Cabai Oh Cabai
4 Safar 1432 H
Sabtu, 8 Januari 2011
"Ada apa neng? kok mukanya dilipat-lipat begitu?!", sapa mak Inah yang membuyarkan keasikan ngomel sendiri mbak Tini dari warung kopinya. "Ini loh mak, masa harga cabai sekarang sudah tujuh puluh ribu rupiah perkilo. Aseli aku tadi bingung mau belinya gimana, rasanya seperti buah simalakama, dibeli salah, gak dibeli eeeh semua penghuni rumah gak enak makan. kata mereka gak mantaf klo makan gak pake sambal! hiks..." mbak Tini langsung mengadukan kekesalan dan apapun rasa yang ada di hatinya kepada mak Inah.
Mak Inah tersenyum, tapi senyumnya sedikit kecut, karena mak Inah teringat berita yang ditontonnya di televisi yang membahas tentang harga cabai yang membumbung tinggi, malahan ada di suatu daerah yang harga cabainya sudah mencapai seratus ribu rupiah per kilo. "Nah, kenapa mak Inah yang bengong?", tanya mbak Tini yang membuat mak Inah sedikit kaget. "Hiks.. gak neng, emak hanya teringat berita di tivi pagi tadi. Semua membahas tentang si cabai ini, dan gak nyangka aja kalau imbasnya juga sudah sampai ke desa Hujan ini", ujar mak Inah.
"Begitulah mak, pusing kita dibuatnya, padahal dulu bidan desa pernah bilang waktu penyuluhan di balai desa kalau banyak makan cabai itu menyehatkan. Kata buk Bidan, pada cabai mengandung kandungan kimia dibalik rasa pedasnya yaitu Capcaisin. Nah, capcaisin inilah yang berdasarkan penelitian para ilmuwan dapat mengaktifkan sebagian kelompok syaraf di lidah, bibir dan kulit dalam mendeteksi adanya stimulan rasa sakit. Selain untuk penghilang rasa sakit, katanya cabai juga punya efek anti radang, meningkatkan nafsu makan, dan mengatasi sembelit", jelas mbak Tini.
"Iya ya... mak juga ingat! kan emak datang waktu ada penyuluhan!", ujar mak Inah sambil tersenyum. "Mak juga ingat, buk bidan bilang selain mengandung capcaisin, cabai juga mengandung vitamin C, A, mineral, antioksidan, dan serat. Cabai bisa meningkatkan metabolisme tubuh, sehingga pembakaran kalori lebih baik. ini bisa dipakai untuk mengontrol berat badan", tambah mak Inah seraya mengingat kembali penyuluhan yang disampaikan buk bidan tempo dulu.
"Aku jadi teringat si Entong, dia semangat sekali makan walaupun hanya pakai sambal, apakah kita harus mengurangi semangat si Entong dengan mengurangi konsumsi cabai karena harganya yang naik?", tanya mbak Tini sambil merenung.
Komentar
Salam hangat & sehat selalu...
Maaf yach baru bisa nongol :P
Hem... aku juga posting tentang Cabai kemaren... entah kenapa Harganya melambung tinggi klo aku sih mikirnya ngaco kaya dipostingan kmaren hhe....
tong.. entong.. kasian amat kowe lhe... mesti dikurangin semangat maem'e gara2 harga cabe naik
kpn ya Pak BeYe dengerin rakyatnya???
bisa-bisa gak makan cabe nih,
Hem.. heran.. klo dari tempatku koQ gak pernah ada Pop-Up yach... tapi waktu itu banyak emank blog yg tiba2 ngasih pop-up gitu... dari read more doank ya Sob?? berarti di jump linknya da Script javascript yg dikasih pop-up.. hem ngatasinnya ya di delete pop-upnya.. klo javascriptnya ada dihostingan yg mesti di hosting ulang tuh...
Hem.. mudeng ra Sob? ribet juga aku jelasinnya hhe....tapi dari tempatku sumpah gak ada sama sekali pop-upnya...
hehe
petani cabai bayar pajak, blackberry tidak bayar pajak :p