Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Monday, September 19, 2011

Hujan Pertama (Bagian-2)

Baca cerita sebelumnya di sini
---

Hujan deras sekarang telah berganti menjadi gerimis, dan aku sama sekali tidak melihat cela waktu untuk mengajak sang bapak bercerita sebab tangis nya, akhirnya aku memutus kan untuk langsung pulang ke rumah. Aku pun berdiri dari bangku panjang, menoleh ke sang bapak yang masih saja menangis, “Pak, aku jalan duluan ya!”, ujar ku pelan tapi berharap sang bapak mendengar suara ku. Tak ada geming yang kulihat dari sang bapak, Akhirnya karena tak terlalu mau ambil pusing, maka segera aku langkahkan kaki ku keluar dari warung kosong tersebut.

“Nak tunggu!!”, ku dengar sang bapak berteriak memanggil ku setelah aku mendekat ke kuda besi ku yang basah. Aku segera menghentikan langkah dan membalikkan pandangan ke arah suara yang memanggil. Bergegas sekali sang bapak menuju ke arah ku sambil menggenggam secarik kertas berwarna putih.

“Nak, sebetulnya bapak tidak mau memberikan surat ini kepada mu, tetapi bapak harus menjaga amanah seseorang!”, ujar sang bapak sambil menyodorkan kertas berwarna putih yang ternyata sebuah amplop. “Amanah siapa pak?”, Tanya ku sambil mengernyitkan dahi tak mengerti. Sang Bapak menggeleng kan kepala, “Sebelum Bapak kehujanan dan sampai ke sini, ada seseorang yang meminta bapak untuk memberikan surat ini kepada seorang pemuda memakai baju warna biru yang akan bapak temui dikala berteduh kehujanan.

“Aah,, mungkin bukan untuk ku pak,, kebetulan saja aku sekarang sedang memakai baju biru, bisa jadi itu surat untuk pemuda berbaju biru lainnya, bukan diri ku!”, ujar ku sambil sedikit menahan tawa menghadapi keadaan yang rada aneh ini. Sekarang  ku lihat giliran sang bapak yang mengernyitkan dahi nya. Tawa ku sekarang lepas tak bisa ditahan lagi karena aku yakin dugaan ku kalau surat itu bukan untuk ku seperti nya benar.

“Baiklah Pak, hujan sudah reda, aku permisi pulang dulu ya!”, ujar ku kepada sang bapak yang  mimik wajahnya terlihat datar karena terdiam dan membisu. Sekali lagi ku lihat sang bapak tak begeming menanggapi ku, “Ya sudah lah!”, ujar ku dalam hati sambil kembali membalikkan badan menuju si kuda besi yang telah menanti sedari tadi.

“Mayonda Pratama Putra!”. Aku terperanjat dan segera  menghentikan langkah kaki ku kala mendengar nama lengkap ku disebut dengan jelas oleh sang Bapak. “Anak namanya Mayonda Pratama Putra kan?”, Tanya sang bapak yang tetap menyodorkan amplop putih itu saat aku berdiri tertegun memandangnya. “Dari mana bapak tahu nama ku?”, Tanya ku dengan kernyit dahi dua kali lipat dari sebelumnya. “Maaf nak, sebetulnya Bapak tidak tahu nama anak, bapak hanya membaca tulisan yang ada di amplop ini”, jawabnya sembari kembali menyodorkan amplop putih di tangan kanan nya.



Aku pun segera menerima amplop putih itu, dan bergegas membaca tulisan di atas amplop yang ternyata benar surat tersebut ditujukan kepada ku. Karena rasa penasaran, tangan ku pun bermaksud merobek amplop dan ingin membaca isi nya. “Tunggu nak!! Jangan buka amplop nya sekarang!”, ujar sang bapak mencegah. “Kenapa pak?”, Tanya ku heran karena aku melihat wajah sang bapak kembali menangis. Dengan sesegukkan, sang Bapak meraih tangan ku, “Bapak menangis karena Bapak harus memberikan surat ini kepada mu, dan Bapak mohon dengan sangat, simpan saja surat ini, tapi jangan dibuka!”, ujar nya, kemudian berlalu kearah bakul bambu nya, meninggalkan aku yang tercengang dengan semua keanehan. (bersambung…)

5 comments:

Damar said...

waaaa ... tebakanku kemarin meleset, kirain kisah nyata ternyata yang berbaju biru seorang cowok wkwkwk
terus ? ....

Ifa Elbanaf said...

hehe...selalu ketipu sama dengan Abah

hadeh...ternyata sistaku ini pandai mengaduk aduk emosi..hehe

Jempoll dah!!!!

achmad fauzi N_H said...

ayuk,lanjutannyo ku tunggu yo...penasaran

lampung waykanan said...

aku jg ayuk,lanjutannyo ku tunggu yo...penasaran

Rawins said...

wah salah mendarat langsung di bagian kedua neh...