Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Tuesday, January 25, 2011

Bang Izhar

20 Safar 1432 H
Selasa, 25 Januari 2011

Sarah hanya bisa menangis sepanjang jalan. Hatinya merintih dan kecewa tetapi juga tidak bisa menyalahkan keadaan. Dia baru pulang dari rumah Pak Karman, Pak Ujang, Pak Andeh dan beberapa tetangga yang lainnya. Hampir seluruh rumah di kampung  itu didatanginya selepas sholat shubuh. Hanya berbekal  payung lusuhnya, Sarah menembus rintik hujan dan dinginnya fajar.

Sekali lagi hatinya merintih, mengingat penolakkan para tetangga, ketika mendengar permintaannya untuk membantu memakamkan Bang Izhar suaminya. Terlalu banyak kejahatan yang telah dilakukan Bang Izhar sampai seluruh warga kampung tak ada sedikitpun belas kasihan walaupun sekedar untuk membantunya mengurusi jenazah suaminya itu.

Bang Izhar, adalah jawara kampung yang sangat dihindari oleh warga karena kebiadabannya. Dari preman kampung, anak-anak jalanan sampai preman kelas kota tunduk dan tak ada nyali terhadapnya. Tak pernah satu malam pun Bang azhar melewati dari yang namanya mabuk-mabukan, dan Bang Izhar juga tidak pernah sungkan untuk merampok, menganiaya bahkan membunuh siapa saja yang menjadi korbannya untuk memenuhi kebutuhannya, sampai-sampai wak Ijah, wanita yang berumur delapan puluhan itu pun tak luput dari kejahatannya ketika melintas di depannya. Wanita tua itu tersungkur saat keinginan Bang Izhar meminta uang belanja ditolak nya.

"Sekarang Bang Izhar merasakan akibatnya", gumam Sarah dalam hati. Sebelum berkumandang azan Shubuh, Bang Izhar pulang ke rumah dalam keadaaan mabuk berat. Seluruh badannya berkeringat dan terasa dingin, mulutnya mengeluarkan busa dan nafasnya tidak beraturan. Bertepatan azan shubuh, Bang Izhar menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Sesampai kembali ke rumah, Sarah memandangi jasad suaminya yang telah dibaringkan dan ditutupinya kain panjang sekedarnya itu. Dia bingung, apa yang harus dilakukannya. Akhirnya dia berlari menuju pasar menemui teman-teman Bang Izhar. Tak ada rasa sedih terpancar dimata teman-temannya itu setelah mendengar cerita Sarah tentang keadaan suaminya. Malahan, Si Bongkeh tertawa terbahak-bahak sambil berkata "salah sendiri si Izhar minumnya tak kira-kira! matilah dia! hahahaha.".

Sarah meninggalkan rombongan preman pasar teman-teman suaminya itu yang masih tertawa terbahak-bahak. Sampai akhirnya, dia menyewa dua orang tukang panggul  sayur untuk membawa jenazah bang Izhar ke Mushola dengan biaya yang cukup mahal.

Lewat pukul dua siang, tetap tidak ada yang mau menshalatkan jenazah Bang Izhar. Sampai akhirnya Sarah menyerah dan menggotong dengan terseok-seok jenazah suaminya tersebut ke kampung sebelah. Ironisnya, hampir seluruh warga kampung tersebut juga tak ada yang mau membantunya. Tak ada satu warga pun yang tidak tahu tentang betapa jahatnya Bang Izhar.

Sampai akhirnya, Sarah bertemu dengan Pak Kiai Zahid yang bersedia memandikan, menshalatkan dan menguburkan jenazah Bang Izhar. Ketika mendengar kabar kalau pak Kiai mau menshalatkan jenazah Bang Izhar, beberapa penduduk kampung pun ikut menshalatkan walaupun di dalam hati mereka ada tanda tanya besar, kenapa pak kiai mau mengurus jenazah orang terjahat tersebut.

Setelah selesai menguburkan jenazah Bang Izhar, penduduk kampung tersebut langsung menanyakan alasan Pak Kiai mau mensholatkan jenazah Izhar. Kiai Zahid berkata: "dikatakan padaku dalam mimpi semalam, kalau akan datang kepadaku seorang jenazah yang tak ada siapapun bersamanya selain istrinya, maka aku diperintahkan untuk mensholatkannya, karena dia (Izhar) telah diampuni oleh Nya". Penduduk kampung semakin heran, Lalu kiai Zahid pun memanggil Sarah dan bertanya tentang bagaimana prilaku Bang Izhar semasa hidupnya.

Masih dengan terisak Sarah berkata,"Sebagaimana yang telah dikenal orang, sehari-harinya Bang Izhar adalah seorang penjahat dan seorang pemabuk". Kiai Zahid tersenyum, kemudian kembali bertanya, "pernahkah engkau melihat amal-amal kebaikan yang pernah dilakukannya?". Sarah terdiam dalam waktu yang sedikit lama. Sampai akhirnya dia berkata, "seingatku ada tiga amalan yg pernah dilakukan Bang Izhar pak kiai". Ceritakanlah, pinta Kiai Zahid.

Pertama, Bang Izhar ketika telah sadar dari mabuknya pada waktu Shubuh langsung mengganti pakaiannya dan berwudhu lalu sholat shubuh berjamaah. Tetapi kemudian setelah itu dia kembali ke perilakunya semula. Terus yang kedua, Rumah kami tidak pernah sepi seorang atau dua orang anak yatim yang sering diajaknya dari jalanan. Kebaikkannya terhadap anak-anak yatim tersebut melebihi kebaikkan terhadap anaknya sendiri. Kalau anak-anak tersebut tidak kelihatan, maka Bang Izhar  menanyakan dan mencari mereka. Dan yang ketiga, Dulu pernah aku menemukan Bang Izhar terbangun dan sadar dari mabuknya dalam kegelapan malam. Bang Izhar menangis dan berkata, " Ya Tuhanku, sisi jahanam yang manakah yang Engkau kehendaki untuk orang terkutuk ini?" Maksudnya dirinya sendiri.

Kemudian Kiai Zahid pun pergi berlalu, dan tak ada lagi merasa bingung terhadap perintah terhadap dirinya melalui mimpi tersebut.

---
Nb. Kisah ini terinspirasi dari cerita yang aku baca di buku "Menyingkap Rahasia Qolbu - Al-Ghazali . Oh ya, tuk sista tiwi... aku minta maaf sangat!!  request cerita penjahat hatinya belum jadi tuh... idenya masih melayang-layang, hehehe

26 comments:

Dhymalk dhykTa said...

Subhanallah...Allahu Ya Karim...
Sungguh apa yg kita liat kdg tak sama dgn penglihatan Ilahi Rabbi...
Posting yg sgt bagus mbak...
jazakallah

NOOR'S said...

Cerita yang sangat menyentuh dan penuh makna, patut menjadi bahan pembelajaran.....

tiwi said...

asswrwb..sebuah pelajaran berharga yg wajib kita resapi...nice story sis...btw, aku harap inspirasinya sgr dtg ya..hehhehe

zan P O P said...

Subhanallah...Maha Besar Allah dengan Segala Kemurahan-Nya...

selalu ada Rahasia Allah yang kita tidak tahu tapi semua demi Kebaikan Hamba Nya...

Ifa Elbanaf said...

wew....ceritanya bagus banget mbak...
Seorang yg dianggap rendah blm tentu hina di mata Allah.
Smg kita bs berbuat lebih baik n beramal sholeh melebihi Bang Izhar agar Allah lbh sayang pd kita....

Nathan said...

iya, terkadang kita hanya mlihat stitik noktah hitam di atas slembar krtas drpda krtas itu sndri... dtunggu crita inspiratif brkutnya...

Nova Miladyarti said...

nice story sis:D
sebuah pelajaran berharga:)
ditunggu tulisan mbak berikutnya:)

Ferdinand said...

Siank Sob.. :P

wah maf nie lama baru nongol lagi hhe...

hem... kebaikan sekecil apapun tetap dipandang layak oleh Sang Penguasa, beda dalam pandangan kita yg jarang bisa melihat kebaikan org lain, karena terlalu fokus akan kejahatan seseorang .. keren ceritanya hhe... :P

Ehm.. Mbak tiwi Request apa tuh hhe...

Batara Emas said...

Aku Mau Request juga, cerita tentang anak Pendekar Cilik yang hoby makan, Hehehehehehe ^_^

Adit Mahameru said...

Allah Swt is the best.....Rahasia Beliau tak terukur..

Hikmah Teladan said...

Kisah teladan yang bagus sob.
Bisa untuk renungan kala kita melakukan dosa.

Btw benar itu blogku sob.

Lily Kasim Personal Blog said...

berkunjung....makasih ya dah datang ke blog saya..

NOOR'S said...

Ada award dari Bang Pendi Bu...kalau berkenan n' kalau blom punya silahkan diambil deh...

Admin said...

Subhanallah...,

pengen meniru dia ( kebaikannya doang )...
He...

Salam kenal...

Unknown said...

Kisah yang amat menyentuh hati kita. Kita benci dengan perbuatannya yang brutal, sadis, kejam dan bengis. Namun dia sebagai makhluk Tuhan, kita hendaknya merawat dan mengubur jenasahnya. Tuhan mengampuni dosa siapa saja yang dikehendakinya. Semoga kisah ini dapat diambil hikmahnya oleh kita semua.

Anonymous said...

mksih udah berkunjug dan follow rumahku f4dLy fri3nds.
http://f4dlyfri3nds.blogspot.com

Anonymous said...

lagi dong ceritanya xixixixi

ESSIP said...

malem - malem baca cerita gini.. ehm jadi tambah melek nih saya...

Salam hangat dari Jember

Ferdinand said...

Ass.

Sore Sob.. :P

Wah lama euy ndak kesini hhe.. msh sibuk ya Sob, blum sempet nulis hhe... Tp aku koQ baru tau ya templatenya gak kelam kaya dulu lagi hhe... skarang bersih bgt hho... :P

Semangat N Sukses slalu :P

Mhya said...

cerita yang bagus, yang bisa dijadikan renungan buat kita berfikir atas kekuasaan Allah yang tak pernah kita sangka sebelumnya.

Ifa Elbanaf said...

Assalamu,alauikum mbak....
Bang Izhar memeberi inspirasi banyak orang mbak...

Admin said...

Nyayu..., cerita barunya dah rilis...., baca yaaa..., o iya, blog kamu jg dah kutambahin di blogku.^^

keep ngeblog....

moenas said...

cerita yang sangat menarik brow,
salam kenal ya..

tiwi said...

asswrwb...huaaa mana requestku?...oh inspirasi segeralah datang...hehehhe

NOOR'S said...

Eh...Bang Izharnya masih ada ? :). Memangnya disana berebut jadi Rt, masak sih ? yasud..klo nanti ada penggantian Rt, daftarin Bang Pendi...kayaknya enak klo banyak yg bisa dikorupsi...hehehe

Ummi Ubay said...

apa kabar mba^^
dah lama gx kesini

oh ya chika ngundang giveaway
http://simple-rei.blogspot.com/2011/02/chika-reis-give-away.html