Ucapan Terima Kasih Dalam Tanda Kutip
Aroma harum nya kopi susu yang asapnya masih mengepul dari cangkir lusuh yang di suguhkan oleh sang istri sejenak menghentikan percakapan kami. Sang empunya rumah pun segera mempersilakan, walau sebetulnya hanya sekedar basa-basi yang biasa atau telah menjadi adab dalam memperlakukan tamu dengan baik karena kopi tersebut belumlah bisa untuk dinikmati karena masih terlalu panas. Aku pun tersenyum, membalas basa-basi siempunya rumah dengan berlaku sebagaimana menjadi tamu yang baik.
Percakapan kami pun berlanjut, tak hanya progres kegiatan yang menjadi percakapan, tetapi hal-hal lain yang terkadang sama sekali tak berkenaan program tetapi menjadi penting untuk perjalanan program selanjutnya pun menjadi bahasan.
"Sudah menjadi kebiasaan Mi, dan ini bukan suap atau sogok, hanya sebagai ucapan terima kasih!", ujar sang Bapak kemudian kembali menghisap rokok yang asapnya lumayan membuat ku tak nyaman. "Ucapan terima kasihnya kira-kira memberatkan atau tidak pak?", aku bertanya sembari memandang sang Bapak yang memasang mimik muka begitu serius.
"Sebetulnya tidak, cuma yang jadi masalah anak buah-anak buah nya juga minta, itu yang buat jadi berat!, dan hal ini sudah menjadi kebiasaan-kebiaasan dari dulu", ujar sang bapak mengernyitkan dahi.
Aku tersenyum sendiri, teringat setiap melakukan koordinasi ke PJOK, bukannya si PJOK yang membuat risih, tetapi memang malah staf-staf yang ada di Kecamatan tersebut yang pandangan matanya seperti mata pisau yang sangat tajam kala memandang ku. Untungnya aku orang yang tak terlalu ambil pusing dengan hal itu, jadi tetap nyantai saja kala berkoordinasi.
Hmm,, sebuah kebiasaan yang berawal dari basa-basi dan akhirnya membuat repot sendiri. Sebuah ucapan terima kasih yang ada dalam tanda kutip ini sebetulnya sudah menjadi rahasia umum. Sebuah hal yang awal dilakukan dianggap kecil tetapi ternyata bisa menyebabkan suatu masalah yang besar kala dilakukan berjamaah oleh aparat pemerintahan baik dari sang raja sampai para pion-pion nya.
"Jadi bagaimana?, tanya sang Bapak tak sabar melihat aku termenung. "Jawabannya mudah toh pak, jangan dikasi.", jawab ku. "Aku tak berani Mi, sudah kebiasaan", ujarnya sendu. "Kalau begitu teruskan beri seperti biasa!", ujar ku sedikit nyengir kuda, dan ku lihat sang Bapak menghela nafas panjang sembari menyandarkan punggungnya ke kursi rotan yang suara nya berderit karena termakan usia.
"Pak, ucapan terima kasih dalam tanda kutip itu semestinya tak kita lakukan, karena mereka adalah abdi negara dan telah digaji oleh negara. Ucapan terima kasih dalam tanda kutip itu adalah salah satu bentuk kita salah dalam melangkah di awal. Apakah ketika kita tahu itu salah, masih kita teruskan langkah kita?", tanya ku pelan dan tak bermaksud menggurui. "Ayolah kita coba untuk merubah langkah kita, agar tak seterusnya dalam salah", ajak ku sembari menantap wajah yang terlihat begitu letih tersebut.
"Apa Bapak bisa?", tanya nya seperti bertanya pada diri nya sendiri. "Insyaallah bisa!", ujar ku mencoba meyakinkan agar sang Bapak menghentikan budaya amplop yang merajalela tersebut.
Sang Bapak tersenyum, sembari berkata, "Baik, bapak akan coba tak lagi memberikan ucapan terima kasih seperti itu. Ayo, silakan diminum kopi nya!" . aku pun ikut tersenyum dan meraih si kopi yang aroma harumnya menggoda sedari tadi.
----------
Selamat Tahun Baru 1 Muharam 1435 H, semoga kita semua bisa menjadi lebih baik di tahun ini,, aamiin,,, ^_^
"Pak, ucapan terima kasih dalam tanda kutip itu semestinya tak kita lakukan, karena mereka adalah abdi negara dan telah digaji oleh negara. Ucapan terima kasih dalam tanda kutip itu adalah salah satu bentuk kita salah dalam melangkah di awal. Apakah ketika kita tahu itu salah, masih kita teruskan langkah kita?", tanya ku pelan dan tak bermaksud menggurui. "Ayolah kita coba untuk merubah langkah kita, agar tak seterusnya dalam salah", ajak ku sembari menantap wajah yang terlihat begitu letih tersebut.
"Apa Bapak bisa?", tanya nya seperti bertanya pada diri nya sendiri. "Insyaallah bisa!", ujar ku mencoba meyakinkan agar sang Bapak menghentikan budaya amplop yang merajalela tersebut.
Sang Bapak tersenyum, sembari berkata, "Baik, bapak akan coba tak lagi memberikan ucapan terima kasih seperti itu. Ayo, silakan diminum kopi nya!" . aku pun ikut tersenyum dan meraih si kopi yang aroma harumnya menggoda sedari tadi.
----------
Selamat Tahun Baru 1 Muharam 1435 H, semoga kita semua bisa menjadi lebih baik di tahun ini,, aamiin,,, ^_^

Komentar
Boleh juga nih ditayangkan di website. Kalau diizinkan, besok aku edit dan tayang. Berani? ;)
Selamat tahun baru hijriyah juga untukmu mbak ami :)
Btw, apa kabar ami? lama aku nggak ngeblog untungnya masih hapal url blogmu jd gampang mau mampir haha
tapi, kalau sudah ada kata-kata yang melegakan sesederhana harapan dan niat baik, pasti kopinya nyamleng qiqiqi