Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Monday, February 21, 2011

Antara Kotak Amal dan Kotak Saran

17 Rabiulawal 1432 H
Senin, 21 Februari 2011

Indonesia tanah air beta, Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala, Selalu di puja-puja bangsa

Aku rasa sahabat semua masih ingat sepetik syair dari lagu di atas, ya, benar sekali! lagu wajib yang dikala masih duduk di bangku sekolah sering sekali kita nyanyikan. Entah waktu kita bernyanyi hanya sekedar melepaskan kewajiban pada saat melakukan upacara bendera, atau memang kita bernyanyi dari lubuk hati yang dalam? 

dalam hal ini, aku tidak akan membahas tentang lagu pusaka bangsa Indonesia tersebut, tapi aku hanya ingin menyampaikan pendapatku saja tentang negara Indonesia yang sangat aku cintai ini. Sering sekali, ketika aku blogger walking, aku menemukan pendapat- pendapat sahabat yang merasa bahwa Negara Indonesia ini tidak sehat, baik itu dilihat dari struktur pemerintahannya, hukum, kesehatan, sosial dan lain-lainnya. Aku sama sekali tidak menyalahkan pendapat sahabat-sahabat tersebut, karena itu telah menjadi hak nya untuk bicara dan mengeluarkan pendapat yang akan selalu dilindungi oleh Undang-Undang Dasar negara ini.


Memang sangat menyedihkan, sekarang ini bangsa Indonesia cenderung tidak percaya pada Indonesia khususnya pemerintahan negara nya sendiri. Wakil-wakil rakyat yang telah diberikan kepercayaan oleh bangsa ini bagaikan sedang terbang di atas angin. Wakil-wakil rakyat ini merasa paling benar, merasa harus di dengar, merasa diatas segala-galanya, yang menyebabkan sifat angkuh, sombong, tak tersentuh hukum dan tak ayal lagi, mereka bagaikan seseorang yang tidak melihat tapi banyak bicara dan melihat tapi tidak bicara sama sekali.

Sebenarnya, tidak semua wakil rakyat atau yang ada di instansi pemerintahan seperti itu, terbukti ini hanya ulah dari segelintir oknum, dan akhirnya karena nila setitik maka rusak susu sebelanga

Hmm.. sekarang waktunya kita sebagai bangsa Indonesia ber-khusnudzon (berbaik sangka) dan berbuat untuk Indonesia, jangan selamanya mau  tetap menjadi penonton, bertepuk tangan ketika para wakil rakyat melakukan sesuatu yang benar, dan bersorak plus menghujat ketika ada kesalahan. tidak ada yang salah bila kita meng-kritik, tapi alangkah baiknya, bila kritik tersebut disertai juga dengan saran dan solusi/jalan keluar yang benar.

Pernah suatu kali, seorang sahabatku mengeluh tentang sulitnya urusan birokrasi di suatu instansi, dia sangat berputus asa, karena seorang oknum yang mengeluarkan syarat UUD (Ujung-Ujungnya Duit), padahal seharusnya urusan birokrasi tersebut berdasarkan aturan tidak ditarik biaya sama sekali. Karena sudah terdesak (begitu alasannya) maka akhirnya dia memberikan juga uang pelicin kepada sang oknum.

Kemana-mana sahabatku itu menyatakan kekecewaannya disertai hujatan-hujatan kepada si oknum tanpa ia sendiri menyadari bahwa dia pun telah berturut serta (ikut andil) dalam peristiwa buruk itu. Kenapa aku bicara seperti itu? ya, coba kita cermati lagi, sahabat ku itu jelas-jelas sudah tahu aturan yang sebenarnya yaitu tidak ditarik biaya, tapi karena alasan terdesak akhirnya ia juga melegalkan perbuatan itu. Parahnya, akibat dari itu bisa dipastikan urusan birokrasi di instansi tersebut yng buruk akan berlanjut dan bisa jadi membudaya dan akhirnya bisa menjadi seperti penyakit menular ke instansi lainnya.

Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk membenahi negara kita tercinta ini dari keterpurukan. Tapi yakinlah, Indonesia akan menjadi baik, bila kita juga melakukan hal baik, dimulai dari diri sendiri dulu. Konsisten dengan suatu hal yang baik, dan tidak takut untuk berkata tidak dan menentang sesuatu yang salah diikuti dengan perbuatan yang benar secara nyata, bagaikan antara kotak amal dan kotak saran yang memiliki hubungan sebab akibat.



15 comments:

ahmadfauzi said...

memperhatikan kondisi republik ini memang semakin membuat kita hanya menarik nafas dalam-dalam. Begitu parahnya sampai sesuatu yang sebelumnya dianggap salah dan tabu bahkan melanggar undang-undang kini dilakukan dengan kasat mata dan tanpa malu-malu.Semoga Ibu Pertiwi tidak kering air matanya dan akhirnya mendo'akan keruntuha negeri tercinta ini. Salam kenal.

Ifa Elbanaf said...

Assalamu'alaikum....
Met pagi bumi sriwijaya......

I lop yu pull Indonesiaku
wew..meski negeriku carut marut terlukai oleh tangan para penguasa namun sbg rakyatnya harus tetap optimis membangun kebaikan dan menjaga kesehatan ibu pertiwi.

Ehhmmm....dehem dulu mbak...
Masalah kotak amal n kotak saran, andaikan dua kotak tersebut di taruh di semua instansi yg terkait birokrasi, kira2 yg lebih sering di buka kotak yg manakah? Kotak Amal ato Kotak Saran yo......????????

Yayack Faqih said...

bisa di bilang saya cukup skeptis dgn pemerintahan yang sekarang, gak tau napa ya tiap ada pejabat yang nongol di tv dan mengeluarkan statement entah itu presiden ataupun bawahanya saya langsung underestimite pokoknya gak percaya...
banyak sekali kebohongan2, yg lebih aneh lagi udah tau bohong di tuduh bohong malah menuduh salah satu tokoh agama yg macam2.. Terlepas dari semuanya saya masih berharap negri ini bisa bangun dari tidurnya, kalo untuk mengharapakan kerja dari pemerintahan sekarang rasanya naif sekali kalo saya lebih percaya pada doa rakyat indonesia. Kata BIMBO dengan lagu barunya, kalo negri ini mau selamat sembuhkan dulu para pejabat yg sakit jiwa..

Belantara Indonesia said...

Inilah wujud dan hasil dari pemerintahan SBY..Presiden Curhat Indonesia!...duit dan jabatan di pentingin, sampe habis kata buat menghujat....tapi ya serahkan pada Allah Swt, Dia yang Maha Tahu...dan pengadilanNya tak terperih hasilnya kelak..

komunitas online sragen said...

wah aku ga bisa koment yang masalh ginian,, masih buta...dan tolong mbak datang ke blog saya yah..ada sesuatu untuk mbak..?

tiwi said...

asswrwb.. susah juga.., krn si oknum biasanya terang2an minta duit(pungli), parah kan?.. utk negeri ini, betul sekali sis Amin, lbh baik kita bersuudzon, sblm kita semua menghujat, halooo kita ini hidup di mana sih?? negeri ini hrs kita cintai, drpd menghujat, lbh baik kita perbaiki diri sendiri sdh bergunakah kita utk org lain?? minimal lingkup terkecil kita, keluarga kita, ortu kita, lbh hebat lagi kl kita bs membuat lapangan kerja utk org lain, itu bntk real pengabdian kt pd Indonesia. negeri ini jd spt ini, terlalu kompleks masalah yg ada di Indonesia, mari kita benahi diri sendiri tak usahlah hujat para pemimpin., buat apa?.. wkwkwwk,tapi tanyakan pd diri sndr sdh benarkah diri kita?? apa yg sdh kita berikan pd negara?minimal lingkup terkcl??yuk... mulai benahi diri..

tiwi said...

say.... maaf ya aku keliru ketik nama jd sis Amin... ralat: sis Ami chayank...(muah...*ngerayu biar gak marah...)hehehe... wassalam

Arif Bayu Saputra said...

Negri penuh 1000 problema yach maklum pejabatnya kan artis jadi ya pandai bersandiwara.....hihihiihihi oh ya mbak kata-kata mbak kayaknya ada yang salah.... suudzon kan berburuk sangka,, kalo khusnudzon berbaik sangka....

afadin said...

Pertanyaannya apa karena satu masalah kita bakal berhenti berkarya? tentu tidak kan.

Terus berkarya, menulis blog, membangun usaha, membentuk komunitas peduli pendidikan. Banyak hal. Sambil menanti pemerintahan yang lebih baik.

Nice info Mbak. Sungguh membuka wawasan.

TM Hendry said...

Saya setuju dgn Mba Ami, tp terkadang yg bikin kesel, para oknum tersebut memanfaatkan semua itu d kala kita bnr2 butuh n saat kita tdk punya banyak waktu, sementara kebutuhan kita itu sangat penting...

Untuk hal kritikan, kritik tanpa solusi menurut saya sama dengan No action talk only....

Damar said...

AWW,
dari pagi tadi saya ngurus surat keterangan, ternyata mbullleettt setengah mati, padahal tinggal tanda tangan apa susahnya lha wong semua persyaratan lengkap. Ketika saya tanya berapa biayanya pak?
jawabnya 1,5%. hahhh pikirku. Udah gini aja Pak, biar yang ngurus nanti notaris saja ya Pak. Mohon Maaf

Nyayu Amibae said...

>> sob Ahmad Fauzi : salam kenal juga,,, dan semoga ibu pertiwi berhenti meneteskan air mata ya... amiin

>> Sis Ifa : Waalaikumsalam, soal kotak amal dan kotak saran,, menurutku keduanya penting dan keduanya mesti dibuka bersamaan... :)

>> Sob Yayack : aku suka sekali statementnya yang ini sob :

"...saya masih berharap negri ini bisa bangun dari tidurnya..."

Karena itu, yuuk.. sebagai bangsa indonesia kita segera bangun tidak hanya mau menjadi penonton... Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.. :)

>> Dek Adit : hmmm pengadilan tak terperihkan nantinya.... aku suka kata2nya,, belajar dari soe hoek gie kah??? :)

>> Mas Pri : wah. .terima kasih sangat oleh2nya.. sudah aku pajang sekarang :)

>> Sista Tiwi : Gubraaak!!! hahahaha kok tau kalau nama ku kala siang amin?? hahahaha
hmm... bener tuh sis, dimulai dari diri sendiri..

>> Sob arif : eh iya... terima kasih .. sudah aku ralat,, sekali lagi terima kasi ya...

>> Sob Afadin : oke.. berkarya dan berbuat sesuai kemapuan kita masing-masing untuk membenahi Indonesia... :)

>> Mr MT : hmmm... memang itulah ujian dari Tuhan untuk kekuatan tekad kita... semoga kita bisa tegarrr untuk kebaikan.. :)

>> Pakies : Waalaikumsalam... alhamdulillah.. ami senang sekali dengan sikap bapak,, setiap masalah pasti ada jalan keluar, percaya dan yakin pada Allah SWT adalah kunci kita untuk mendapat semua kemudahan. Hal2 seperti itu hanyalah ujian, dan aku salut.. pakies bisa melaluinya... Alhamdulillah,,, :)

NIT NOT said...

mari kita mulai membenahi negara ini dari diri kita, keluarga dan anak cucu kita. Perlu waktu yang cukup lama untuk menjadikan negeri ini yang bebas dari kolusi dan korupsi..semoga ini tidak dijadikan budaya karena bakal menjadi sebuah penyakit yang akut...

Vitz said...

Memang sulit untuk membenahi kondisi spt ini mngkin krn kurangnya ksdran dari para oknum2 wkl rkyat ataupun ini sdh mnjd tradisi di ngri memang bnar kata mbak utk merubahnya tdk semdah membalikan tangan.. mngkin ini dpat dpt di rubah dari ksadran diri kita masing2..

Mkasih atas pengetahuannya.. Salam knal

Nilla Gustian said...

"Akibat nila setitik rusak susu sebelanga"...Yang jelas itu bukan aku kan kak. Kalau aku kan double "N", Nilla..hihihi

Tentang kejadian yang menimpa sahabat kakak, aku sependapat sama kak Ami. Yah, yang penting kita mulai perbaikannya dari diri sendiri dan harus punya konsistensi dalam pelaksanaannya :)