Derasnya hujan semakin menyelimuti kebisuan diantara kami berdua. Sesekali dia menyeruput kopi moka di dalam cangkir putih yang semakin mendingin.
"Jadi keputusanmu sudah bulat?", akhirnya dia pun memecahkan kesunyian. "Ya begitulah," jawabku sembari menghela nafas berat.
Sekarang dia duduk tepat di kursi di depan ku, kami berpandangan lama sekali seakan saling mencari isi dari hati masing-masing. "Allah Maha pemberi maaf, karena itu berilah maafmu kepada mereka," ujarnya dengan pandangan yang tetap lekat ke arahku.
Aku pun tersenyum, merasa sangat beruntung memiliki dia yang begitu dewasa menjadi sandaran ku ketika aku merasa lelah. "iya, aku sudah memaafkan mereka," ujarku pelan.
"Kalau begitu kamu akan merubah keputusanmu?' kali ini pertanyaannya begitu penuh harap.
"Aku telah memaafkan mereka, tapi aku tak bisa melupakan apa yang telah mereka lakukan kepada ku. Karena itu aku mohon, ijinkan lah aku?" sekali ini aku memohon kepadanya.
Derasnya hujan kembali menyelimuti kebisuan diantara kami berdua. Sekali lagi dia menyeruput kopi moka di dalam cangkir putih yang semakin
mendingin.
No comments:
Post a Comment