Ku kendarai kuda besi ku dengan berbagai Tanya di dalam
hati, sesekali aku melirik ke amplop putih yang menyembul bagian atas nya dari
saku kemeja berwarna biru ku. “hmm,,, hal yang sangat aneh dan diluar akal
sehat, siapa kah yang mengamanahkan surat
ini kepada sang bapak penjual tape singkong? Teman ku kah? Tapi kenapa sang
bapak malah berkata agar aku tidak membuka amplop putih ini? Huaah… mimpi kah
ini?”, aku pun mencoba mengerjam-ngerjapkan mata, berharap kalau semua ini
adalah mimpi dan aku akan terbangun di atas tempat tidur ku. Tetapi ternyata
itu hanya sekedar harapan.
“Ooeeeii!! Mayooo!!!”, aku tersentak mendengar nama ku
dipanggil ketika baru saja aku akan melewati gang kecil menuju rumah ku. Segera
aku menekan rem si kuda besi dengan kaki kanan ku, dan ku lihat si Akbar
berlari-lari kecil menuju kepada ku.
***
“Nak, tadi Pak Dulah mencari mu”, ujar ibu saat melihat aku
memasuki dapur. Aku segera menuju ke rak piring yang tersandar di sudut ruang,
mengambil sebuah gelas, dan langsung menuju meja makan yang juga terletak di
sisi dapur. Sambil menuang air dari teko, ku lihat ibu sedang sibuk melipat
kotak kue, masih banyak tumpukkan kotak kue yang belum dilipat bertumpuk di
atas meja. Alhamdulillah usaha kecil-kecilan ibu untuk mengisi waktu senggangnya
sekarang lumayan maju pesat, awalnya hanya tetangga-tetangga sekitar rumah saja
yang memesan kue buatan ibu, tetapi lamban laun kue buatan ibu mulai terkenal,
tak jarang instansi pemerintahan yang akan menyelenggarakan acara juga memesan
kue dari ibu.
“Iya, bu,, tadi si Akbar juga memberi tahu ku, kira-kira ada
apa ya bu? Tumben-tumben Pak Dulah mencari ku?”, sekarang giliran ibu yang aku
Tanya akibat rasa penasaran. “Ibu juga tidak tahu nak, seperti nya ada hal yang
penting. Sekarang baiknya kamu segera mandi dan sholat Magrib di masjid,
sebentar lagi azan loh!”, ujar ibu. “Baiklah ibu ku sayang!!! Tapi kok aku tidak di kasih kue
ya?”, ujar ku sambil melirik nakal ke arah kue kukus yang berwarna warni
tersusun rapi di nampan bulat. “eeittss… nanti dulu!! Itu sudah ada yang
pesan!! Nanti kalau ada sisa baru boleh!”, ujar ibu sambil tersenyum. “Masa’
anak semata wayang nya ini cuma dikasih kue sisa?”, ujar ku dengan sedikit
menekukkan wajah. “Itu sudah nasib mu jadi anak tukang kue!”, jawab ibu asal
sambil tertawa. Aku pun tertawa sambil
menuju kamar mandi,, aah,, ibu ku,, memang tidak pernah berubah, selalu menjaga
amanah dari langganannya.
Aku merasakan sensasi segar sehabis mandi, seluruh penat
terasa bagaikan terbang menghilang. Setelah memakai pakaian koko berwana
abu-abu, aku pun terduduk di sisi tempat tidur ku sembari memandang ke amplop
putih yg telah aku selamatkan dari saku sebelum si pakaian biru terlempar ke
keranjang pakaian kotor. Kembali aku mengamat-amati amplop putih bertuliskan nama ku itu. Ingin
rasa nya aku menyobek amplop misterius itu dan langsung membaca isi nya, tetapi
niat ku segera aku urung kan
ketika terdengar suara azan dari masjid. Aku pun meletakkan amplop itu di dalam
laci meja belajar ku, dan kemudian bergegas memenuhi panggilan Sang Penguasa
Alam. (bersambung)
10 comments:
penasaran aq sama isi amplopnya... ditunggu kelanjutannya...
ndang di bukak to...??!! penasaran-gak sabar hehe...
kalo dilarang malah kepikiran... itulah manusia
HIhihi.. penasaran....
Hayah... belum sampe rumahnya pak Dulah kok udah bersambung aja toh sista haha... padahal lagi asik nih bacanya haha... yo wes aku tak nunggu sambungannya aja deh, tapi si amplop belum dibuka kan ya????
pendatang baru,salam kenal !
assalammuallaikum..
salam kenal ya mbak, nama saya tami, bagus lho mbak tulisanya, saya tunggu yng berikutnya ya? oh iya kalau berkenan follow blog saya juga ya mbak^^
yaelah udah bagian 3 aja, musti buru2 baca bagian satu nih mumpung bagian 4 nya belum terbit...
Pa kabar sobat ku di Palembang sana, kangen ngga sama aku... #jayus bener dah gw
maaf ya Ami lama ngga nongol di sini, semoga Ami selalu sehat dan di beri kelancaran dalam segala hal...
nice :)
salam kenal semuanya
kenapa ndak langsung dibuka sj....
ayo cepat buka amplopnya....
Post a Comment