Bunga Rumput
Minggu, 21 Nopember 2010
Sambil menyeruput segelas coklat hangat, aku ingin mengucapkan terima kasih banyak untuk sahabat-sahabat yang telah rela datang ke cerita hujan ini. Dan aku juga minta maaf karena belum sempat Blogger Walking ke blog sahabat.
Hmmm... sudah hari minggu lagi, hari minggu adalah waktunya beres-beres kost-an yang sudah seperti kapal pecah, karena berkas berserak kemana-mana, maklum... kamarku juga merupakan kantorku, wkwkwkwkwk. Pagi ini juga, aku pun memperhatikan tanaman bunga yang aku tanam di empat pot bunga ku. Sepintas, kalau sahabat lihat, tanaman ini bukanlah tanaman istimewa, malah tak ada daya tariknya sama sekali. Yup, benar sekali. Tapi, tanaman ini mempunyai arti yang dalam untukku.
Apa artinya?
hehehe, masing-masing tanaman ini aku ambil dari desa. Ada bunga rumput yang aku ambil di pinggir jalan desa duku ilir, ada bunga euphorbia yang aku ambil dari rumah UPK Kelurahan Kepala Siring karena sang pemilik mau membuangnya, dan dua tanaman lainnya yang sejarahnya kurang lebih sama.
Tetangga kost-an ku sempat tertawa karena ulah ku yang menanam bunga aneh, dan berbaik hati menawarkan tanaman bunganya, hehehehe. Memang dasarnya aku orang aneh, aku tetap mempertahankan bunga rumput yang terpinggirkan dan terbuang oleh pemiliknya karena dianggap tidak berarti, dan selalu berharap penuh keyakinan bunga ini akan menunjukkan keindahannya dikemudian hari.
Sahabat, aku selalu beranggapan, bunga rumput itu adalah kaum terpinggirkan dan terbuang di negara kita. Anak-anak pemulung, anak-anak pengamen, dan semuanya yang dianggap tidak ada artinya sama sekali. Aku selalu sedih, ketika mendengar berita ada anak dari kaum miskin yang tidak boleh sekolah sebelum membayar lunas biaya sekolah, aku selalu sedih ketika seorang anak tidak boleh sekolah sebelum membayar lunas LKS, Astargfirullah....
Tidakkah kita berpikir bersama, setiap anak ada potensi yang hebat di dirinya, dan tugas kita bersama untuk peduli dan mengembangkan potensi itu. Apakah pantas, potensi itu akhirnya terkubur karena kemiskinan tidak bisa membayar biaya sekolah?
Melihat sekolah yang dibangun megah, membuatku bangga. Secara positif kita bisa memandang kalau tingkat kepedulian pemerintah akan bangunan sekolah sangat tinggi, Alhamdulillah...
Tapi, terkadang dengan megahnya bangunan sekolah, ternyata berdampak ke sang bunga rumput. Aksesnya sulit untuk mengimbangi kemegahannya. Apakah belajar itu karena bangunan megah? jujur aku paling tidak bisa berpikir lebih, kalau aku terkukung didalam bangunan dengan tembok tinggi.
Kita bisa lihat perbedaan yang mendasar. Pernahkan sahabat mengunjungi sekolah yang biasanya dibangun sahabat-sahabat LSM untuk anak pinggiran? akan kita temui kehangatan sekolah yang hanya beratapkan terpal, dan terkadang hanya beratapkan daun rindang sebuah pohon. Berbeda sekali kondisinya dengan anak-anak yang sekolah di dalam tembok tinggi, yang sekolah hanya dianggap kewajiban bukan sebuah kebutuhan.
Please, Berikan kesempatan pada bunga rumput...

Komentar
Bahwa ketegaran mereka dalam menjalani kehidupan banyak memberikan inpirasi
(kok kurang nyambung sih dengan postingannya, maklum kedinginan kena hujan jadi pikirannya ngelantur)
lariii
'n smua yg kta jdikn tmpat utk merancang jalan hidup kta adlh kantor kta... kantor hidup maupun kantor kerja ...
hujanx mkin deras nih mbak...
Hem.... kapan kesempatan itu datang ya???
Met liburan n beres2 rumah ya.. :P
di t4 saya gak ada yang begonoan tuuhh
>> Pakies : itulah hebatnya sang bunga rumput pak... demikian juga presiden2 RI, semuanya berasal dari bunga rumput ini, yang tak pernah lelah dan menyerah.... tak ada kan pesiden kita yang awalnya berasal dari keluarga yang kaya?????
>> dik Saiful : hmmmm.. bener juga tuh.. thankyu yaaaa... (dapet inspirasi baru.com)
>> Sob Ferdinand : there's a will there's a way...
>> sob yg punya blog tutorial SEO : coklat panasnya buat sendiri sob, sedang mengurangi minum kopi, jadi sekarang diganti minum coklat... dari coklat bubuk kotak kok...yuuuk... bagus tuk kesehatan loh (pa lagi klo ada sakit maag) ^_^
>> Sista Nova : hehehehe.. biasa aja sis, masih belum sepadan dengan blog senior finding nova..hehehehe.. tetap semangat!!!!
Sejak dulu, kalau aku berpikir anak-anak itu seperti kerikil di pinggir jalan. Seperti tak ada. Bahkan di tengah-tengah kebisingan dan padatnya jalanan, mereka hanya melintas tanpa arti apa-apa :(