"Hahaha,, please deh,, tak usah terlalu di dramatisir non!", teriaknya diujung telepon sambil tak henti-henti tertawa. "Kamu itu tidak mengerti yang ku rasa, aku sayang sekali dengan kelurahan/desa yang pernah ku dampingi. Di sana aku mempunyai saudara-saudara yang baik, tapi kenapa mereka menyia-nyiakan semuanya", aku pun setengah berteriak melawan tawa yang masih belum berhenti di ujung telepon.
"Lalu mau kamu apa? Ingat loh, itu bukan desa dampingan mu lagi!", ujarnya dengan nada serius sekaligus tawa terhenti. "Itu tetap menjadi bagian desa ku, ayolah beri saran agar aku masih bisa menggapai mereka!", tanya ku dengan sedikit merengek membalas tanya dari pertanyaannya.
"Saran ku, sebaiknya sekarang kamu tidur! Berhentilah selalu berpikir tentang sebuah tanya tanpa kamu bisa menemukan jawaban. Jalani saja, kamu harus yakin Allah tak pernah tidur!", ujarnya lembut menenangkan.
2 comments:
ada apa ya dengan desnya?
mantap gan artikelnya..
sangat menarik dan sangat bermanfaat...
Post a Comment