Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Friday, November 12, 2010

Ke-07 : Arti Sebuah Seragam

Jum'at, 12 Nopember 2010

Sebentar lagi, Bumei Pat Petulai akan heboh. Koran-koran lokal pastinya semua akan membahas peristiwa yang terjadi tahunan ini, ini saja indikasi beritanya dari sekarang sudah santer terdengar. Nah loh?? ada apa sih??

Aku tidak tahu, apakah di daerah lain juga seheboh disini dalam mengartikan tes penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD), tapi inilah kenyataannya, dan kabarnya tes CPNSD akan dimulai setelah hari raya Idul Adha nanti.

Hebohnya dimana ?

Sekarang ini, sebagian besar masyarakat sudah bersiap untuk menyambut perayaan tahunan ini, semuanya bersiap dengan penuh harap untuk bisa menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), karena disini ada sebuah istilah "Belumlah menjadi orang kalau belum menjadi pegawai". Wuahahahahaha... kalau ingat istilah ini aku tertawa ngakak dan sedikit menggaruk-garuk kepala ku, jadi aku ini termasuk belum menjadi orang toh?? hahahahaha

Hmmm... identitas ternyata sangat penting untuk menyatakan tentang seseorang, begitu juga identitas yang namanya seragam. Yup, seragam menjadi sangat penting, seragam juga menjadi pembeda golongan. atau kasta kehidupan Sering kali, ketika aku menuju ke kantor korkot dan melewati daerah perkantoran jalan Sukowati dan Dwi Tunggal, aku berpapasan dengan orang-orang yang berseragam, entah itu seragam dari dinas apa aku tidak begitu ambil peduli, tapi jiaaaah,,, angkuhnya!! apa ada yg salah ya denganku? apa karena sandal jepitku ini? (sstt...ini hanya pertanyaanku dalam hati).

Ada juga kejadian lucu, dulu diawal-awal aku masuk Rejang Lebong dan bersama sahabatku Atik, kami makan siang di daerah Simpang Lebong.  aku belum punya si hitam, dan Atik masih bersama si Cebong (nama motornya).  Setelah memarkirkan cebong dengan rapi, masuklah kami ke rumah makan.

Belum lama kami duduk, masuklah tukang parkir dan meminta kami memindahkan letak parkirnya si cebong, walaah... perasaan tadi parkirnya sudah rapi, langsung deh kami keluar dan ternyata si cebong mesti pindah letak karena ada mobil orang berseragam yang mau parkir... "Kok mesti dipindah? kan ga ganggu!!", protes kami pada tukang parkir, karena kami lihat tempat parkir masih luas, memang sih... letak cebong sangat strategis abis bisa kelihatan dari dalam rumah makan. Ternyata protes kami tetap tidak digubris, walaupun dengan sedikit becanda kami bilang dengan penjaga parkir  "biarlah pak tukang parkir, motor butut kami janganlah dipindah, kami bayar deh parkirnya seharga parkir mobil", tetap saja kami gagal dan mesti memindahkan si cebong sedikit ke pinggir, wkwkwkwkwk... nasiiib...

inilah potret kehidupan di Rejang Lebong, kalau tidak punya identitas yang namanya seragam ya... siap-siap deh untuk selalu menguatkan hati. Dan demi yang namanya seragam ini juga, banyak yang rela berkorban mengambil jalan pintas alias "nyogok/suap" dan ini bukan rahasia lagi di Bumi Raflesia ini.

Di desa, geliat menghadapi yang namanya tes CPNSD sudah ramai dibicarakan, dan banyak juga orang tua yang sudah menjual kebun, sawah, rumah, atau apa saja yang bisa dijadikan uang untuk menjadi "mas kawin" agar anaknya bisa memakai seragam, jadi kalau sahabat-sahabat mau berinvestasi tanah, kayaknya sekaranglah waktu yang tepat.. bisa dapat harga murah loh, hahahahaha

Jujur saja, aku paling tidak nyaman dengan yang namanya seragam. Walau di dalam program yang kujalani ada juga identitas-identitas penunjang (seperti jaket yang ada logo PNPM nya). Aku hanya memakainya di acara-acara tertentu saja, kalau ke desa kayaknya kurang deh, karena aku khawatir, kalau aku pakai indentitas alias seragam, aku tidak akan bisa melebur dengan masyarakat di desa. Bagaimana bisa melebur, kalau lihat kita yang berseragam saja mereka sudah segan tuk mendekat.

Ahhh... seragam.... ckckckckck... (mode geleng-geleng kepala) .


13 comments:

Nova Miladyarti said...

di aceh juga begitu mbak.heboh pns.kalau belum pns rasanya masih belum afdhal.hehhe...

Unknown said...

Menarik sekali artikel nya.. :)
saya suka..
di tunggu ya kunjungan balik dan komentarnyadi blog saya

Djangan Pakies said...

Assalamu'alaikum Amie...
maaf datang telat karena PC diserang pirus,ini aja minjem mas rio hhh.

Pertama, jempol guedheeee atas read more yang semakin menarik dan ueenak dipandang mata.

kedua, banyak orang mengira jabatan adalah segala-galnya. Padahal dipundak mereka ada segunung beban amanah yang harus dipertanggungjawabkan kelak. Kenapa harus sombong kalo jabatan hanya menghasilkan dan mengarahkan yang bersangkutan menunju jurang yang tidak semestinya ditempuh. Pakies hanya berdoa semoga dengan seragam apapun bisa menjadi ladang pahala kebaikan dengan cara apapun walaupun hanya dengan senyuman ramah dan tidak mengkhianati nurani rakyat.

Ferdinand said...

Aku justru gak pernah punya seragam.... tiap hari cuma pake Kemeja, kadang cuam kaos malah... pokoknya cuma tergantung yg mau ditemuin siapa haha... yg penting dinikmati ajalah... urusan seragam biarin mereka aja yg ngurusin hhe...:P

Unknown said...

ungkapan "Belumlah menjadi orang kalau belum menjadi pegawai" memang sangat akrab di telinga kita, termasuk keluargaku sendiri. mungkin jg pengaruh bangsa yang pernah dijajah masih melekat, dgn seragam bisa nakut-nakuti atau 'nyombong' di hadapan org. tp sbnarnya mau jadi PNS atau Swasta sama mulianya, yg penting kejujuran dalam meraihnya perlu dikedepankan. Salam dari Mangcek.....

tiket pesawat said...

waduh ternyata jadi pegawai yang "berseragam" mendapat perlakuan istimewa ya disana...

secangkir teh dan sekerat roti said...

datang lagi dari dekat merapi.. :)

Ella said...

artikel yg menarik, sama kayak cerita di keluargaku, bakalan bangga sekali kalau anak-anaknya sudah jadi PNS dan berseragam, bahkan rela ngejual apa yg mereka punya supaya anaknya bisa jadi PNS.

Keliatan sekali kalau yg namanya jabatan masih sangat diagungkan, biar kata kaya tapi kalau blm punya jabatan kayaknya masih kurang afdol mungkin begitu yg ada di fikiran mereka.

ibnumuksin said...

seragam formalitas. saling dukung blog teh. berkunjung dan koment

Unknown said...

Kita hanya akan hidup hari ini, karenya kita akan menanam dalam hati kita, semua nilai keutamaan dan mencabut darinya pohon-pohion kejahatan berikut ranting-rantingnya yang berduri, baik sifat takabur, ujub, riya' dan buruk sangka.

Semuanya akan dipertanggungjawabkan nantinya olrh setiap prlaku, baik dunia maupun akhirat. Apalagi yang berhubungan dengan seragam.

Sukses selalu

Salam ~~~ "Rjawantah's Blog"

joe said...

sebenarnya semua sama saja, musim CPNS, banyak yang menghalalkan segara cara, lewat jalur cepatlah, jalur belakang...

Ferdinand said...

Malem... aku datang... :P hho masih seragam nie kayanya ... hemm kayanya seragam dan jabatan masih jadi sesuatu yg diagungkan yach hho...

happy blogging yach :P

tiwi said...

asswrwb...heheh, sebagian org mmg msh beranggapan spt itu, tp tdk semua lho...ehem, bgmn kl para blogger bikin seragam aja sndr??..xixi, kan asiik tuk biar nyaingin mereka..heheh.wassalam.