Aku tidak menyuruh kalian menciptakan dunia yang lebih baik, karena kurasa kemajuan bukanlah sesuatu yang harus dicapai. Aku hanya menyuruh kalian hidup di dalamnya. Tidak sekedar bertahan, tidak sekedar mengalaminya, tidak sekedar melewatinya begitu saja, tetapi hidup di dalamnya. Memperhatikannya. Mencoba mengambil maknanya. Hidup dengan nekat. Mengambil peluang. Membuat karya sendiri dan bangga terhadapnya... (Joan Didion - 1975)

Monday, February 4, 2013

Serenyah Biskuit di Dalam Toples

Tak ada satu pun bintang yang berkedip malam itu kala ia bertanya kenapa aku sudah jarang sekali menulis cerpen. Ia bilang blog ku sudah seperti buku harian tentang pekerjaan ku, bercerita tentang fakta itu bagus, tapi mengasah imajinasi dan otak kanan itu penting! ujarnya sembari meneguk teh yang sudah mendingin oleh tiupan sang angin malam.

"Aku kehilangan mood!", jawab ku singkat dan sekena nya saja,  selayak  mengukir jejak di padang pasir dan berharap akan segera tersapu oleh angin.

"Dan aku rindu cerpen-cerpen mu!", ujar nya pelan menelisik mesra di telinga. 

Lama sekali aku terdiam dan berpikir, tersirat tanya dari ungkapan yang ia bisikkan, "cerpen ku biasa saja, tak ada istimewa nya, cerita nya datar, dan gaya bahasanya  tak sedikit pun mendekati seperti tulisan dari para pengarang cerpen, jadi apa yang kamu rindu kan?", tanya ku tanpa berbasa-basi.

"Aku rindu tentang suatu rasa yang tak biasa dan tersampaikan di dalam nya", ujarnya sambil tersenyum.

Aku tertawa, ia pun kemudian ikut tertawa, entah sama atau tidak yang kami tertawa kan, yang pasti malam itu menjadi renyah, serenyah biskuit  di dalam toples. 

8 comments:

kakaakin said...

Senangnya bila ada yang mengapresiasi karya kita seperti itu... :D

munir ardi said...

apapun tentang hujan cerpen, puisi atau hanya sekedar foto aku suka

rusydi said...

kata orang suara tertawaku renyah. ditunggu cerpennya

Juju Onyols - Sikonyols said...

bahasanya ey :D

semoga suasananya slalu sperti itu aamin :D

mampir mbak sikonyols.blogspot.com

Nina Razad said...

Hohohoho.. Kalo aku, suami malah sering bertanya-tanya, cerpenku itu sekadar fiksi atau faksi (fakta yang difiksikan). Wah.. Sekarang aku jadi bingung kalau mau nulis cerpen... :P

Lisa Tjut Ali said...

salam kenal (* lagi baca tulisan kamu yang bagus)

mitasen said...

artikel diblog ini keren2 gan

syabany said...

terimakasih atas informasinya sangat bermanfaat