Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Tuesday, March 8, 2016

#Gagal Paham: Festival Gerhana Matahari Total 2016 kota Palembang

Gerhana Matahari Total (GMT) menjadi sebuah fenomena yang cukup menarik perhatian semua orang di bulan Maret 2016. GMT ini konon katanya hanya bisa dinikmati di Indonesia saja dan akan melintasi 12 kota di Indonesia tepat pada tanggal 9 Maret 2016, dan kota Palembang menjadi salah satunya.

Aku tidak akan bercerita tentang apa itu GMT, semua pasti sudah bisa tanya langsung ke si mbah Google. Tapi aku hanya ingin sedikit menceritakan bagaimana kota Palembang melakukan persiapan untuk suatu fenomena yang  hanya berdurasi kurang lebih satu jam saja.

Kotaku sepertinya sangat serius dalam mennghadapi fenomena langka ini yaitu dengan membuat even skala internasional yang berjudul "Festival Gerhana Matahari Total 2016" bertempat terpusat di Jembatan Ampera dan Pelataran Benteng Kuto Besak (BKB). 

Mungkin sedikit berlebihan sih Festival ini, karena jembatan Ampera  yang merupakan "Landmark" nya kota Palembang akan ditutup seharian, tapi aku yakin dinas pariwisata pastinya mempunyai alasan kuat untuk hal ini sebab penutupan jembatan ampera artinya sama dengan menghentikan detak jantung arus trasportasi kota Palembang.

Protes???
Hahahaha, tidak lah, kalau mau protes ya aku pasti bawa spanduk atau karton bertulis dengan spidol besar ke kantor Gubernur. Hanya aku merasa gagal paham saja dengan acara ini, bukankah akan lebih baik tak berlebih-lebihan dan terlalu lebay dengan fenomena alam ini. Rasanya tak layak bila masyarakat harus berpayah-payah dengan bercampur-baur mobil tronton /truk besar antar kota dan macet-macetan ria melintasi di jembatan Musi 2 yang dengan ditutupnya jembatan ampera menjadi satu-satunya akses penghubung seberang ulu dan seberang ilir.

gambaran kemacetan lalulintas di Ampera waktu jam sibuk sehari-hari, bagaimana kalau kemacetan ini dialihkan ke jembatan musi 2,, dobel-dobel kan macetnya?

Sedangkan jembatan ampera berubah fungsi menjadi restoran dan tempat berleha-leha  segelintir kaum borjuis, Oh Em Ji,,, harusnya penutupan jembatan amperanya tak perlu lama-lama, teman-teman fotografer juga pastinya tak akan menghabiskan semua waktunya di sana, bukankah gerhana mataharinya cuma berdurasi kurang lebih 1 jam saja, kalau mau makan-makan dan acara lainnya yuuk cari tempat lain saja yang lebih leluasa dan bisa dinikmati semua masyarakat,, :)

 Gambaran Denah jembatan ampera selama festival GMT 2016

Aah,, memang kadang  kebijakkan tidak adil. Sering mengatas namakan masyarakat tapi masyarakat juga yang menjadi pesakitan dari kebijakkan.

2 comments:

alkatro said...

saia juga gagal paham sis,
kata- GMT: di search google keluarnya kok: Greenwich Mean Time
google ternyata juga tidak adil #kabuuur

Rezky Pratama said...

berkunjung dengan senyuman....