Helai-helai bunga dandelion berterbangan mengikuti irama sang bayu yang bertiup sepoi-sepoi. Aku menarik nafas dan menghembuskannya berlahan sekali, seakan-akan tidak angin serombongan semut yang berjalan berbaris di atas kulit kayu pohon yang roboh di pinggir danau ini terusik oleh keberadaan ku.
Sudah kurang lebih tiga jam aku menunggu nya di sini, tapi hingga saat ini tak ada sama-sekali pertanda dia akan datang memenuhi janji yang telah kami buat satu tahun yang lalu. Berbagai macam rasa bergejolak di dalam hati, dan yang paling dominan menguasai adalah rasa marah dan rindu.
Ku pejamkan mata ku sejenak, mencoba menyatu dengan alam dan ingatan ku pun menghambur ke satu tahun yang lalu, saat aku dan dia duduk di sini dalam dengan senyum yang merekah sambil memandang puluhan perahu kertas lipat berwarna-warni yang berlayar tenang di danau yang biru. Saat itu, ada rasa dan asa yang tak terbaca dan tercerita kala sesekali kami beradu pandang dalam diam.
"Aku akan menjemput mu di waktu dan tanggal yang sama disini satu tahun lagi, berjanji lah kamu akan ada di sini menunggu ku?", ujar nya saat itu yang ku jawab dengan anggukan kepala seakan-akan mimpi, cita dan cinta ku saat itu hidup kembali.
Tetapi, angin dingin bertiup menerpa ku yang kembali membuka mata, dan memandang kembali ke dunia nyata yang hanya ada danau biru tanpa satu pun perahu kertas yang berlayar di atas nya dan tanpa dia yang datang memenuhi janji.
4 comments:
Tulisannya menharu biru
duhh, kok endingnya makjlebbb...sediiihh
lama juga saya tak berkunjung kerumah sahabatku ini, blognya tambah luar biasa, apa kabar numpang hujan-hujan disini dulu
postingannya dalam banget..
Post a Comment