Aku tidak akan menjadi sehat dengan meminum secangkir kepahitan kecuali aku menemukan madu sebagai endapannya.
Aku tidak akan selamat melintasi jalan sempit kecuali aku bisa mencapai padang rumput hijau di seberangnya.
Aku tidak akan rela kehilangan seorang teman dalam kabut surga begitu aku menemukan dia dalam kejernihan fajar.
Berapa
banyak waktu mesti ku tahan menanggungkan sakit dan melepuh di bawah
kerudung kesabaran, seraya mengangankan adanya ganjaran dan kebenaran.
Tapi ketika aku membuka kerudung itu, aku melihat kesakitan telah
berubah menjadi kesenangan dan yang melepuh telah berubah menjadi
kesejukkan dan kedamaian.
Berapa banyak waktu harus ku
jalani bersama sahabatku di Dunia-yang-Serba-Permukaan ini,
bersungut-sungut sendiri menyesali ketololan dan kebodohannya. Tapi aku
tidak juga sampai ke Dunia-Penuh_Kedalaman itu sampai aku menyadari
sendiri bahwa aku telah menjadi tiran lalim dan temankulah yang menjadi
arif lagi bijak.
Berapa lama aku mesti linglung karena
tuak ke-dirian-ku, seraya beranggapan bahwa aku dan temanku bagaikan
domba dengan serigala, sampai aku mendusin dari mabuk lalu tersadar
bahwa aku dan dia adalah sama-sama manusia.