"Aku melihat kapal ini sudah terlalu banyak nahkoda!", ujarku dengan melempar pandangan ke laut biru sembari menelisik terumbu karang yang berkali-kali tertampar ombak kecil. "walau semuanya adalah nahkoda handal, tapi sebuah kapal hanya butuh komando dari seorang nahkoda! ya,, seorang nahkoda, bukan dua, bukan tiga atau sepuluh!", ujarku meneruskan.
Dia hanya diam berdiri disampingku, mengikuti kemana arah pandanganku dengan rambut sebahunya yang berkibar dipermainkan sang bayu.

Dia tak bergeming, diam dalam riak dengan wajah tetap tenang.
"Kalau semua menjadi nahkoda, lalu siapa yang akan menjadi mualimnya? siapa yang akan menjadi ratingnya? siapa yang akan berperan sebagai operator radio? Akankah ada nahkoda bila tak ada yang menjadi anak buah kapal? ayoo jawab aku!", aku berteriak dengan nada mengiba memandang ke arah Dia yang tetap tenang memandang gelombang.
*Hanya sebuah catatan kala gagal paham tentang sebuah tanya tanpa jawab
No comments:
Post a Comment