Ephemera
"Kamu lihat bintang itu? bintang yang bersinar di gelap malam setelah seharian kota Palembang di guyur hujan? bintang yang mungkin tak pernah ada yang menyangka ia akan berkedip mesra di langit yang dingin malam ini, tapi lihatlah bintang itu ada,,, ia ada dengan senyum yang merekah", ujarnya dengan memalingkan wajah ke arah ku.
"Aku tak mengerti apa yang kamu kata kan? yang aku tahu, malam itu gelap dan sunyi, ada dan tak ada nya bintang itu sama saja, karena bintang hanya penghias malam yang kadang ada dan tiada", ucap ku lirih seraya memberi jawab dari pernyataan nya sambil menahan agar air mata tak akan menetes.
Sesaat kami diam, entah berapa menit berlalu kala kami asyik bercanda dalam kebisuan masing-masing. Jarum jam berputar seakan-akan meninggalkan kami dalam ruang hampa lorong waktu tak berkedip.
"Ayolah, malam tak selalu gelap dan sunyi, letakkan dan tinggalkan lah sang ephemera, jangan biarkan kamu menyesal diakhirnya nanti", ujarnya dan kemudian berdiri mengampiri ransel nya yang tergeletak begitu saja di rerimbunan bunga dandelion.
Tak berapa lama, ia pun melangkah kan kaki nya meninggalkan ku yang terdiam bersama tarian bunga dandelion dan sang ephemera.
Far too many emotion
that taint my soul
before my faith
and often i drown in the moment
when in the end they all ..
Ephemera
that taint my soul
before my faith
and often i drown in the moment
when in the end they all ..
Ephemera
(Letto)

Komentar
Walo singkat, curhatnya keren. saya 3 kali bacanya
bunga dandelion, malah baru tahu namanya
tp beneran palembang hujan terus, pamanku kemarin cerita hihihi