Who am I ?
Manusia, sebuah hasil karya penciptaan yg Maha Sophisticated. Ada mewujud
karena diadakan, berkesadaran tapi terkadang tak sadar dengan eksistensi
kemaujudannya. Bertanya adalah anugrah yang diberikan pada manusia, tapi tidak
semua tanya ada jawabnya.
(Abah Mokhamad M Dodi)
Rinai hujan menemani sepanjang perjalanan ku menuju kota Minyak Prabumulih, dan sepanjang jalan itu juga otak dikepala ku yang aku akui rada-rada lemot berputar mencari jawaban dari satu pertanyaan sederhana tetapi ternyata begitu sulit untuk dijawab, dan mungkin aku tak akan mampu menemukan jawabannya, Who am I ? siapa aku ? betul-betul merupakan pertanyaan sederhana.
Abah Mokhamad M Dodi tertawa dalam chatnya saat aku menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban "aku adalah aku yang hanya berusaha menjadi aku". Tawa Abah seketika membuatku merasa ada yang salah dengan jawabanku, ya.. kalau diibaratkan bermain catur, aku kena skak mat hanya dalam satu langkah.
Sekarang aku memandang bayang ku di cermin. Cermin yang jujur sangat jarang aku gunakan kecuali sekedar untuk melihat rapi tidaknya jilbab yang aku pakai. Who am I? pertanyaan itu kembali ku pertanyakan kepada diri ku sendiri.
Seketika aku menjawab kalau aku adalah "ami", tetapi seketika itu juga batin ku menjawab kalau itu hanya sekedar label nama yang yang diberikan orang tua ku ketika aku lahir. Oh No... ternyata aku sendiri saja tidak puas dengan jawaban ku sendiri.
Aku pun beralih ke lepi ku, mulai mencari peruntungan jawabannya di Google. Betul-betul lucu, bagai orang yang kena amnesia, aku mencari jawaban siapa aku dari mesin pencari. Hmmm.. key words yang aku pakai adalah "siapa aku". Seketika deretan artikel pun berbaris memenuhi layar lepi ku. Ku buka satu persatu, ku baca dan begitu seterusnya sampai aku mendapat sebuah kisah berikut di link ini http://suluk.blogsome.com/2006/03/17/mengenal-diri-2 :
Dalam keadaan sakratul maut, seseorang tiba-tiba merasa berada di depan sebuah gerbang. “Tok, tok, tok,” pintu diketuk.
“Siapa di situ?” ada suara dari dalam.
Lalu dia seru saja, “Saya, Tuan.”
“Siapa kamu?”
“Watung, Tuan.”
“Apakah itu namamu?”
“Benar, Tuan.”
“Aku tidak bertanya namamu. Aku bertanya siapa kamu.”
“Eh, saya anak lurah, Tuan.” Wajahnya mulai plonga-plongo.
“Aku tidak bertanya kamu anak siapa. Aku bertanya siapa kamu.”
“Saya seorang insinyur, Tuan.”
“Aku tidak menanyakan pekerjaanmu. Aku bertanya: siapa kamu?”
Sambil masih plonga-plongo karena nggak tahu mau menjawab apa, akhirnya ditemukanlah jawaban yang rada agamis sedikit.
“Saya seorang Muslim, pengikut Rasulullah SAW.”
“Aku tidak menanyakan agamamu. Aku bertanya siapa kamu.”
“Saya ini manusia, Tuan. Saya setiap Jumat pergi jumatan ke masjid dan saya pernah kasih sedekah. Setiap lebaran, saya juga puasa dan bayar zakat.”
“Aku tidak menanyakan jenismu, atau perbuatanmu. Aku bertanya siapa kamu.”
Akhirnya orang ini pergi melengos keluar, dengan wajah yang masih plonga-plongo.
Dia gagal di pintu pertama, terjegal justru oleh sebuah pertanyaan yang sungguh sederhana: siapa dirinya yang sebenarnya.
Aku menghela nafas bersama gemerintik suara hujan yang mengalun dari luar kost ku. seketika aku merasa kisah tersebut sama seperti aku, ya.. aku terjegal oleh sebuah pertanyaan sederhana. entah aku mesti tertawa, melongo, atau bagaimana merasakan betapa bodohnya aku sekarang yang masih belum menemukan jawaban tepat dari pertanyaan tersebut. Hmm........

Komentar
siapa ya aku
Sukses selalu
Salam
Ejawantah's Blog
salam
siapa pun diri kita yang penting tetap harus melangkah dan jangan pernah menyerah karena kita masih belum mengenal siapa diri kita
saya adalah apa yang anda rasakan tuan. . .
setuju,,,
so, aku adalah???.... insya Alloh sudah ada jawabnya yg tepat klo ditanya..
syukron ilmu
jazakkalah
salam