Ke-07 : Ikhlas
Senin, 16 Agustus 2010

Lagu ini sangat menjadi inspiratif untukku, karena terkadang aku sudah begitu yakin dengan apa yang aku lakukan, inilah yang paling baik! tapi ternyata keyakinan ku yang menurutku paling baik terkadang tidak bisa diterima dengan baik juga untuk orang lain, dan merupakan sebuah hal yang sulit untuk dapat menyeragamkan arah pikiran (paradigma) orang lain menuju paradigma yang kita yakini.
Terkadang dengan sangat ego-nya, aku bertahan dengan keyakinan ku di lapangan, aku membawa ego ku, bertahan dengan pendapat " suatu penyakit tidak akan sembuh bila sang dokter mengikuti keinginan pasien". Sering berhasil, sikap tegas ini memang bermanfaat, tapi apakah selamanya sang dokter akan selalu benar analisanya? apakah keluhan sang pasien tidak menjadi sebuah pedoman juga untuk proses penyembuhan?
Manusia itu tidak ada yang terlahir sempurna, sebaik-baik orang pasti ada kelemahan dalam dirinya, begitu juga seburuk-buruk orang pasti ada kelebihannya, bagaimana bisa aku menjadi sombong?
Aku teringat pertanyaan seorang sahabat mengenai gelar ST yang aku sandang? Sarjana Teknik Kimia kok jadi Fasilitator? dimana hubungannya? Apakah ilmu yang aku dapat menjadi tidak berguna alias sia-sia? Aku juga teringat selalu Abah yang meminta ku untuk putar haluan kembali ke pekerjaan yang sesuai dengan bidang ilmu ku, hmm.. apakah benar ilmu yang aku dapat menjadi sia-sia?
Allah Maha Besar! aku merasakan sekali kasih sayang Allah kepada ku, walau terkadang masih saja aku mendustai nikmat yang telah diberikannya. Pengalaman ternyata adalah guru yang paling berharga, dan "ikhlas" adalah sebuah kata kunci pusaka untuk menjalani kehidupan menuju kepada-Nya. Teringat aku nasehat pak Ishak Nur saat aku gundah menentukan langkah ku untuk terus maju turun ke lapangan atau menghentikannya saat masih di karantina pada Pelatihan Dasar Fasilitator tahun 2007 dahulu. Fasilitator itu ada 3 jenis setelah masuk ke kehidupan masyarakat, menjadi seperti telur? wortel? atau kopi? (Seperti pada posting ku terdahulu tentang ilmu kopi-red).
Aku tahu, tak selamanya aku menjadi seorang fasilitator, tapi sampai saat ini aku sangat bersyukur! seorang amibae yang tidak pernah tahu tentang berkebun kopi menyentuh dan mencium harumnya bunga kopi, berternak sapi, bertanam padi, bertanam jagung dan sayuran, membuat jalan usaha tani dengan berjalan menembus kebun-kebun, dan berhadapan para pedagang yang berwatak keras, sekarang ketika aku membuka pintu ikhlas ku dengan mencoba menyelami kasih sayang Allah dan meninggalkan ego ku dengan menjadi bagian dari mereka, aku merasakan nikmat yang berlimpah. Ternyata bukan aku yang memberi mereka pelajaran, sebetulnya malah aku yang banyak mendapat pelajaran dari kehidupan mereka. Ya Allah inilah nikmat-Mu yang Engkau tunjukkan kepadaku dengan memberiku kesempatan menjadi seorang fasilitator, terima kasih ya Allah.... ^_^

"Ikhlas" adalah kata yang sangat sederhana, hanya terdiri dari enam huruf. Mudah untuk disebutkan, tapi terkadang sangat sulit untuk dilakukan. karena ikhlas tidak hanya berasal dari pikiran yang kemudian akhirnya menjadi sebuah produk ucapan melalui lidah. Tapi ikhlas berasal dari hati.
Pernahkah sobat mendengar lagu shine on yang dinyanyikan oleh Dewa? kira-kira kutipan liriknya begini:
Apa yang kamu Yakini sebagai…sebuah kebenaran Mungkin.. Bukanlah… sebuah kebenaran Buat yang lainnya
Pernahkah sobat mendengar lagu shine on yang dinyanyikan oleh Dewa? kira-kira kutipan liriknya begini:
Apa yang kamu Yakini sebagai…sebuah kebenaran Mungkin.. Bukanlah… sebuah kebenaran Buat yang lainnya
Lagu ini sangat menjadi inspiratif untukku, karena terkadang aku sudah begitu yakin dengan apa yang aku lakukan, inilah yang paling baik! tapi ternyata keyakinan ku yang menurutku paling baik terkadang tidak bisa diterima dengan baik juga untuk orang lain, dan merupakan sebuah hal yang sulit untuk dapat menyeragamkan arah pikiran (paradigma) orang lain menuju paradigma yang kita yakini.
Terkadang dengan sangat ego-nya, aku bertahan dengan keyakinan ku di lapangan, aku membawa ego ku, bertahan dengan pendapat " suatu penyakit tidak akan sembuh bila sang dokter mengikuti keinginan pasien". Sering berhasil, sikap tegas ini memang bermanfaat, tapi apakah selamanya sang dokter akan selalu benar analisanya? apakah keluhan sang pasien tidak menjadi sebuah pedoman juga untuk proses penyembuhan?
Manusia itu tidak ada yang terlahir sempurna, sebaik-baik orang pasti ada kelemahan dalam dirinya, begitu juga seburuk-buruk orang pasti ada kelebihannya, bagaimana bisa aku menjadi sombong?
Aku teringat pertanyaan seorang sahabat mengenai gelar ST yang aku sandang? Sarjana Teknik Kimia kok jadi Fasilitator? dimana hubungannya? Apakah ilmu yang aku dapat menjadi tidak berguna alias sia-sia? Aku juga teringat selalu Abah yang meminta ku untuk putar haluan kembali ke pekerjaan yang sesuai dengan bidang ilmu ku, hmm.. apakah benar ilmu yang aku dapat menjadi sia-sia?
Allah Maha Besar! aku merasakan sekali kasih sayang Allah kepada ku, walau terkadang masih saja aku mendustai nikmat yang telah diberikannya. Pengalaman ternyata adalah guru yang paling berharga, dan "ikhlas" adalah sebuah kata kunci pusaka untuk menjalani kehidupan menuju kepada-Nya. Teringat aku nasehat pak Ishak Nur saat aku gundah menentukan langkah ku untuk terus maju turun ke lapangan atau menghentikannya saat masih di karantina pada Pelatihan Dasar Fasilitator tahun 2007 dahulu. Fasilitator itu ada 3 jenis setelah masuk ke kehidupan masyarakat, menjadi seperti telur? wortel? atau kopi? (Seperti pada posting ku terdahulu tentang ilmu kopi-red).
Aku tahu, tak selamanya aku menjadi seorang fasilitator, tapi sampai saat ini aku sangat bersyukur! seorang amibae yang tidak pernah tahu tentang berkebun kopi menyentuh dan mencium harumnya bunga kopi, berternak sapi, bertanam padi, bertanam jagung dan sayuran, membuat jalan usaha tani dengan berjalan menembus kebun-kebun, dan berhadapan para pedagang yang berwatak keras, sekarang ketika aku membuka pintu ikhlas ku dengan mencoba menyelami kasih sayang Allah dan meninggalkan ego ku dengan menjadi bagian dari mereka, aku merasakan nikmat yang berlimpah. Ternyata bukan aku yang memberi mereka pelajaran, sebetulnya malah aku yang banyak mendapat pelajaran dari kehidupan mereka. Ya Allah inilah nikmat-Mu yang Engkau tunjukkan kepadaku dengan memberiku kesempatan menjadi seorang fasilitator, terima kasih ya Allah.... ^_^
Komentar
jurus ikhlas yg di terapkan mbak ami patut dijadikan contoh nh,
bnyak hikmah yg dpt ku petik untuk perubahan...
Semangat.... yg penting Ikhlas ya hho... Very Inspired nie ....
manusia sudah berusaha sangat keras tapi hasilnya lain (manusia mengakui sebagai kegagalan), Alloh berkendak lain, jika manusia mau menerima hasil itu dengan "ihlas" niscaya manusia akan mengetahui hikmah kegagalannya, dan Alloh akan menunjukkan suatu hasil yang lebih besar dibandingkan dengan yang diharapkan manusia itu sebelumnya.
subhanallah...
nice post.. :)
merdeka!!!!
merdeka!!!!
tapi denagn fasilitator, sangat bermanfaat dan dibutuhin sama masyarakat...
Yup betul kuncinya Ikhlas,,percayalah,,bahwa Allah memberikan rezeki yang terbaik untuk hambanya....
pokoknya apapun yang kita kerjain sekarang ya Ikhlas aja.. wah pak Ies aja dari guru jadi pedagang he...
Sukses slalu...
Coba ajukan pertanyaan, apakah pembangunan di sana tidak akan berlangsung tanpa kehadiran 'kita'?. Saya yakin Alloh akan mengirim orang lain bila 'kita' tidak di sana.
Jadi.. Siapa yang perlu siapa?.
Sudilah tengok blog saya, hiks, ada surat dari mujahid akhwat yang menampar kesadaran saya sekeras kerasnya... Bisa jadi Ami sudah pernah baca.. tapi tengok saja...
never give up, tak ada yang mudah dalam hidup ini tapi bukan berarti semua hal tidak bisa kita lakukan, happy nice day
Kagek mudik Plembang, bi'?
Apa kabar kak? Maaf baru bisa mampir lagi kesini ya
prilaku yg paling sulit ...
Semoga saya bisa berjuang menjadi org yg ikhlas...
salam kenal...follow this blog from UTARA
mari kita ikhlaskan hati...
tetep semangat mbak, yakin saja dengan jalan yang sudah dipilih... ikhlas dan bersyukur atas segala nikmat dan karuniaNYA...
salam..
"Manusia itu tidak ada yang terlahir sempurna, sebaik-baik orang pasti ada kelemahan dalam dirinya, begitu juga seburuk-buruk orang pasti ada kelebihannya"
Betul betul betul... :)