Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Saturday, May 30, 2015

Reuni

Menelusuri jalanan Basuki Rahmat di tengah gemerlap lampu kota ternyata tak membuat hati seterang cahaya malam, terngiang kembali diingatan kala "si dodot" memasang wajah sendu memandang ku. "Kenapa kamu? Kalau laper langsung lahap saja geh!", ujarku lancar, selancar jalanan di simpang patal dengan underpass nya. "Aku sedih melihat kamu, setiap tahun kita reuni, kamu begini-begini saja", ujarnya sembari menatap ku tajam. "Malah enak dong Dot, kalau aku begini-begini saja artinya aku awet muda dong!", ujarku ngeles dan disambut riuh suara teman-teman lain diikuti timpukan potato crispy serta tisu-tisu bekas.

"Come on beibs, look at me, didn't you want like me!", ujar si Farida sedikit nge-english karena sudah kelamaan bermain dengan koala dan kerja di pabrik pengolahaan minyak plus akhirnya menikah dengan bule muallaf di sana. "Iyo nih bibik satu nih, waktu kuliah dia yang sibuk gandengan kemana-mana, eh sekarang kita semua pada sudah merried, eh dia tetap kayak kambing ompong, kemano-mano dewek'an", ujar Dodot ikut-ikutan.


"Iih kamu dot,, dulu kan kamu tuh yang kegenitan, lah kamu yang sering bilang gandeng saja, biar urusan tugas lancar! Jadi korban deh aku untuk menyelamatkan kalian semua!", ujar ku membela diri sembari mengingat kala semua membujukku supaya pura-pura mau menerima cintanya si Ridwan yang jadi bintang kampus karena keahliannya dalam materi kuliah kalkulus dan berbagai materi kuliah yang banyak berhubungan rumus serta trial-error.

"Oh iya-ya by the way any way bus way apa kabarnya si Ridwan, ada yang tahu?", sekarang si Zaki ikutan berceloteh setelah menuntaskan vegetable corn soup di depannya. " terakhir aku tahunya dia di Jepang setelah menyelesaikan S2nya. Dia mendapat rekomendasi dari perusahaannya untuk mengembangkan research bioreactor yang dia lakukan", ujar farida. "Dia sudah nikah belum?", si Dodot segera menimpali. "Hmm,, aku rasa belum, lah di twitternya isinya semua tentang research mulu, sama nih dengan yang satu ini!", ujar farida sambil mengalihkan pandangan kepada ku, diikuti kedua pasang mata yang lain.

"Woeii! Malah lahap makan dia!", si dodot berteriak kepada ku. "Iya nih, orang membahas dia, dianya malah keasikan makan", ujar si Zaki kembali melempar potato crispy nya.  "Oh ya, yang dibahas aku toh? Kok ga bilang-bilang!", ujar ku memasang wajah culun.

"Ah, kamu itu! By the way, kamu masih kontak sama Ridwan!", tanya zaki menyelidik. "Ngapain, kan urusan tugas kita sudah selesai!", jawabku enteng sembari melahap ice cream sebagai makanan penutup. "Kamu itu Mi, kok ga punya perasaan sekali, Ridwan itu cinta mati sama kamu!", ujar farida yang sekarang memasang wajah sendu.

"Entahlah, nenek lampir satu ini mungkin selamanya mau menyandang gelar jombo!", ujar si dodot dengan mulut sedikit nyinyir tanda dia sudah geregetan.  " duh,, opa gerandong, kok perhatian bener nih, jangan-jangan dulu kamu punya ati ya sama aku?", ujarku dengan nada datar tapi mengundang kontroversi ke si dodot. " mahaaaap bae yee punyo ati ke wong geblek cak kau!!", teriak si dodot yang akhirnya terpancing.

"Calm please,,, kenapa kalian malah keluar dari fokus pembicaraan!", ujar Farida mencoba meredakan. "Beneran Mi, kamu ga punya ati sama si Ridwan lagi?", tanya farida mengejar. Aku tersenyum memandang wajah ketiga sahabatku yang setahun hanya satu atau dua kali bersua, "hmm,,, kamu mau tau, apa mau tau banget?", jawabku sekenanya dan langsung untuk yang kesekian kalinya harus menerima lemparan tisu-tisu bekas.

"Sudahlah, sampai besok pagi juga bahas orang geblek ini tak akan selesai, kita bubar yuuk,, sudah malam,, nanti my wife khawatir pula suaminya yang ganteng sampe malem gini belum pulang", ujar si dodot sembari menyelempangkan tas kerjanya. "Gaya kamu! Bukan suaminya yang ganteng kalee, tapi suaminya yang gembrot!", ujar ku sambil mengedipkan mata ke si dodot. Terlihat si dodot tak mau kalah, tetapi zaki segera menarik si dodot menjauh dari ku, seperti sudah paham kalau kami berdua tak akan pernah selesai kalau tak dilerai.

"Ingat ya Mi, sekali lagi kita berjumpa disini, kamu harus sudah punya kepastian tentang bahasan kita malam ini", ujar farida sembari merangkul ku saat kita semua akan berpisah di parkiran. "Iyo,, doain saja ya,,!", ujar ku sambil tersenyum santai, dan kemudian kita pun berpisah untuk esok kembali menjalani kehidupan masing-masing.

Setelah melalui underpass simpang patal, hp di kantong ku berbunyi. Kuraih dan ku lihat di screen  terpampang tulisan "Ridwan Calling". Tanpa melakukan apa-apa, hp pun kembali masuk ke kantong, dan ku putar pedal gas agar segera sampai ke rumah.

1 comment:

joi said...

trimakasih infonya,,,
sangat menarik dan bermanfaat,,,
mantap,,