Tak ada yang abadi....
Tak ada yang abadi....
Ooh,, biarkan aku bernafas sejenak sebelum hilang...
Sebuah buku usang berdebu menarik perhatian ku pagi ini. Buku yang sudah terlalu lama terduduk diam di atas lemari seolah-olah terlupakan.
buku usang berdebu |
Ku usap debu tipis yang menutupi sampul buku. Hmm.. aku ingat! ini adalah buku pemberian Nyai (Nyai - panggilan nenek dalam bahasa Palembang) ketika beliau berberes-beres setelah Yai suami tercinta nya meninggal dunia. Bagai mendapatkan durian runtuh, aku kecil yang saat itu begitu haus akan bacaan menerima nya dengan suka ria tanpa mengerti arti dari buku ini selain kesenangan bisa membaca cerpen-cerpen yang ada.
Aku tersenyum simpul, kala sekilas membaca kalimat demi kalimat di majalah yang masih menggunakan ejaan lama ini. Sesekali aku terdiam sejenak, merasakan seakan-akan kembali ke masa-masa itu, masa setelah negara kita merdeka.
sebuah artikel di salah satu edisi nya |
satu-satu nya iklan yang selalu ada di sampul belakang setiap edisi |
Hmm.. aku kembali tersenyum simpul, ternyata aku pagi ini mendapatkan harta karun paling berharga yaitu perjalanan Bangsa Indonesia di buku usang berdebu ini.
Gambar Cover Majalah Mimbar Indonesia di setiap edisi nya |
5 comments:
asyiknyaaaaaaaaaaaa...........
senangnyaaaaaaaaa...........
buku pusako....ati-2 bicek dijingok kolektor barang antik, pacak kayo mendadak....
boekoe jang soedah lama ini haroes dilestarikan hihihi, mantap koleksi bukunyo :D
memang ada rasa yang aneh ketika kita mendapatkan suatu sejarah yang lekat dengan pribadi kita.. :)
seperti hal di atas.. ada buku tua dari sang kakek..
saya juga pernah senyum2 sendiri ketika membongkar kardus ayah saya yang berisikan majalah jaman purba.. :D
salam sukses gan, bagi2 motivasi .,
Hargailah hari kemarin,mimpikanlah hari esok, tetapi hiduplah untuk hari ini.,
ditunggu kunjungan baliknya gan .,.
Post a Comment