Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Sunday, September 30, 2012

Perahu Kertas

Helai-helai bunga dandelion berterbangan mengikuti irama sang bayu yang bertiup sepoi-sepoi. Aku menarik nafas dan menghembuskannya berlahan sekali, seakan-akan tidak angin serombongan semut yang berjalan berbaris di atas kulit kayu pohon yang roboh di pinggir danau ini terusik oleh keberadaan ku.

Sudah kurang lebih tiga jam aku menunggu nya di sini, tapi hingga saat ini tak ada sama-sekali pertanda dia akan datang memenuhi janji yang telah kami buat satu tahun yang lalu. Berbagai macam rasa bergejolak di dalam hati, dan yang paling dominan menguasai adalah rasa marah dan rindu.

Ku pejamkan mata ku sejenak, mencoba menyatu dengan alam dan ingatan ku pun menghambur ke satu tahun yang lalu, saat aku dan dia duduk di sini dalam dengan senyum yang merekah sambil memandang puluhan  perahu kertas lipat berwarna-warni yang berlayar tenang di danau yang biru. Saat itu, ada rasa dan asa yang tak terbaca dan tercerita kala sesekali kami beradu pandang dalam diam.

"Aku akan menjemput mu di waktu dan tanggal yang sama disini satu tahun lagi, berjanji lah kamu akan ada di sini menunggu ku?", ujar nya saat itu yang ku jawab dengan anggukan kepala seakan-akan mimpi, cita dan cinta ku saat itu hidup kembali.

Tetapi, angin dingin bertiup menerpa ku yang kembali membuka mata, dan memandang kembali  ke dunia nyata yang hanya ada danau biru tanpa satu pun perahu kertas yang berlayar di atas nya dan tanpa dia yang datang memenuhi janji.

5 comments:

Bali Bagus said...

Tulisannya menharu biru

Ririe Khayan said...

duhh, kok endingnya makjlebbb...sediiihh

Damar said...

sebuah penantian yang tak bertepi. manteb dah sedihnya

munir ardi said...

lama juga saya tak berkunjung kerumah sahabatku ini, blognya tambah luar biasa, apa kabar numpang hujan-hujan disini dulu

tour and travel said...

postingannya dalam banget..