"Apaan sih kamu?", jawabku gusar setelah mendengar permintaan sahabatku yang berambut super-duper ikal. "Please aku ingin ikutan Lomba menulis Pameran Patah Hati, dari hasil analisa dan trial error semalaman bersama si Teko maka kami memutuskan kalau kamu adalah orang paling tepat sebagai narasumber tunggal untuk tema ini", ujarnya merengek tapi tetap saja tak berhenti mencomot potato crips dengan lahap.
"Gila! Kamu diskusi semalaman dengan hamster kumal mu itu untuk memutuskan hal ini? Huuh tulis BBM ke aku napa?", ujar ku menghela nafas panjang mendengar kelakuan sahabat yang anehnya merupakan seorang wartawan handal surat kabar tekemuka di kotaku.
"Ya mau gimana lagi, kamu tahukan berapa sih gaji wartawan seperti kami. Kadang tak cukup untuk beli quota untuk BBM, karena itu kalau lagi deadline sore sampai malam kami rajin mangkal di cafe kayak gini, lumayan wifi gratis cuma modal potato crips dan Cola", ujarnya sambil tertawa terbahak-bahak menceritakan kehidupannya sehari-hari.
"Iya, tapi aku harus cerita apa? kamu mau tanggung-jawab kalau aku bakal mewek gegara harus kembali membuka luka lama?", ujarku pelan tak pernah bisa menolak keinginan sahabat yang selalu ada saat aku membutuhkannya. "Seperti biasa saja, kamu cerita cukup dengan rumus 5W+1H," ujarnya sambil menyiapkan jemari untuk langsung menuliskan diatas keyboard leptop putihnya.
Aku terdiam, selintas bayangan menyakitkan masa lalu seakan-akan kembali terpampang di depan mata. Bayangan masa lalu ketika aku harus jatuh-bangun dalam menemukan cinta sejati.
"Oke, Kita mulai?", ujarnya pelan tapi cukup mengagetkanku.
Aku menghela nafas panjang, pandanganku sengaja mengarah ke beberapa orang pengunjung cafe yang sedang bercengkrama.
"Aku memanggilnya Acak, dia yang paling sempurna dari beberapa cinta yang pernah aku temui. Umurnya terpaut cukup jauh dari ku, tapi bagiku hal tersebut bukanlah menjadi suatu masalah. Karena aku hanya melihat hatinya bukan hanya fisik semata, bukankan hati akan abadi dan fisik semakin lama akan semakin merapuh", ujarku pelan dengan pandangan tetap menerawang ke sekitar.
"Aku memanggilnya Acak, dia yang paling sempurna dari beberapa cinta yang pernah aku temui. Umurnya terpaut cukup jauh dari ku, tapi bagiku hal tersebut bukanlah menjadi suatu masalah. Karena aku hanya melihat hatinya bukan hanya fisik semata, bukankan hati akan abadi dan fisik semakin lama akan semakin merapuh", ujarku pelan dengan pandangan tetap menerawang ke sekitar.
"Ya, kamu benar, lalu?", ujarnya meminta ku meneruskan cerita.
"Saat itu aku menjadi orang paling bahagia di dunia, karena aku mempunyai seorang soulmate tempatku berbagi kisah, asa, dan sedih. Walau terkadang dia sering berkata tidak percaya diri mendampingiku karena perbedaan usia, pekerjaan dan lainnya tapi aku tetap menguatkannya kalau aku bukan cuma jatuh cinta dengannya, tapi aku telah jatuh hati. Dan Ayah sebagai cinta pertama ku sedikit-demi sedikit tergantikan posisinya oleh dia."
"Walau perjalanan cintaku harus LDR karena dia yang bekerja di kota al-Mukarramah tapi aku tak pernah merasa jauh darinya. Semua kisah-kisah dari dan tentangnya tertulis rapi dalam blog pribadiku. Dan dia selalu ada dalam rentetan doa setelah sholatku. Sampai akhirnya dia tiba-tiba berkata jangan hubungi dia lagi sampai dia kembali ke Indonesia", kisahku sembari menatap wajah sahabat yang tertegun mendengarkanku.
"Aku sangat kaget dengan pernyataanya dan berpikir keras dengan kata kunci aku salah apa? Sampai dengan tiga hari aku sengaja tak menghubunginya dengan harap amarahnya akan lenyap dan keadaan akan kembali seperti sediakala. Selama tiga hari itu aku betul-betul merasa tersiksa, seharian merefleksikan apa yang telah terjadi dan sebab amarahnya, tapi aku tetap menemukan jalan buntu atas pertanyaanku".
"Akhirnya di hari keempat aku menuliskan pesan melalui facebook messenger karena aku tak mau mengganggu sibuknya. Dengan diawali permintaan maaf, menanyakan kabar, dan terakhir menanyakan masihkah ia marah denganku. Tapi, sehari, dua hari sampai dengan satu minggu aku tak mendapatkan satu kata pun balasan darinya, padahal icon messanger menunjukkan kalau sudah dibaca. Aku coba menghubunginya lagi dan lagi, tapi semua hanya asa yang semu".
"Dua bulan aku menjalani kehidupan yang abnormal. Aku kehilangan fokus urusan pekerjaan dan lainnya. Icon sosial medianya aktif tapi balasan satu kata pun tak pernah datang kepadaku. Aku memutuskan untuk melangkah, tapi setiap melihat icon sosial medianya yang aktif, hati selalu bagai teriris sembilu."
"Aku tak ingin berlama-lama dalam keadaan yang tak menentu, karena itu aku putuskan untuk memutuskan sementara semua kontak dengannya. Setidaknnya aku tak mesti selalu bersedih melihatnya yang selalu dalam mode "On". Tetapi diluar dugaanku, dengan keputusan itu aku betul-betul kehilangan dia untuk selamanya. Ketika aku memutuskan kontak, dia pun melakukan hal yang sama dengan memblokir semua kontakku. Ketika aku menyadarinya aku merasa separuh jiwa ku menghilang, air mata mengalir deras tapi anehnya aku tetap tak bisa membencinya dengan kenyataan ini. Karena dia tetaplah orang yang pernah membuat ku merasa bahagia, mengapa aku harus membencinya?", ujar ku lirih mengusap air mata yang tak sengaja jatuh membasahi."
"Kamu masih berharap dengannya?", tanya sahabatku tak kalah lirih
"Entahlah, tapi dengan kejadian ini aku menyadari kalau aku sama sekali tak mempunyai hak untuk mendahului ketentuan Allah. Aku tak boleh terlalu yakin dengan kata hati, karena mengikuti kata hati juga akan ada salahnya", jelasku mencoba menyunggingkan senyum dengan menggenggam tisu basah oleh air mata.
Telah lama aku bertahan
Demi cinta wujudkan sebuah harapan
Namun ku rasa cukup ku menunggu semua rasa telah hilang
Sekarang aku tersadar
Cinta yang ku tunggu tak kunjung datang
Apalah arti aku menunggu bila kamu tak cinta lagi
5 comments:
wah , ikut sedih membacanya
Pernah ngalamin seperti ini, terus suatu hari beberapa tahun kemudian ketemu lagi dia udah ama cewek lain. Kecewa iya tapi ya sudahlah saya juga udah punya yang lain :)
Sukses ya GA nya #semangatNgeBlog :)
baca itu jadi sedih ini rasanya..hehehe.. semangat terus,, salam blogger...
:( ikutan sedih, hiks..
semangat ya kakak :) keep move on.
coment back, please.
Post a Comment