mesti punya bensin jaga-jaga.

Ceritanya kira-kira dimulai seminggu yang lalu, seperti biasa sebelum ke Posko Team, aku berniat untuk mengisi Bensin si hitam di Pom Bensin terdekat. Pom bensin ini menurut sangat unik, karena budaya antri yang biasanya diterapkan di Pom bensin, sama sekali tidak berlaku, jadi… jangan berharap ya, akan melihat barisan motor atau mobil yang rapi. Awal pertama kali aku ke Pom bensin ini betul-betul dibuat keki, biasanya kan pakai antri, nah.. aku antri deh dibelakang sebuah mobil, tapi… tak lama menjelang, satu.. dua… orang berkendaraan bermotor langsung ke depan. Aku saat itu sampai garuk-garuk kepala dan mencoba mencongakkan kepala ke arah tempat isi bensinnya. Dan gubraaak!!! Ternyata ya harus begitu atau memang begitu ya… kalau motor langsung saja maju,,, hmmm… jujur saja, selama aku ke Pom Bensin, baru sekali ini mendapatkan hal yang seperti ini. Dan memang dasar aku juga sama saja (sukam elakukan kesalahan berjamaah-red), aku pun melakukan hal sama.

Balik ke cerita awal, setelah sampai ke Pom Bensin, Gubraaak!! Aku melihat kerumunan motor dan barisan mobil yang antri sudah kurang lebih 1 km di Pom bensin. Hmm.. saat itu aku baru sadar dan baru ingat penuturan Senior ku kemarin yang bilang susah cari bensin. Oalaaah lagi… kok kemarin aku tidak peka ya??? Hmm… melihat kurang lebih seratus motor yang berkerumun di depan tempat pengisian bensin yang sudah seperti semut mengerubuni gula, semangatku untuk memberi minum si hitam rada keder… dan akhirnya aku memutarkan motor ke arah posko dengan sisa bensin yang sudah di garis merah. Sampai di posko, ternyata teman-teman fasilitator lainnya juga memiliki kisah yang sama, hmm… betul betul mati langkah ini, gimana mau ke desa? Ujar ku dalam hati.

Sampai hari ini, bensin di kota minyak ini belum juga normal, program pembatasan subsidi BBM oleh pemerintah sepertinya betul-betul meresahkan. Di Pom bensin tetap saja terjadi kerubunan, entah kerubunan itu betul-betul untuk pemakaian sendiri, atau kerubunan kendaraan  itu untuk hal bisnis,, alias di jual kembali, karena banyak sekali sekarang menjamur bisnis bensin eceran yang dijual dengan harga Rp.7.000,- s.d. Rp.10.000,- /liter. Dan sekali lagi karena malas berkerubun di pom bensin, aku kembali ikut andil dalam melakukan kesalahan berjamaah di negeri ini, yaitu membeli bensin eceran.

So,, sering kepikiran,, Kota Prabumulih adalah kota yang terkenal dengan Minyak nya (ada Pertamina-red), tapi kok BBM sulit? Ada yang bisa jawab? Atau ada sahabat yang punya cerita tentang BBM lainnya? Monggo.. kita sheare… di sini... :)

13 comments:

Aa Feryanto said...

Aku dengar cerita di Kota Prabumulih harga eceran sempat nembus angka Rp. 12.000,- (angka yang fantastis), masalah antrian minyak memang sudah menjadi hal yang biasa di Sumsel (negeri lumbung energi).

Piyen said...

negeri minyak miskin minyak... kedengaran gak masuk akal tapi begitulah kenyataannya.
mungkin orang-orangnya pada suka minum minyak juga

pakde sulas said...

inilah uniknya di indonesia, di kota atau wilayah tempat asalnya minyak tapi justru sulit mendapat BBM.

di jawa juga begitu,ada daerah penghasil mangga atau rambutan, nah kalo kita beli disana maka harganya lebih mahal dibandingkan di surabaya, yang tidak mempunyai kebun mangga atau rambutan, aneh bukan?

MENONE said...

weeeeeeekkkkkkk......... bensin sampai 10rb weleh...weleh.....

salam persahabatan selalu dr MENONE

Amy said...

seperti kelaparan di lumbung padi. proses distribusi yang rumit

Arif Bayu Saputra said...

yah memang negri ini ada yang mudah malah dipersulit,,,,,hehehehe aku gnti url mbak http://batakata.blogspot.com/

zan P O P said...

akhir2 ini emang sering terjadi kelangkaan BBM dimana mana ya...

pernah kepikiran untuk pergi kerja dengan sepeda tp jarak nya itu lho...bisa2 sampe TKP orang pada lari gara2 bau asem hhhhh...


semoga saja kelangkaan ini cepat berlalu... -_-"

tiwi said...

asswrwb, yah begitulah.... kalo negara tdk bersihkan diri, kita malah menjadi pelayan di negeri sendiri. Coba ada pemberantasan korupsi yg hakiki, spt negara Cina bbrp thn silam, hingga saat ini mereka mnjd slh satu negara dg ekonomi yg merajai dunia. So, berantas korupsi scr total! barulah kita bs menjadi raja di negeri sndiri..Btw alhamdulillah di kotaku tdk ada kelangkaan BBM, mudah2an di Prabumulih sgr normal...^_^

Ferdinand said...

Ass. Sista :)

Waduh lama banget nih aku gak liat ada postingan baru disini wkwkkwk.. kemana aja euy??? haha... aku pengen sms nanyain kabar, cuma takut ganggu kemaren2 akhirnya nongol juga wkwkkw... :)

Hem... terakhir kudenger BBM Bersubsidi mau dibikin fatwa Haram klo gak salah, dasar Indonesia ada2 aja gak ada yg mau ngalah yg kaya mau pake Subsidi haha...

untung dikotaku sini belum langka hhe... tapi btw, kayanya sekarang kebanyakan kamu ya yg make GUBRAK ketimbang aku hahahaaa... :)

Semangat n happy blogging

Unknown said...

Terus terang di kotaku sana amat jarang sekali antri bensin sampai begitu 'luar biasa' panjangnya termasuk dalam minggu-minggu terakhir. Semua lancar dan normal saja. Kalau mau beli eceran di pinggir jalan juga ada harganya 1 botol biasanya Rp 5.000,- cuma takarannya tentunya tidak persis 1 liter. Kita masih beruntung premium masih disubsidi oleh pemerintah. Tentunya subsidi ini 'menggerus' keuangan negara. Pilihan yang dilematis bila diteruskan. Salam sukses.

Dhymalk dhykTa said...

kirain klo di kota minyak BBM lebih murah trnyata gila yah harga nya,...msh mending di makassar alhamdulillah masih relatif stabil tanpa antrian

Bang Pendi said...

Wah, kok bisa begitu ya Mba. Itu ibarat tikus mati dilumbung padi...kota yang terkenal kaya akan minyak, penduduknya malah antri begitu untuk beli bensin...ck..ck..tak habis pikir

inung gunarba said...

waksss... kayak di Tarakan Kaltim aja yang juga kota minyak, aduh kemana atuh larinya minyak. Disedot dari Prabumulih tapi lupo nak balik kampung qe3