"Jadi kamu tak percaya dengannya?", sekali lagi dia bertanya sambil menyeruput wedang jahe di 1820 Mdpl Gunung Dempo. Aku hanya bisa mengangguk sambil melepaskan pandangan ke hamparan perkebunan teh yang membentang eksotik. Belaian angin pergunungan merengkuhku untuk tetap terdiam.
"Lalu sampai kapan kamu akan tetap tak bisa membuka hati untuk memberi kepercayaan? ingat, tak semua orang bersalah kepadamu, jadi jangan sampai kamu menghukum orang yang sama sekali tak bersalah padamu!", tanyanya kembali tetap tak berpaling bercengkerama dengan kepulan asap dari gelas wedang jahe.
"Please, jangan bertanya yang aku tak bisa menjawabnya, hmm.. coba lihat itu, ketika kita merasa naik ke sini berputar-putar, ternyata jalanannya sama sekali tak memutar!", ujarku menunjukkan jalan pendakian untuk mengalihkan pembicaraan.
Dia ikut memandang kemana arah ku menunjuk, aku tahu dia diam karena dia tahu betapa keras kepalanya aku untuk tak menjawab pertanyaan-pertanyaannya.
No comments:
Post a Comment