Aku menghela nafas panjang, sesaat ku pandangi dia yang begitu nikmat menyeruput kopi gayo diiringi rinai hujan yang beranjak berlalu. "Aku tak pernah merasa sebebas ini, seakan-akan beban berat dipundakku telah diambil walau sebetulnya aku paham tujuan ku belum tercapai", ujarku akhirnya memecah kesunyian.
Dia memandang ke arah ku, seperti biasa mulai mencari sesuatu dimataku yang konon katanya tak pernah ada kebohongan disana. "Yah, aku melihat kebahagiaan akan kebebasan itu, tapi aku juga sekaligus melihat kesedihan disana", ucapnya sambil menuju ke arahku.
"Siapa bilang aku sedih, mulai deh sok tahu!", aku pun berkilah sembari membuka dan membaca beberapa tulisan di grup whatsapp. Dia tersenyum, aku pun coba tersenyum walau di hati berucap kalau laki-laki di hadapan ku ini sangat luar biasa mengerti tentang ku.
"Hmm, iya sih, tapi sedihnya sedikit, sedikiit sekali", ucapku mulai mengaku manja. Dia tertawa dengan pandangan yang tak beranjak dari ku seakan mempelajari gerak bahasa tubuh.
"Aku yakin kamu sudah melakukan yang terbaik, jangan pernah menyesal dengan keadaan ini. Ambil hikmahnya kalau sekarang kamu bisa memberi waktu lebih lama untuk bersamaku", ujarnya dengan mimik wajah serius.
Aku tertawa bahagia, sembari berkata "siap bos, iya aku mohon maaf, sekarang aku janji tak akan sok sibuk lagi, aku kan juga suka bisa lama-lama bersamamu, kekasihku",ucapku semakin manja, dan kami pun tertawa bersama.
No comments:
Post a Comment