Obrolan di Warung Kopi
Minggu, 28 Nopember 2010
Pagi ini, Desa Hujan diguyur hujan deras setelah mengalami kejadian heboh semalam. Hampir sebagian penduduk tidak ada yang bisa untuk memejamkan mata kembali sampai ayam pun berkokok.
Mak Inah pun merasa demikian, ia membuka warung kopinya dengan sedikit berat karena mata yang berat menahan kantuk. Tak biasanya ia menyeruput juga kopi buatannya yang biasanya hanya diperuntukkan untuk pelanggan.
Dari kejauhan, nampak Mang Odin berjalan tegesah-gesah dengan lindungan payung bututnya. Seperti biasa setiap harinya mang Odin memang menyempatkan minum kopi di warung mang inah untuk mengganjal perutnya sebelum akhirnya pergi ke pasar untuk berdagang.
"Kopinya satu ya mak, tapi gelas besar", mang Odin langsung memesan dan tangannya juga langsung menyambar pisang goreng yang masih sedikit mengepulkan asap. "Masih ke pasar Din?", tanya mak Inah sambil mengaduk kopi yang telah dituang air hangat. "Iya lah mak, namanya cari uang.. ga bisa berhenti, klo berhenti ntar dapurku berhenti juga, wuahahahaha", jawab mang Odin diiringi tawa renyahnya.
" Gimana keadaan Neng Tuti? kasihan ya...", tanya mak Inah, sambil menyodorkan kopi hangatnya mang Odin. Mak Inah yakin Mang Odin tahu keadaan Neng Tuti yang mengalami musibah heboh semalam karena rumah mang Odin hanya selang beberapa meter saja dari rumah Neng Tuti.
"hmmm.. begitulah mak, mau dikata apa? sudah terjadi... ", ujar mang Odin sambil menyeruput kopi. "Jadi benar, gara-gara tabung gas elpiji?", tanya mak Inah semangat. Karena memang baru-baru ini desa hujan mendapat bantuan pemerintah berupa satu set kompor gas dan sebuah tabung elpiji 3 kg setiap kepala keluarga, mak Inah pun dapat, tapi dia takut untuk menggunakannya karena sering nonton di tivi, kalau tabung itu sering meledak. Dan semalam, ternyata terbukti! Rumah Neng Tuti habis karena ledakkan tabung elpiji.
"Iya mak, karena tabung elpiji", jawab mang odin datar sambil mengunyah pisang goreng. " Kok ya pemerintah tega ya Din sama kita? kok diberi bantuan yang menjadi bom waktu untuk kita rakyat ini", Mak Inah berkeluh kesah. Mang Odin hanya tersenyum kecut, mendengarnya.
"Bukan salah pemerintah mak!", mang odin angkat bicara setelah 3 pisang goreng hangat sukses masuk ke perutnya. "Lah, salah pemerintah yo Din, orang kita ini rakyat kecil biasanya pakai subsidi minyak tanah, nah ini diganti pakai elpiji, yo ga pa pa kalau elpijinya aman, ini malah meledak dimana-mana... kan kasihan neng Tuti, mesti bangun rumah lagi! ", mak Inah protes mendengar mang odin membela pemerintah.
Gleg.. glek.. mang odin tetap santai menyeruput kopi hangatnya, sambil kembali tersenyum kecut melihat mak Inah sudah seperti aktivis HAM yang demo di kantor Gubernur. "Tetap bukan salah pemerintah mak,... pemerintah sudah berniat baik untuk memberi bantuan, kalau kita ga bisa masak karena minyak tanah yang semakin hari semakin langka, kan pemerintah juga pastinya yang disalahkan.", ujar mang odin. "tapi menurutku, yang salah sebetulnya adalah terletak pada warna tabung gasnya..", mang odin terus berceloteh. "Kok bisa warna tabungnya? apa hubungannya din?", mak Inah semakin bingung.
" Lah iya mak, coba emak perhatikan! andaikan warna tabung itu merah, biru, atau kelabu pasti tidak akan meledak! ", ujar mang Odin dengan sedikit senyum tersungging di bibirnya. "hmmm.. kok aku tambah tidak mengerti din? maksudnya apa? ", mak Inah tambah mengkerutkan dahinya. Senyum Mang Odin semakin melebar, " hmmm... mak Inah ingat lagu balonku? coba... mak inah nyanyikan.... lah kan??? yang meletus balon hijau...!! begitu juga tabung gas elpiji, coba mak inah lihat... kalau yang biru jarang toh meletus... yang meletus tetap warna hijau,,, hehehehe".
"Gubrak!!! mak Inah jatuh dari kursi panjangnya...............
---
Sumber gambar : google image

Komentar
Kerenn..!!
apa ndak bahaya tuh bawa tabung gas pake gerobak seadanya gitu?
pemerintah kudu melek mata
supaya tabung gas nya diperbaiki, biar ndak ada yang rumah yang mbeledug gara gara tabung gas
Jangan jadikan negeri ini menjadi negeri dagelan.
Dengan mengatasi permasalahan yang kecil; maka, negeri ini dapat mengatasi permasalahan yang besar.
Sukses selalu
Salam ~~~ "Ejawantah's Blog"
Salam sobat :)
nah ternyata enak khan bikin postingan dengan membuat suasana santai, dan acungan 88 untuk itu ternyata Amie hebat.
Kayaknya akhir-akhir ini berita tentang meleduknya bom rumah tangga ini sudah tergantikan dengan tragedi lain. Semoga saja sudah ada perbaikan dan kesadaran semua pihak terkait bahwa bom hijau ini berkaitan dengan nyawa orang banyak.
Usul:
gimana kalo diganti warna pink, kan bisa dipakai hadiah kado saat valentine
hhhh
bisa saja nih kamu nih..
salam sayang
dan semoga yang hijau ini pun tak banyak lagi meledak deh... atau mesti dicat dulu kali yah?
salam kenal saya tggu kunjungan baliknya yea..
>> Dek Adit : Warna pink lebih imut lagi.. hahaha
>> bintang air : hmmmm......(no coment balesan)
>> Sob Indra : salan sukses juga....
>> Pak Gaelby : salam juga dari mang Odin, hahahaha
>> Pakies : Waalaikumsalam, hehehehe.. iya... ga tau nih pak, inspirasinya pingin nulis kayak gini, mungkin ketularan tulisan pakies ya.... terima kasih...
>> Mangcek : hmmmmm..betul........
>> Mas Usup : wkwkwkwkwk... wah dikejar sampe sini... iya, aku cerita tentang tabung elpiji aja... belum punya ilmu tuk bicara ttg nikah... hahahahaha
>> Sista Yulianti : hehehehe, atau kita buat warna-warni saja tabungnya, kan lucuuuuu... ^_^
Ehm.. aku udah balik blogging nie :P
Kalau bicara siapa yang salah, sebenarnya bukan kesalahan pemerintah, masyarakat, atau siapapun, tapi yang salah itu tabung gasnya..kenapa pakai acara meledak segala ha.ha.ha...
*keren ceritanya mbak :)
:D
pagi2 maen ke Desa Hujan lngsung ketawa2 deh...
hahaha...
iya ya
"meletus balon hijau, dooorr!"
haha
:)
besok aku cat warna biru deh tabung gasnya biar gak bunyi doorrr
hehe
Khusus untuk tabung gas elpiji, boleh lah selain hijau. Daripada meledak2 terus ya.. :D
Semangat n happy blogging :P