"Dia terlalu sempurna! aku tak tahu apa aku bisa!", ucapku lirih hampir tak bersuara di kelam malam akhir pekan. "Hahaha, bisa juga kamu kehilangan rasa percaya diri? hati-hati loh, nanti abis digondol kucing", ujarnya sembari tertawa terbahak memecah sang sunyi.
"Tuh kan, kalau dicerita'in pastinya begitu, ya sudahlah tak usah diteruskan, yuk pulang!", rajukku dengan mimik wajah yang sendu.
"Eitss,, nanti,, kopiku belum habis! aku juga belum selesai nih mendengar cerita mu", ucapnya lembut dengan senyum dikulum.
"Tak ada yang perlu diceritakan lagi, rasa ini terkadang begitu menyenangkan, tetapi terkadang juga bisa menjadi sangat menyebalkan. Rasa yang telah lama tak ku rasa ini kembali menghiasi hari, menguasai pikiran ku, dan juga menjajah hatiku", curhatku.
Seperti biasa wajah itu terdiam, memandang lekat kepadaku, seperti seorang anak menunggu kisah dongeng selanjutnya.
"Nikmati saja, seperti nikmatnya kopi tanpa gula ini. Memang terasa pahit diawal, tapi yakinlah rasa pahit itu hanya sebatas di lidah, pahit yang menunjukkan keaslian sebuah rasa ini selanjutnya akan menjadi sebuah kenikmatan", ucapnya.
No comments:
Post a Comment