Memandang Hujan
"Hujan ini anugerah sahabat ku", ujar ku sambil memandang dari jendela hujan lebat yang turun di bumi sriwijaya ini. Tanaman pakis, bunga mawar, dan rimbunan bunga daun teh berwarna ungu yang berada di halaman melambai-lambai tertiup angin membentuk tarian nan indah. Tetesan air hujan yang turun lebat dari atap seumpama jutaan tirai bening sebening berlian yang diuntaikan Sang pencipta dari langitNya yang megah. Semua tumbuhan seolah-olah merayakan pesta pora dalam gemerlapnya rinai hujan.
Sekilas pandangan ku beralih ke sosok di sebelah ku yang diam seribu bahasa. Mata bening nan coklat itu bagaikan tak berkedip memandang sajian tarian alam yang diciptakan sang Maha Karya Seni. Tatapan nya sahdu, sesahdu suara hujan yang turun.
"Tapi, aku benci hujan Mi, hujan selalu membuat hati ku perih, hujan bagaikan jutaan tetes air mata yang jatuh ke bumi, suara nya menyayat hati, mengalun bersama mendung yang menghitam terbawa hembusan angin kesedihan", jawabnya lirih seakan-akan tertelan suara derasnya hujan.
Sekali lagi aku memandang sosok disebelahku yang tatapannya lurus menembus kaca jendela yang mulai berembun. Sosok bermata bening nan coklat yang selalu membenci hujan. Sampai akhirnya kembali ku alihkan pandangan ku ke rinai hujan. Dalam hening, kami memandang hujan bersama, dengan perbedaan di dalam benak masing-masing.
------
hanya tulisan kala menanti hujan reda ^_^

Komentar
hujan membawa banyak makna
makasih sharenya :)
tapi hujan juga bisa menjadi musuh yang sangat menakutkan ketika tak pernah berhenti menjatuhkan titik2 air dari langit . .
CMIWW . .
btw salam kenal dari saya anak baru yang cuma pengen ikutan ngeblog . .
:D
=D